Halo!
Hari ini aku akan mereview buku
yang akhir-akhir ini menjadi buku favoritku, yakni Almond karya yang ditulis
oleh Won-Pyung Sohn. Buku ini adalah novel Korea Selatan yang diterjemahkan di
Indonesia oleh Penerbit Bhuana Ilmu Populer. Selain itu, buku ini juga memiliki
232 halaman dengan sampul softcover.
Tentang Almond
Buku
ini menceritakan tentang Yoon Jae, seorang anak laki-laki yang mengidap
Alexitimia karena ukuran amigdala (almond) pada otak yang kecil. Alexitimia adalah suatu kelainan dimana seorang individu tidak mampu mengungkapkan
perasaannya, seperti tertawa dan menangis.
Pertama
kali aku mendengar istilah Alexitimia dari drama He Is Psychometry yang salah
satu karakternya mengidap kelainan tersebut. Alexitimia dalam drama tersebut
pun dikatakan sebagai kelainan yang mampu diobati atau diubah dengan terapi/
latihan.
Tidak
lama setelah menonton drama tersebut, muncul lah buku Almond yang tengah giat
dipasarkan. Lalu juga banyak berseliweran informasi bahwa buku ini dibaca oleh
Yoon Gi [BTS] di salah satu acara reality
show. Aku Army –sebutan penggemar BTS. Tetapi aku juga tipe pembaca yang
pilih-pilih. Bukan karena aku Army, maka aku membeli buku tersebut. Tetapi
karena aku ingin tahu isi buku tersebut. Aku penasaran bagaimana seorang
karakter yang emotionless atau yang
mengidap Alexitimia akan berubah. Apakah kisahnya akan seperti drama-drama pada
umumnya?
Yoon Jae mengidap Alexitimia. Mengetahui hal tersebut, ibu
dan neneknya bersikeras melakukan berbagai cara untuk memberikan stimulan pada
Yoon Jae agar ia mampu merasa dan bertahan hidup layaknya kebanyakan manusia.
Tetapi suatu hari, kejadian tragis membuat Yoon Jae harus
melanjutkan masa-masa remajanya sendirian [sebenarnya ia masih memiliki
beberapa orang di sekelilingnya]. Saat itu, ia bertemu dengan Gon, seorang anak
baru di kelasnya yang dilabeli sebagai anak bandel. Tapi rupanya, pertemuan
mereka berawal dengan tidak baik.
Garis hidup Yoon Jae dan Gon yang saling bersinggungan
menciptakan suatu kisah yang sangat indah. Berasal dari dua titik yang berbeda,
namun dengan hanya satu kesamaan, mereka mampu memperoleh pembelajaran hidup
yang sangat bermakna untuk kelanjutan hidup keduanya.
Penulisan Cerita dan
Sudut Pandang
Cerita Almond ini merupakan
character-driven story, yakni jenis
cerita yang berfokus pada perkembangan karakter daripada plot cerita. Sepanjang
cerita, pembaca dibuat menebak-nebak apa yang akan terjadi pada Yoon Jae
selanjutnya, karena cerita benar-benar berfokus pada karakter Yoon Jae dan
perkembangannya.
Jika
membicarakan tentang penulisan cerita, maka aku harus mengatakan bahwa buku ini
ditulis dengan sangat baik. Tebal halamannya pun rasanya pas sekali. Penggunaan
sudut pandang pertama, yakni sudut pandang Yoon Jae yang mendeskripsikan
sesuatu berdasarkan apa yang dilihatnya dan bukan yang dirasakannya membuat isi
dari buku ini sangat padat dan sangat jelas, serta benar-benar mampu
menggambarkan Yoon Jae yang menderita Alexitimia [apakah bisa dikatakan
menderita ketika ia pun tidak menderita?].
Walaupun
menggunakan sudut pandang Yoon Jae yang tidak mampu merasa, bukan berarti para
pembaca tak akan merasakan gejolak ketika membacanya. Selama pembaca tidak
mengidap Alexitimia, maka sepertinya pembaca akan merasakan semua perasaan yang
tersirat dalam buku ini.
Secara pribadi, aku sangat senang membaca buku ini dan tidak
merasa bosan, karena menurutku buku ini tidak bertele-tele. Bahkan membuatku
menahan-nahan agar bacaan ini tidak cepat selesai.
Aku Suka Yoon Jae
Saat membaca, adakalanya aku berharap bisa menjadi Yoon Jae,
sehingga aku tak perlu lagi merasakan perasaan-perasaan menjengkelkan [takut,
ragu, dsb] yang bisa menahanku untuk melangkah maju ke depan. Terlebih, aku
merasa bahwa menjadi Yoon Jae akan membuat aku yang perasa ini lebih logis dan
netral dalam bertindak [seperti yang dilakukannya ketika menghadapi Gon].
Tetapi, adakalanya aku mengasihani Yoon Jae yang tak mampu
mengungkapkan perasaan tertentu ketika mengalami kejadian-kejadian penting,
seperti kejadian tragis yang menimpa ibu dan neneknya [padahal itu terjadi di
depan matanya!].
Dialog
Yoon Jae yang menjadi favoritku adalah...
“...toko
buku itu seperti tempat dengan tingkat populasi penduduk tertinggi, baik orang
yang masih hidup ataupun yang sudah mati yang ditulis oleh puluhan ribu
penulis. Namun, semua buku itu hening. Buku-buku dalam keadaan mati, namun
sesaat setelah dibuka, maka akan menumpahkan cerita-cerita di dalamnya,
sebanyak cerita yang kuinginkan.” [Halaman 108]
Aku Suka Gon Juga
Karakter Gon disini juga memiliki peran yang sangat penting. Yoon
Jae si anak yang tidak ekspresif, dan Gon si anak ekspresif. Walaupun
ekspresif, Gon cenderung mengekspresikan perasaannya dengan cara yang tidak
baik, makanya dia dilabeli anak bandel. Ketika orang-orang tidak mendengar
jeritan hati Gon, hanya Yoon Jae yang mampu melihatnya dengan tenang.
Hal itu lah yang membuat Gon merasa nyaman di dekat Yoon Jae, karena Yoon Jae
adalah satu-satunya orang yang tidak memandangnya sebelah mata.
Dialog
Gon yang menjadi favoritku mungkin...
“Jangan
mati! Aku akan lakukan apa pun untukmu, apa pun...” [Halaman 208]
Overall Review
✰✰✰✰✰
5 bintang
Intinya, buku ini sangat menarik. Aku sangat suka bagian
'Episode 4' karena konflik yang semakin klimaks membuat buku ini sangat
memporak-porandakan perasaanku [mungkin ini berlebihan, tapi silahkan coba].
Sebenarnya ada karakter seorang perempuan bernama Dora yang
singgah dalam buku ini, tetapi kalau dibahas lebih lanjut, mungkin aku akan
mengeluarkan ribuan spoiler, hahaha. Aku bisa saja memberikan lima ribu bintang
untuk buku ini, tetapi rentang penilaianku hanya sampai lima bintang saja.
Jadi, lima bintang untuk buku ini!