Bone by Jung Mijin (2020) - Book Review

Bone by Jung Mijin
Photo by Greenshe


Bone adalah buku misteri fotografi Korea Selatan yang diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Buku ini adalah buku terjemahan Penerbit Haru yang pertama kali menggunakan fotografi nyata untuk covernya. Genre misteri fotografi ini tentu saja dilengkapi dengan foto-foto yang bisa membuat pembaca lebih merasakan suasana kelam dan misterius dalam cerita ini.

Buku ini menceritakan tentang Junwon, seorang pemuda yang memperoleh paket berisi surat ancaman yang memintanya untuk membawa sejumlah uang untuk menebus Hajin, kekasihnya yang... sudah dua tahun lalu menghilang tanpa kabar. Hanya dalam hitungan jam, ia harus segera menyelamatkan Hajin.

Review

Aku membeli buku ini karena ingin mencoba membaca lebih banyak buku thriller dan misteri setelah mendapatkan kesan yang sangat baik ketika membaca buku Holy Mother karya Akiyoshi Rikako. Aku mengharapkan cerita ini memiliki twist yang membuatku ternganga dan membuatku terkejut.

***
Alur cerita ini berjalan maju dan mundur antara usaha Junwon untuk menyelamatkan Hajin di tahun 2015, serta kilasan balik mengenai hubungannya dengan Hajin di masa lalu. Bagaimana mereka bisa kenal, kenapa mereka bisa jatuh cinta, dan lain sebagainya.

Unsur misteri ada pada present time yang dijalankan oleh Junwon. Kenapa tiba-tiba Hajin diculik setelah dua tahun menghilang tanpa kabar? Siapa yang menculik Hajin? Apakah Junwon bisa menyelamatkan Hajin?.

Sedangkan unsur romansanya terletak pada kilas balik masa lalu hubungan Junwon dan Hajin. Sejujurnya aku sangat bosan ketika membaca buku ini, sebagian besar karena kilas balik masa lalu Junwon dan Hajin ini. Selain itu, aku juga seringkali bosan karena dalam buku ini banyak detail yang menurutku tidak perlu.

***
Ditambah karakter Junwon yang sejak awal menampakkan bahwa mentalnya terluka membuatku berpikir bahwa ia sakit jiwa.

Hajin adalah kegelapanku. – Junwon, halaman 164.

Ketika membaca kalimat itu, aku merasa karakter Junwon itu adalah sosok yang gelap banget, seolah aura hitam yang pekat menyelimuti dirinya. Seolah benar-benar tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya, meskipun ia memiliki sahabat setia bernama Jindo.

Mungkin karena hal itu pula, penggunaan sudut pandang “aku” yang seharusnya bisa membuatku merasakan hal yang sama dengan si karakter “aku” tidak berguna sama sekali. Aku tidak bisa meresapi karakter Junwon ini. Terlalu gelap.

***
Beberapa orang beranggapan bahwa buku ini memiliki genre thriller. Bukan maksudku untuk tidak menghargai pendapat orang lain, tetapi hanya ingin bilang bahwa pendapatku mengenai hal ini agak sedikit berbeda. I’m not thrilled by the story. Sehingga aku nggak beranggapan bahwa buku ini bergenre thriller. Thriller untukku adalah momen ketika aku bisa dibuat mual oleh kesadisan seorang karakter.

***
Di samping hal-hal tidak menyenangkan yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Ada beberapa hal yang aku suka. Di antaranya adalah foto-foto yang menggambarkan beberapa adegan melalui sudut pandang Junwon. Secara pribadi, aku suka foto-fotonya, filter yang digunakannya, angle yang difotonya, foto-foto itu mendukung jalan cerita banget. Dan foto-foto itu membuatku bisa tahu kalau Junwon memang karakter yang gelap.

Setelah foto, aku suka dengan kalimat yang Hajin lontarkan di halaman 176.

Kau sendiri pun tidak abadi, tapi kau mengharapkan cinta, suatu perasaan yang tak berwujud, agar menjadi sesuatu yang abadi dan tak berubah? Apakah itu tidak memalukan?.

Bagi Junwon, kalimat tersebut cukup menohok. Dan aku suka itu. Seolah pada bagian ini tuh, sisi gelap Junwon ditampar oleh Hajin. Membuatku bergumam, “Karaktermu gelap banget hey Junwon! Semangat dong!.”

Overall Review

Aku memberikan dua bintang pada review awalku di Goodreads. Aku cukup tergugah untuk memberi bintang tiga di review ini. Tapi, secara keseluruhan aku tidak suka dengan buku ini. Selain karena tidak ada plot twist yang membuatku uwowwww, aku juga tidak begitu suka dengan karakter Junwon yang terlalu gelap. Dan detail-detail yang membosankan juga banyak. Jadi...

☆☆
2 bintang.

Greenshe Review