Sabrina (2018) - Movie Review

SABRINA : The Next Terror in The Doll Series

Sutradara Rocky Soraya
Produser : Rocky Soraya
Rumah Produksi : Hitmaker Studios
Rilis : 12 Juli 2018
Pemeran : Luna Maya, Sara Wijayanto, Jeremy Thomas, Christian Sugiono
Genre : Horror, Thriller


Spoiler Alert! Kukatakan padamu, review ini mengandung sejumlah spoiler. Jadi, efek samping review ini adalah urusanmu.


Hai teman-teman, di kesempatan kali ini Greenshe akan me-review film horor lokal yang sedang tayang bulan Juli ini di bioskop-bioskop tanah air, judulnya SABRINA. Film ini merupakan film ketiga dari trilogi The Doll yang menceritakan kelanjutan dari kisah The Doll 2. Greenshe belum pernah menonton dua film pendahulunya karena pesimis akan keseruan film-film horor Indonesia, hing.. gomen. Tetapi setelah (dipaksa sama adik) menonton film SABRINA, timbul keinginan untuk menonton film-film sebelumnya.

Jadi, film ini menceritakan tentang keluarga baru Maira (Luna Maya) dan Aiden (Christian Sugiono) yang mengangkat Vanya, keponakan Aiden, sebagai anak lantaran kedua orang tuanya, yaitu Arka dan Andini sudah meninggal. Namun, rupanya Vanya belum ikhlas akan kepergian Bunda-nya, hingga suatu hari, temannya yang bernama Ditho menunjukkan Vanya permainan Pensil Charlie yang dapat digunakannya untuk bertemu lagi dengan mendiang Bunda-nya. Alih-alih Bunda-nya yang datang, permainan Pensil Charlie yang dimainkan Vanya telah memanggil makhluk yang lebih berbahaya, yaitu Baghiah, anak iblis yang berusaha untuk merasuki dan mengambil alih tubuh manusia untuk hidup di dunia manusia.

Kualitas film horor layar lebar Indonesia saat ini patut diacungi jempol, lantaran sudah memiliki kualitas yang super lebih baik daripada film-film horor dulu yang banyak memuat unsur dewasa, padahal memiliki cerita yang biasa saja, hingga membuatku enggan untuk menonton film horror lokal.


REVIEW

Plot.

Tema ‘hantu boneka’ ini tentu membuat beberapa orang (like me) merasa bahwa ceritanya pasti bakal mirip dengan film horor Amerika, Annabelle, yang pernah tayang di bioskop Indonesia. Namun jangan salah, meskipun film ini seolah terinspirasi dari film horor tersebut, bobot nilai moral yang disuguhkan dalam cerita SABRINA ini lebih jelas dan cocok untuk dikalangan lokal. Tidak seperti film horor luar yang menampakkan kengerian dan kesadisan yang pada akhirnya pun sulit untuk dicerna apa alasannya.

Iri dan dengki dalam hati manusia adalah inang dari sebuah kejahatan.


Dalam film ini diceritakan bahwa Baghiah sebenarnya dipanggil ke dunia oleh manusia yang iri dan dengki, untuk menjadi anak buah atau pekerja yang tengah mencari upahnya karena telah menyelesaikan misi-nya. Greenshe cukup terkesan bahwa ternyata Aiden lah yang telah memanggil Baghiah ke muka bumi ini dengan pertolongan seorang dukun. Greenshe merasa hal tersebut agak unexpected, seolah menjadi plot twist, karena dari awal tuh setiap karakter dalam film tidak ada yang begitu menonjol maupun mencolok, jadi siapa sangka dalangnya ada di antara mereka. Kenapa Aiden memanggil Baghiah? I won’t spoil anything about it.

Karakter.

Para aktor dan aktris kita memerankan perannya dengan sangat baik. Tetapi adegan kesurupan yang dilakoni Maira, Aiden, serta Vanya, membuatku ingin mengacungi mereka dengan seribu jempol, namun apa daya, jempolku hanya ada empat. Pasalnya, adegan ketika Baghiah menyurupi ketiga karakter tersebut hanya untuk membunuh Laras (seorang paranormal yang pernah menghalangi usaha Baghiah untuk merasuki tubuh manusia) sangat mengerikan dan menambah suasana menonton menjadi super menegangkan.

Selain itu, karakter yang Greenshe sukai dalam film ini adalah karakter Laras yang diperankan oleh Sara Wijayanto. Karakter Laras memiliki perkembangan yang lebih menonjol dari karakter lainnya. Kehilangan suami dan anak-anak karena pekerjaannya sebagai paranormal itu menjadi kekuatannya ketika dirinya nyaris goyah dan takut terhadap kehadiran Baghiah yang energi negatifnya lebih mengerikan dibandingkan dengan Baghiah yang dulu pernah dilawannya. Bersama dengan suami barunya, Raynard, yang diperankan oleh Jeremy Thomas, Laras bangkit untuk melawan Baghiah.

Setting dan Sound Effect.

Sedikit cerita, jadi, aku menonton SABRINA ini di bioskop XXI, yang jika dibandingkan dengan CGV, suaranya lebih menggelegar. Sound effectnya bagus, membuat jantung semakin berdebar, apalagi ketika adegan naik tangga dan kemudian ada boneka SABRINA di tangga itu. Damn! That’s horror! 

Ketika terjadi adegan kejar-kejaran antara karakter-karakter protagonis kita dengan Baghiah ini juga menegangkan. Ah! Dan efek suara setiap kali Baghiah hendak menampakkan diri itu lebih horor lagi. Duh, genre horrornya tersemat dengan baik.

Nah, untuk settingnya. Setting tempat atau latar seperti rumah yang digunakan itu tipikal film horor pada umumnya. Rumahnya gedong banget, tapi isinya hanya ada Maira, Aiden, Vanya, dan Bi Nur. Menurut Greenshe, untuk setting tempat sih yaa bagus bagus saja. Tapi hal yang Greenshe sukai dari setting adalah make up artist-nya. Penataan untuk rias wajah Baghiah, dan karakter-karakter yang kesurupan Baghiah itu the best. Horor banget deh mukanya, khususnya bagian hidung. Mungkin beberapa orang menganggap hidungnya bakalan lucu tanpa darah hitam yang membasahinya, tapi Greenshe berkata lain, haha.


OVERALL REVIEW

Plot                  = 7.8/10
Karakter         = 7.5/10
Setting             = 8/10
Sound Effect   = 8/10

Yak. Film dengan rate Dewasa ini tidak cocok untuk ditonton oleh anak-anak, karena mengandung unsur cabik-cabikan yang mengerikan. Jadi, menurut Greenshe film ini sudah rekomen banget untuk kategori usianya. Bagi para orang tua, jangan membawa anak-anak, ya. See ya on next review!

Greenshe Review