Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Halo teman-teman! It's weekend!

CGV Aeon Mall JGC
Cr. Greenshe

Di kesempatan kali ini, Greenshe ingin menceritakan pengalaman menonton di CGV Cinemas dengan fasilitas ScreenX 2D dan 4DX 3D. Artikel atau post ini adalah sepenuhnya bersifat subjektif, jadi tidak semua orang akan merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan selama menonton menggunakan fasilitas tersebut. So, here we go..



4DX 3D 
- KITA ADALAH KAMERA -

Pertama kali aku mencoba 4DX adalah ketika perang para Avengers dan komplotan Thanos masuk ke Indonesia di bulan Mei lalu. Sebelumnya, aku sudah menonton Avengers di 3D, bersama beberapa temanku. Tetapi, beberapa hari kemudian, ada salah satu temanku yang berbeda, mengajak nonton Avengers di 4DX ini. Selain karena terdorong oleh cerita Avengers yang menarik perhatianku, mencoba hal baru seperti menonton di 4DX ini juga membuatku mengiyakan ajakannya. Nah, demikianlah pertemuan antara aku dan 4DX terjadi.

Yang aku rasakan selama menonton, it was kinda amazing! Sebenarnya feelingnya hampir serupa dengan menaiki wahana 4D di Dufan, dimana bangkunya dapat bergoyang-goyang dan memiliki efek berupa hembusan angin dan cipratan air. Dan, dibandingkan wahana Dufan, durasi film Avengers sangatlah panjang dan dengan adegan aksi yang tidak sedikit membuat pengalaman menontonku cukup menyenangkan.

Selain bangkunya yang mampu bergoyang-goyang, fasilitas 3D yang ada di 4DX juga membuatku merasa seolah adalah kamera yang merekam film tersebut. Mata kita lah yang merekam film tersebut. Jadi, pengalaman menonton jauh terasa lebih hidup dibandingkan fasilitas biasa seperti 2D dan 3D.

Untuk harga, setiap mall atau lokasi teater, cinema, atau bioskop bisa berbeda-beda. 4DX 3D yang aku coba saat itu adalah yang ada di Mall Of Indonesia, aka MOI. Weekend, 6 May 2018.


SCREENX 2D 
- SPACESHIP BERBENTUK KOTAK -

ScreenX 2D adalah teater cinema yang memang paling beda, jika dibandingkan dengan fasilitas lainnya seperti 2D, 3D, dan 4DX. Yang membuatnya berbeda adalah layar. Normalnya, layar teater itu hanya satu, di depan saja. Tetapi di ScreenX, kita disuguhkan 3 layar, yaitu di depan, kanan, dan kiri, membuatku merasa sedang berada di dalam sebuah ruang, atau wadah seperti kapal luar angkasa.

Apa kalian pernah ke Planetarium Jakarta? Yah, kurang lebih feelingnya sama seperti berada di teater planetarium, hanya saja ini berbentuk kotak.

Aku mencoba ScreenX 2D ini kemarin, Jum'at, 16 November 2018 di Grand Indonesia, karena fasilitas ini memang baru ada di Grand Indonesia. Aku menonton film Fantastic Beast 2: The Crime of Grindelwald. Dan jujur saja, memang awalnya terasa pusing menonton dengan tiga layar, mungkin karena ini adalah yang pertama kali dengan tiga layar. Tetapi, setelah menonton sampai akhir, mataku mulai terbiasa, dan memang ada beberapa part atau adegan yang cucok meong dipakaikan fasilitas ini.

Bagi kalian yang ingin menonton di ScreenX CGV, jangan takut pusing, karena nggak sepanjang film ketiga layar itu menyala. Hanya di beberapa adegan tertentu yang cenderung menunjukkan panorama dalam adegannya.


4DX ATAU SCREENX ?

Secara pribadi, kalau disuruh memilih antara kedua fasilitas itu, Greenshe akan memilih 4DX, karena lebih membuat pengalaman menonton menjadi hidup, dan membuat kita seolah kamera yang merekam prosesi film tersebut.

Adapun beberapa hal yang Greenshe sayangkan dengan ScreenX adalah, tidak 3D, sehingga terkesan memusingkan dan tidak begitu memiliki aksi. Karena, Greenshe merasa menjadi penumpang gelap di sebuah kapal luar angkasa yang invisibly berada di film tersebut. 

Dan, i think it would be much better kalau layarnya sedikit membusur, semacam TV yang melengkung yang lagi nge-tren itu, loh. Tapi karena layarnya berbentuk kotak, bener-bener kotak, terkadang Greenshe kurang nyaman melihat sudut sudut yang kosong ketika ke-tiga layar menyala.

Sekian review singkat Greenshe kali ini. So, kalau kalian disuruh pilih antara 4DX atau ScreenX, what's your choice? Kindly tell me on the comment down below. See ya!
0
Share

Judul       : Love O2O
Genre      : Romance, Fantasi
Kategori  : Dewasa Muda
Penulis    : Gu Man
ISBN       : 978-602-6383-13-6
Tebal       : 434 halaman
Ukuran    : 14 x 20 cm
Terbit       : April 2017
Penerbit   : Penerbit Haru


"ADA BUKUNYA?!"

Yak! Belajar adalah proses dari tidak tahu, menjadi tahu. Awalnya aku nggak tahu sama sekali kalau ada bukunya. Tetapi suatu pagi, sebuah post instagram menyadarkanku mengenai fakta penting ini. Dan ya, Love O2O ada versi bukunya, terlebih ini adalah versi terjemahan Indonesia-nya yang diterbitkan oleh Penerbit Haru. Keren sangat!!

Setelah memberikan review tentang film dan dramanya, kali ini Greenshe akan memberikan review tentang bukunya. Tapi sebelumnya....

Sinopsis Original oleh Penerbit Haru

Semuanya dimulai dari permintaan cerai dari suami virtual Bei Wei Wei di sebuah game online dunia persilatan. Bagi cewek ini, pernikahan di game online, adalah sebuah permainan tidak nyata. Jadi, meski permintaan cerai itu mengejutkan, Wei Wei tidak ambil pusing.

Sialnya, para pemain lain mengira Wei Wei dimakan api cemburu saat melihat mantan suaminya menikahi Xiao Yu Yao Yao---cewek tercantik di game online. Pasalnya, tiba-tiba karakter Wei Wei di game tersebut menyerang pesta pernikahan mantan suaminya.

Saat Wei Wei kebingungan, Yi Xiao Nai He---pemain berlevel tinggi yang dijuluki dewa, tiba-tiba meminta Wei Wei menikahinya. Semua ini hanya permainan, tapi mengapa Wei Wei merasakan sesuatu yang berbeda?


REVIEW

Plot.

Terkadang, buku yang sudah difilmkan atau didramakan membuat para penonton malas untuk membaca bukunya. Bisa jadi karena film atau dramanya sudah sangat bagus dan berakhir tanpa tanda tanya, sehingga membuat penonton menyudahinya. Dan biasanya, aku adalah tipe penonton yang seperti itu.

Anehnya, film dan drama Love O2O sama-sama berakhir tanpa tanda tanya. Yah, intinya mereka berakhir bahagia, tanpa season 2 pun endingnya sudah pas. Walaupun sudah menonton, tidak sedikit pun keinginanku untuk membaca bukunya goyah. Kalau dipikir-pikir, mungkin aku belum siap berpisah dengan karakter Xiao Nai yang begitu sempurna, makanya aku ingin bertemunya dalam buku, hahaha.

Buku ini ku babat habis dalam satu hari setelah kurir ekspedisi mengantarnya ke rumah. Aku katakan satu kali lagi, bahwa versi drama bisa dikatakan 99% persis seperti buku. Dengan tambahan adegan atau epilog di akhir cerita, penikmat cerita Love O2O pasti bersyukur dapat membaca cerita Xiao Nai dan Wei Wei setelah menikah dan memiliki dua anak yang menyerupai kedua orang tuanya, tampan, cantik, dan pintar. Ketika membaca bagian tambahan, Greenshe rasanya ingin mencubit gemas pipi Gu Man, sangking lucu dan manisnya ceritanya, woh.


Karakter.

Setelah membaca versi bukunya, secara sadar ataupun tidak sadar, aku membandingkan visualisasi yang ada di movie dan drama. Dan setelah melalui rasa bimbang yang berkepanjangan, aku lebih memilih visualisasi karakter yang ada di drama. Kenapa? Berikut alasannya,

Bukan karena ganteng atau kurang ganteng. 

Semua orang memiliki pendapatnya masing-masing mengenai ketampanan seseorang. Yah, kalau aku, sih, perlu pikir panjang kalau disuruh memilih antara Yang Yang dan Jing Bo Ran kalau hanya based on wajah. Tapi, ketika membaca bukunya, sosok Yang Yang lah yang muncul di kepalaku ketika membayangkan Xiao Nai dalam buku.

Menurutku, cerita yang simpel dan karakter yang menggambarkan sosok anak kuliahan lebih cocok divisualisasikan oleh Yang Yang dan Zheng Shuang. Karena, postur tubuh Yang Yang dan Zheng Shuang yang terkesan lebih kecil dibandingkan Jing Bo Ran & Angela Baby, lebih pas untuk jadi anak kuliahan.

Bukan berarti Angela Baby dan Jing Bo Ran ketuaan buat jadi anak kuliahan.

Hanya saja menurutku, jika dibandingkan dengan Yang Yang & Zheng Shuang, Angela Baby & Jing Bo Ran memiliki postur yang lebih besar, sehingga lebih terkesan dewasa dan menampakkan aura sexy, hahaha. Sedangkan cerita Love O2O ini cenderung sweet dengan warna soft pink yang mendominasi.


OVERALL REVIEW

Plot : 10/10
Karakter : 9/10

Untuk kalian yang sudah menonton filmnya, lalu menonton dengan dramanya, jangan sungkan! Baca bukunya! Dijamin bisa mengobati rasa kangen kalian sama Xiao Nai! 

Dan untuk kalian para pecinta genre romance yang ringan, langsung babat bukunya dan baca. Iqra Milea... Iqra, haha. 

See you bye bye!
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ▼  2018 (8)
    • ▼  November 2018 (2)
      • Thoughts #1 - ScreenX 2D atau 4DX 3D?
      • Love O2O by Gu Man - Book Review
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose