Bone by Jung Mijin Photo by Greenshe |
Bone adalah buku misteri fotografi Korea Selatan yang diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Buku ini adalah buku terjemahan Penerbit Haru yang pertama kali menggunakan fotografi nyata untuk covernya. Genre misteri fotografi ini tentu saja dilengkapi dengan foto-foto yang bisa membuat pembaca lebih merasakan suasana kelam dan misterius dalam cerita ini.
Buku ini menceritakan tentang Junwon, seorang pemuda yang memperoleh paket berisi surat ancaman yang memintanya untuk membawa sejumlah uang untuk menebus Hajin, kekasihnya yang... sudah dua tahun lalu menghilang tanpa kabar. Hanya dalam hitungan jam, ia harus segera menyelamatkan Hajin.
Review
Aku
membeli buku ini karena ingin mencoba membaca lebih banyak buku thriller dan
misteri setelah mendapatkan kesan yang sangat baik ketika membaca buku Holy
Mother karya Akiyoshi Rikako. Aku mengharapkan cerita ini memiliki twist yang membuatku ternganga dan
membuatku terkejut.
***
Alur
cerita ini berjalan maju dan mundur antara usaha Junwon untuk menyelamatkan
Hajin di tahun 2015, serta kilasan balik mengenai hubungannya dengan Hajin di
masa lalu. Bagaimana mereka bisa kenal, kenapa mereka bisa jatuh cinta, dan
lain sebagainya.
Unsur
misteri ada pada present time yang
dijalankan oleh Junwon. Kenapa tiba-tiba Hajin diculik setelah dua tahun
menghilang tanpa kabar? Siapa yang menculik Hajin? Apakah Junwon bisa
menyelamatkan Hajin?.
Sedangkan
unsur romansanya terletak pada kilas balik masa lalu hubungan Junwon dan Hajin.
Sejujurnya aku sangat bosan ketika membaca buku ini, sebagian besar karena
kilas balik masa lalu Junwon dan Hajin ini. Selain itu, aku juga seringkali
bosan karena dalam buku ini banyak detail yang menurutku tidak perlu.
***
Ditambah
karakter Junwon yang sejak awal menampakkan bahwa mentalnya terluka membuatku
berpikir bahwa ia sakit jiwa.
Hajin adalah kegelapanku. – Junwon, halaman 164.
Ketika
membaca kalimat itu, aku merasa karakter Junwon itu adalah sosok yang gelap
banget, seolah aura hitam yang pekat menyelimuti dirinya. Seolah benar-benar
tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya, meskipun ia memiliki sahabat setia bernama
Jindo.
Mungkin
karena hal itu pula, penggunaan sudut pandang “aku” yang seharusnya bisa
membuatku merasakan hal yang sama dengan si karakter “aku” tidak berguna sama
sekali. Aku tidak bisa meresapi karakter Junwon ini. Terlalu gelap.
***
Beberapa
orang beranggapan bahwa buku ini memiliki genre thriller. Bukan maksudku untuk tidak menghargai pendapat orang
lain, tetapi hanya ingin bilang bahwa pendapatku mengenai hal ini agak sedikit
berbeda. I’m not thrilled by the story.
Sehingga aku nggak beranggapan bahwa buku ini bergenre thriller. Thriller
untukku adalah momen ketika aku bisa dibuat mual oleh kesadisan seorang
karakter.
***
Di samping
hal-hal tidak menyenangkan yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Ada
beberapa hal yang aku suka. Di antaranya adalah foto-foto yang menggambarkan
beberapa adegan melalui sudut pandang Junwon. Secara pribadi, aku suka foto-fotonya,
filter yang digunakannya, angle yang difotonya, foto-foto itu mendukung jalan
cerita banget. Dan foto-foto itu membuatku bisa tahu kalau Junwon memang
karakter yang gelap.
Setelah
foto, aku suka dengan kalimat yang Hajin lontarkan di halaman 176.
Kau sendiri pun tidak abadi, tapi kau mengharapkan cinta, suatu perasaan yang tak berwujud, agar menjadi sesuatu yang abadi dan tak berubah? Apakah itu tidak memalukan?.
Bagi
Junwon, kalimat tersebut cukup menohok. Dan aku suka itu. Seolah pada bagian
ini tuh, sisi gelap Junwon ditampar oleh Hajin. Membuatku bergumam, “Karaktermu
gelap banget hey Junwon! Semangat dong!.”
Overall Review
Aku
memberikan dua bintang pada review awalku di Goodreads. Aku cukup tergugah
untuk memberi bintang tiga di review ini. Tapi, secara keseluruhan aku tidak
suka dengan buku ini. Selain karena tidak ada plot twist yang membuatku uwowwww,
aku juga tidak begitu suka dengan karakter Junwon yang terlalu gelap. Dan
detail-detail yang membosankan juga banyak. Jadi...
☆☆
2 bintang.