Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Hai readers,
Sesuai judul di atas, pada post kali ini aku akan ngomongin book haul yang aku lakukan selama awal tahun 2020.

Kalian para book lovers mungkin tahu bahwa pada bulan Maret lalu ada beberapa book sale dengan diskon yang semena-mena. Adapun book sale yang aku ketahui adalah Bootopia by Periplus dan Big Bad Wolf.

Kedua acara ini benar-benar mensuguhi pembeli dengan diskon buku yang tidak nanggung-nanggung. Walau aku tidak bisa terjun langsung ke lokasi untuk mencari-cari buku incaran karena kondisi yang tidak memungkinkan, aku tetap membeli beberapa buku melalui jasa titip untuk Big Bad Wolf. Sedangkan untuk Bootopia, aku memesannya langsung ke admin Periplus yang bertugas.

Terhitung dari bulan Maret sampai Mei 2020, ada 9 (sembilan) buku yang masuk ke dalam antrian to be read-ku. Adapun buku-buku tersebut adalah..

1. Your Name karya Makoto Shinkai


0
Share
Eleanor & Park by Rainbow Rowell
Photo by Greenshe

Eleanor & Park adalah buku kedua dari penulis Rainbow Rowell yang aku baca setelah buku Fangirl. Buku ini aku beli di Big Bad Wolf 2020 yang tak sempat aku kunjungi, sehingga hanya bisa memesan melalui jasa titip. Awalnya tidak tertarik untuk membeli, pasalnya aku lebih prefer untuk membeli buku cerita fantasi dibandingkan romansa. Tetapi karena buku ini cukup diminati oleh para pembaca, jadi aku sedikit tergugah untuk membelinya. Dan nyatanya, setelah membacanya, aku jatuh cinta.

Sinopsis

Buku ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang remaja berusia 17 tahun. Eleanor, cewek berambut merah terang yang memiliki keluarga yang broken-home, dan Park, cowok American-Korean yang selalu berusaha untuk menjadi invisible di antara teman-temannya.

REVIEW

Plot

Cerita dimulai ketika Eleanor pindah ke sekolah yang baru. Di dalam bus sekolah, Eleanor bertemu dengan Park dan duduk di sebelahnya. Pertemuan awal mereka tidak begitu baik, keduanya menyibukan diri masing-masing. Beberapa waktu berlalu, ketika Park membaca sebuah komik, ia tahu bahwa diam-diam Eleanor ikut membaca dari sampingnya, sejak saat itu, keduanya mulai mencoba berkomunikasi.

Plot dan alurnya disusun secara baik. Banyak adegan menggemaskan ala remaja antara Eleanor dan Park. Secara pribadi, aku lebih suka ‘masa pendekatan’ mereka. Tetapi bukan berarti aku tidak menyukai ketika mereka sudah jadian, hanya saja, lebih terkesan lucu dan menggemaskan. Memang benar, buku ini membuatku teringat tentang bagaimana rasanya jatuh cinta ketika remaja.

Aku suka bagaimana Rainbow Rowell mengakhiri cerita. Normalnya, kisah cinta anak remaja takkan memiliki akhir yang mutlak, apapun yang mereka alami, semuanya adalah permulaan. Tetapi penulis yang memberikan open ending mengenai Eleanor dan Park sudah membuatku sangat puas.

Karakter

Aku suka hampir semua karakter yang muncul dalam buku ini. Selain karakter Eleanor & Park yang remajaaa banget, aku sangat suka dengan karakter anggota keluarga Park.

Keluarga Park yang diceritakan memiliki darah Korea memiliki karakter yang cukup Asia, khususnya bawelnya Min-Dae (Mindy), ibunya Park. Keluarga Park dalam memperlakukan Eleanor sangat baik, lucu dan menghangatkan hati. Bapaknya Park juga sangat baik dengan Eleanor. Dan konflik-konflik kecil dalam keluarga Park dan bagaimana mereka menyelesaikan itu semua terkesan realistik dan natural. Pokoknya, keluarga Park menunjukkan bahwa nggak semua laki-laki itu jahat.

Sedangkan Eleanor yang memiliki keluarga broken-home harus tinggal bersama ibu, saudara-saudaranya, dan juga Richie, ayah tirinya. Richie cenderung digambarkan sebagai karakter ayah tiri yang jahat, walau ada saat-saat dimana ia terkesan baik pada anak-anak tirinya. Tetapi hal terakhir yang dilakukannya pada Eleanor cukup membuktikan bahwa dia memang tidak baik.

My Favorite Lines

“Eleanor was right. She never looked nice. She looked like art, and art wasn’t supposed to look nice; it was supposed to make you feel something” – page 168.
'Eleanor benar. Dia tidak pernah terlihat cantik. Dia terlihat seperti karya seni, dan karya seni tidak seharusnya terlihat cantik; karya seni seharusnya membuatmu merasakan sesuatu.'

My Not-So-Important Questions

Sebenarnya ini tidak penting, hanya saja sebagai seseorang yang menyukai Korea sudah lama, ada beberapa pertanyaan yang melesat di kepalaku dan membuatku agak ingin tahu, haha.
Apakah 'Park' adalah nama asli, atau hanya semacam nama marga aka surnames?
Kalau 'Park' adalah nama marga, maka siapa nama asli Park?
Kalau 'Park' adalah nama aslinya, maka apa marga ibunya Park?

Overall Review

☆☆☆☆☆
5/5 stars


This book is sooooo cute. Dan aku bersyukur membeli cover yang ini. Warna biru itu sangat menenangkan, haha. Aku sangat menyukai keseluruhan cerita, benar-benar bisa mengingatkanku dengan rasanya jatuh cinta. Walau pas awal membaca, aku mengalami sedikit kebosanan karena plot yang agak lambat. Tapi tetap 5 bintang untuk buku ini. Endingnya juga the best banget gemasnya. Memuaskan sekali. 

Kalau kamu pernah baca buku Fangirl-nya Rainbow Rowell dan belum pernah baca buku ini, kamu mungkin akan suka buku ini. Kisah cinta remaja yang nggak menye dan terkesan natural!
0
Share
Call From An Angle by Guillame Musso
Photo by Greenshe

Halo, hari ini aku akan mereview buku yang berjudul Call From An Angel karya Guillame Musso. Buku ini adalah novel yang diterjemahkan oleh Penerbit Spring. Aku membeli buku ini 3 tahun lalu karena buku ini memiliki premis yang sangat menarik tentang bagaimana takdir mempertemukan dua orang yang tadinya tidak saling mengenal hanya karena handphone yang tertukar.

Sinopsis

Buku ini menceritakan tentang Madeline dan Jonathan yang tidak sengaja bertemu di sebuah bandara dan handphone-nya tertukar. Seperti yang kalian tahu, telepon genggam sekarang ini sudah kayak e-diary, banyak data pribadi yang tersimpan dalam satu benda. Nah, di ponsel masing-masing, mereka menemukan sebuah rahasia yang bisa mengancam nyawa mereka.

Review

Plot

Cerita berawal ketika ponsel Madeline, seorang florist di Paris, dan Jonathan, seorang chef di San Fransisco tertukar ketika keduanya sedang berada di suatu bandara internasional, aku lupa tepatnya bandara apa, New York, mungkin. Dan setelah menyadari ponsel mereka tertukar, mereka yang tadinya hendak mengirim ponsel masing-masing melalui pos, timbul lah rasa tak percaya yang membuat mereka ragu dan membuat mereka akhirnya menjelajahi isi ponsel masing-masing.

Kekepoan mereka akhirnya membuka kembali kasus yang hampir terlupakan. Sebuah kasus penculikan yang melibatkan keduanya. Bagaimana mereka terlibat? Semuanya ada dalam buku, haha.
Awalnya kupikir buku ini sejenis buku misteri yang ringan. Pasalnya, blurb di belakang buku membuatku yakin bahwa buku ini bertemakan misteri, sedangkan cover buku yang berwarna putih membuatku yakin bahwa buku ini juga mencakup romance.

Alur berjalan lambat, tetapi semakin ke belakang semakin intense dan gelap. Walaupun harus ku akui, buku ini tidak mengandung plot twist yang twisty, beberapa kali aku merasa bahwa penulis ingin memberikan plot twist dengan ‘kebetulan-kebetulan’ yang disematkan penulis dalam ceritanya.

Secara pribadi aku nggak suka perpaduan romance, crime atau misteri dengan mafia. Rasanya berat, memusingkan, terkesan dark dan trope-nya kurang luas. Dan terlebih di buku ini banyak ‘kebetulan-kebetulan’ dan ‘kematian palsu’ yang membuatku, seorang pembaca, kehilangan simpati dengan karakter-karakter disana. Apa kalian terbayang ketika kalian sudah sedih karena karakter tertentu harus mati, eh ternyata dia masih hidup? Dibandingkan merasa senang, aku lebih merasa tertipu.

Walaupun begitu, aku nggak memungkiri bahwa buku ini juga menghiburku, khususnya quotes pada setiap bab.


'Kita selalu punya pilihan. Kita sendiri adalah sekumpulan pilihan,' - Joseph O'Connor, halaman 154.
 Dan juga...
'Kesedihan terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri.' - Sophocles, halaman 177.
 Ada quotes lainnya yang tidak akan aku tuliskan disini, karena terlalu banyak, haha.

Karakter

Dalam buku ini, ada banyak nama yang muncul, tetapi tidak semuanya penting, sudut pandang benar-benar difokuskan pada Madeline dan Jonathan. Jadi, aku akan mengungkapkan kesanku terhadap dua karakter utama ini.

Kalau dibilang tidak suka, aku cenderung netral. Pasalnya kedua karakter ini tidak bisa membuatku jatuh cinta, tetapi aku juga tidak bisa membenci mereka. Chemistry di antara keduanya sangat kurang, sehingga unsur romance nya terkesan tidak penting dan bahkan almost like a fling, hanya cinta sesaat atau lewat, terlebih ada laki-laki lain di sekitar Madeline, dan Jonathan bukan sosok karakter yang membuatku bisa jatuh cinta dan merasakan kehebatannya dibandingkan karakter lain.

Overall Review

☆☆☆
3/5 stars

Aku suka premisnya. Sayangnya, perkembangan cerita dan karakternya menurutku masih kurang padat, masih memiliki rongga yang sebenarnya bisa dipadatkan. Plotnya agak lambat dan banyak detail yang tidak penting. Tapi tetap menghibur, kok. Jadi, 3 bintang.

Kalau kamu suka cerita bertemakan crime, misteri, dan mafia, mungkin kamu akan suka buku ini.
0
Share
Pernahkah kalian menonton drama, lalu kalian suka, tapi dalam waktu yang sama, kalian juga membencinya?

The King: Eternal Monarch

Judul: The King: Eternal Monarch
Episode: 16 episode
Pemeran: Lee Min Ho, Kim Go Eun, Woo Do Hwan, etc.
Direktor: Baek Sang Hoon
Penulis: Kim Eun Sook
Genre: Fantasy, Romance, Parallel Universe

Sinopsis

The King: Eternal Monarch adalah drama Korea yang menceritakan Lee Gon, seorang raja yang memimpin Kingdom of Korea (Kerajaan Korea) yang berusaha menutup pintu ke dunia paralel yang terbuka setelah Manpasikjeok, seruling legendaris kerajaan yang memiliki kekuatan magis, terbelah dua karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Lee Rim, pamannya.

Review

Sesuka-sukanya aku dengan genre fantasi, aku seringkali menghindari konsep Parallel Universe dan Parallel Time. Sesuatu yang bertemakan Parallel cenderung membingungkan dan terlalu ngawang sehingga sulit diproses pikiranku.

Alasan utama aku menonton drama ini adalah karena Kim Eun Sook, si penulis, adalah sosok dibalik layar drama-drama menarik seperti Goblin, The Heirs, Descendants of The Sun, Secret Garden, dan lain sebagainya. Selain itu, Kim Eun Sook juga seringkali mengambil genre fantasi, genre favoritku, sehingga aku cukup menantikan kehadiran The King: Eternal Monarch garapan Kim Eun Sook ini. –tidak, aku tidak menontonnya karena aktornya, bahkan aku tidak pernah menonton BBF.

Saat drama ini on-going aku menulis sedikit komentarku ketika menonton drama ini di ponselku, jadi aku akan menuangkannya dalam review kali ini.

Sejak awal, aku sudah menduga plot dengan konsep Parallel Universe ini akan ngebingungin ke belakangnya. Nggak tertebak sih alurnya akan seperti apa, tapi konsep seperti ini membuat pengalaman menontonku nggak semenarik drama lainnya, terlalu banyak kemungkinan yang membuatku malas berteori. Mungkin drama ini membuat penonton jadi berpikir keras, makanya aku seringkali berpikir, ‘yaudah lah liat aja yang si penulis mau bikin gimana’. Akhirnya, nggak ada yang benar-benar bisa aku komentari. Tapi aku berusaha keras untuk menulis review ini, haha.

Di empat episode pertama, aku menotis banyak setting adegan yang mirip-mirip dengan drama Kim Eun Sook sebelumnya, seperti The Heirs dan Goblin. Iya, aku paham, Lee Min Ho dan Kim Go Eun bermain di The Heirs dan Goblin, jadi wajar saja mereka digaet lagi untuk main drama Kim Eun Sook lalu ada persamaannya. Tetapi, secara pribadi, aku merasa... kurang baru. Rasanya seperti.. i have a pen, i have an apple, ugh! Apple-pen. Kayak Kim Tan ketemu sama Eun Tak aja gitu, walau sebenarnya karakter mereka berbeda, tapi adegannya selalu mengingatkanku.

Sebenarnya aku juga kurang suka dengan romance yang diselipkan di drama ini. Secara pribadi, aku berpikiran bahwa hubungan antara Lee Gon dan Tae Eul terlalu cepat, i mean nggak ada tahap pedekate yang meyakinkanku (sebagai seorang penonton) bahwa mereka saling mencintai hingga bisa mengorbankan nyawa mereka.

Acting Lee Min Ho dan Kim Go Eun itu bagus banget. Mereka bisa memvisualisasikan emosi yang diharapkan pada setiap adegan. Apalagi episode 11 & 12 ketika Lee Gon dan para pengawalnya naik kuda buat menyelamatkan Calon Ratu mereka. Bahhhh itu feel-nya dapet banget. Terlebih adegan itu tuh kesannya orisinil The King: Eternal Monarch banget, maksudku nggak disama-samain sama adegan keren dan romantis dari drama-drama Kim Eun Sook sebelumnya gitu.

Walaupun begitu, aku menyayangkan transisi emosi dari satu adegan romantis ke adegan romantis lainnya, menurutku kesannya perkembangan hubungan mereka banyak yang ke-skip-skip gitu, jadi kayak cepet banget mereka jatuh cinta sampe bucin begitu.

Karakter yang paling menghiburku dalam drama ini adalah Jo Yong & Jo Eun Seop. Woo Do Hwan, aktor yang memerankan dua karakter itu benar-benar bisa menunjukkan dua karakter yang berbeda, sosok yang keren dan tampan, serta sosok yang lucu dan menyenangkan (dan juga tampan, tentu saja). Adegan-adegan yang diperolehnya selalu menghibur. Uwu uri Unbreakable Sword.

Setting

Teknik pengambilan gambar yang digunakan drama ini oke kok, kualitas film layar lebar, dan angle-nya bagus. Tapi, terkadang aku merasa mereka terlalu sibuk menunjukkan berbagai angle, sehingga menurutku banyak angle yang unnecessary.

Product Placementnya terlalu kentara. Wow, i mean untuk ukuran drama Korea iklannya terlalu mencolok. Sebagai orang Indonesia, tentu kita sudah biasa disuguhkan iklan secara terang-terangan di sebuah sinetron. Tapi, karena ini adalah drama Korea, aku nggak tahu apakah ini adalah sebuah kemajuan atau kemunduran. Yang pasti, secara pribadi, aku merasa terganggu.

Editan langit pink dalam gerbang dunia paralelnya kurang canggih. Sampai episode 7, aku masih terganggu dengan editan itu. Kayak bukan Korea banget produksinya. Malah produksi yang seperti itu kayak menimbulkan kesan mereka hanya memanfaatkan ketenaran Lee Min Ho dan Kim Go Eun sebagai aktor.

Terlalu banyak adegan diam dan tatap-tatapan. Seharusnya adegan ini menjadi adegan romantis yang penuh dengan perasaan, tapi aku merasa ini adalah adegan yang bertele-tele, karena ya itu, aku merasa progress mereka untuk jatuh cinta terlalu cepat dan tidak masuk akal perasaan.

OST

Wah, bagiku ini nilai plus dari drama ini sih. Soundtracknya dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi yang sangat bagus, seperti Zion T, Hwasa, Hwang Chi Yeol, Wendy, Zico, dan lain sebagainya. Lagunya juga banyak yang enak-enak. Tapi favoritku mungkin lagu Maze yang dinyanyikan Young Zoo, musiknya pas aja untuk latar belakang kerajaan modern kayak Kingdom of Korea. Selain itu, lagu My Love yang dibawakan oleh Gummy juga pas banget buat adegan-adegan yang menguras banyak emosi, aku suka banget. Oh, You Are My Beginning and Last yang dibawakan Lim Han Byul dan Kim Jae Hwan juga favoritku, pasalnya aku suka jenis musiknya yang ballad dan vokalisasinya yang punya power banget.

Overall Review

☆☆☆
3 bintang

Satu bintang untuk karakter/aktornya, satu bintang untuk soundtracknya, setengah bintang untuk plotnya, dan setengah bintang untuk setting dramanya.

Aku suka drama ini, tapi aku juga membencinya. Banyak yang aku nggak suka di drama ini, tapi aku suka drama ini, episode 11 & 12 benar-benar meninggalkan kesan yang sangat baik. Soundtracknya juga bagus banget.

Aku nggak merekomendasikan drama ini untuk siapa-siapa, selama kamu siap diajak mikir dengan plot yang terlalu membingungkan, silahkan tonton drama ini.

Sebuah Pertanyaan Yang Akan Membingungkan Tapi Kalau Kalian Ingin Menimpali, Silahkan Banget.

Plot drama ini masih meninggalkan banyak pertanyaan tak kasat mata, khususnya episode terakhir. Lee Gon kembali ke malam pengkhianatan untuk menghentikan Lee Rim, bagaimana ia yakin bahwa masa lalu itu adalah masa lalu miliknya dari banyaknya universe yang memiliki masa lalu yang serupa? Lee Gon kecil akhirnya terselamatkan tanpa mengenal Tae Eul, tapi kini seruling itu sepenuhnya milik Lee Gon.

Dan apa faedahnya manpasikjeok me-reset dunia, tapi menyisakan memori Lee Gon dan Tae Eul? Bukankah lebih romantis kalau mereka dipertemukan oleh takdir yang berbeda? Maksudku, lembaran baru yang berbeda. Seruling itu sudah sepenuhnya milik Lee Gon, tinggal takdir yang memang menggiringnya ke Republik untuk bertemu dengan Tae Eul.

Tapi, penulis membuat mereka berakhir dengan status berpacaran, dan malam mingguannya menjelajah berbagai universe yang berbeda. Penjelajah universe kan abadi nih ceritanya, mereka akan begitu terus gitu? Apakah ini bentuk kebucinan mereka? Menyebalkan.
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  Mei 2025 (1)
      • Life updates! As if anyone wants to be updated.
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose