I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki 2 (죽고 싶지만 떡볶이는 먹고 싶어 2) - Book Review

I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki 2 by Baek Se-hee

☆☆☆☆
My rating: 4 of 5 stars



Halo!
Bulan September lalu, aku selesai membaca buku berjudul 'I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki 2' karya penulis Korea bernama Baek Se Hee.

Buku ini adalah buku kedua seri I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki yang berisi essai dokumentasi si penulis selama ia mendatangi dokter psikiater untuk mengobati Distimia yang dialaminya. Jika kalian ingin membaca reviewku tentang buku pertamanya, aku sudah mereviewnya disini.

***

Dibandingkan dengan buku pertamanya, buku kedua ini lebih gelap, baik warna cover maupun isinya. Karena dalam buku ini, bisa dikatakan bahwa si penulis sedang berada pada titik terendahnya.

Sebelumnya, buku pertama I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki membuatku merasa sangat relate dengan si penulis, seperti dari pengalaman-pengalaman yang diterima dan dirasakannya. Sehingga ketika membacanya tuh membuatku berpikir 'ternyata aku tidak sendirian'.

Tetapi, buku kedua ini cenderung membuatku jauh dari merasa relate dengan si penulis. Pasalnya, buku kedua ini lebih membahas mengenai bagaimana dan aksi apa yang dilakukan penulis ketika mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakan dari lingkungannya. Jadi melalui buku kedua ini, aku bisa memahami bahwa situasi si penulis memang lebih kelam.

Dan, mungkin karena adanya perbedaan latar belakang negara, budaya, keluarga dan keyakinan, membuatku berpikir bahwa situasi si penulis sangat berbeda dan terkadang aku kurang suka dengan tindakan-tindakan ekstrim yang pernah dilakukannya. Mungkin beberapa dari kalian akan merasa 'sedikit' tidak nyaman dengan buku ini. Diriku pun merasa tidak nyaman di beberapa bagian, karena memang kondisi kesehatan si penulis saat itu jauh dari apa yang pernah aku saksikan di lingkungan tempat tinggalku.

Walaupun ada beberapa bagian yang membuatku kurang nyaman, aku tetapi memberikan 4 bintang di Goodreads. Karena dalam buku ini, aku bisa menemukan beberapa istilah berkaitan dengan kesehatan mental yang menurutku menarik, seperti teknik psiko-drama, dan lain sebagainya. Menurutku buku ini cukup insightful.

Tapi...

Buku ini kurang cocok untuk dibaca oleh pembaca yang masih dibawah 17 tahun. Di bagian belakang buku, terdapat informasi kategori usia, yakni 17+. Jadi, aku harap kalian bisa bijaksana, ya!!

Bukannya memaksa. Hanya saja, isi buku ini memang kurang cocok untuk yang di bawah umur, karena terlalu memusingkan. Padahal, usia muda harus dijalani dengan happy. Tapi khawatirnya kekelaman dalam buku ini malah memberikan efek yang kurang bagus.

***
Sewaktu buku pertama terbit, aku mengikuti dua acara yang berkaitan dengan buku tersebut. Dan untuk buku kedua pun, aku mengikuti salah satu talk-show Festival Buku Asia Korea yang mengundang penulis Baek Se Hee sebagai pembicaranya. Walaupun dilakukan secara online, secara pribadi aku sangat senang bisa melihat langsung dan mendengar cerita si penulis. Dan alhamdulillah, acara yang seharusnya berbayar itu, menjadi gratis karena menang giveaway di Instagram. Such a lucky day! 


Greenshe Review