Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Bone by Jung Mijin
Photo by Greenshe


Bone adalah buku misteri fotografi Korea Selatan yang diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Buku ini adalah buku terjemahan Penerbit Haru yang pertama kali menggunakan fotografi nyata untuk covernya. Genre misteri fotografi ini tentu saja dilengkapi dengan foto-foto yang bisa membuat pembaca lebih merasakan suasana kelam dan misterius dalam cerita ini.

Buku ini menceritakan tentang Junwon, seorang pemuda yang memperoleh paket berisi surat ancaman yang memintanya untuk membawa sejumlah uang untuk menebus Hajin, kekasihnya yang... sudah dua tahun lalu menghilang tanpa kabar. Hanya dalam hitungan jam, ia harus segera menyelamatkan Hajin.

Review

Aku membeli buku ini karena ingin mencoba membaca lebih banyak buku thriller dan misteri setelah mendapatkan kesan yang sangat baik ketika membaca buku Holy Mother karya Akiyoshi Rikako. Aku mengharapkan cerita ini memiliki twist yang membuatku ternganga dan membuatku terkejut.

***
Alur cerita ini berjalan maju dan mundur antara usaha Junwon untuk menyelamatkan Hajin di tahun 2015, serta kilasan balik mengenai hubungannya dengan Hajin di masa lalu. Bagaimana mereka bisa kenal, kenapa mereka bisa jatuh cinta, dan lain sebagainya.

Unsur misteri ada pada present time yang dijalankan oleh Junwon. Kenapa tiba-tiba Hajin diculik setelah dua tahun menghilang tanpa kabar? Siapa yang menculik Hajin? Apakah Junwon bisa menyelamatkan Hajin?.

Sedangkan unsur romansanya terletak pada kilas balik masa lalu hubungan Junwon dan Hajin. Sejujurnya aku sangat bosan ketika membaca buku ini, sebagian besar karena kilas balik masa lalu Junwon dan Hajin ini. Selain itu, aku juga seringkali bosan karena dalam buku ini banyak detail yang menurutku tidak perlu.

***
Ditambah karakter Junwon yang sejak awal menampakkan bahwa mentalnya terluka membuatku berpikir bahwa ia sakit jiwa.

Hajin adalah kegelapanku. – Junwon, halaman 164.

Ketika membaca kalimat itu, aku merasa karakter Junwon itu adalah sosok yang gelap banget, seolah aura hitam yang pekat menyelimuti dirinya. Seolah benar-benar tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya, meskipun ia memiliki sahabat setia bernama Jindo.

Mungkin karena hal itu pula, penggunaan sudut pandang “aku” yang seharusnya bisa membuatku merasakan hal yang sama dengan si karakter “aku” tidak berguna sama sekali. Aku tidak bisa meresapi karakter Junwon ini. Terlalu gelap.

***
Beberapa orang beranggapan bahwa buku ini memiliki genre thriller. Bukan maksudku untuk tidak menghargai pendapat orang lain, tetapi hanya ingin bilang bahwa pendapatku mengenai hal ini agak sedikit berbeda. I’m not thrilled by the story. Sehingga aku nggak beranggapan bahwa buku ini bergenre thriller. Thriller untukku adalah momen ketika aku bisa dibuat mual oleh kesadisan seorang karakter.

***
Di samping hal-hal tidak menyenangkan yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Ada beberapa hal yang aku suka. Di antaranya adalah foto-foto yang menggambarkan beberapa adegan melalui sudut pandang Junwon. Secara pribadi, aku suka foto-fotonya, filter yang digunakannya, angle yang difotonya, foto-foto itu mendukung jalan cerita banget. Dan foto-foto itu membuatku bisa tahu kalau Junwon memang karakter yang gelap.

Setelah foto, aku suka dengan kalimat yang Hajin lontarkan di halaman 176.

Kau sendiri pun tidak abadi, tapi kau mengharapkan cinta, suatu perasaan yang tak berwujud, agar menjadi sesuatu yang abadi dan tak berubah? Apakah itu tidak memalukan?.

Bagi Junwon, kalimat tersebut cukup menohok. Dan aku suka itu. Seolah pada bagian ini tuh, sisi gelap Junwon ditampar oleh Hajin. Membuatku bergumam, “Karaktermu gelap banget hey Junwon! Semangat dong!.”

Overall Review

Aku memberikan dua bintang pada review awalku di Goodreads. Aku cukup tergugah untuk memberi bintang tiga di review ini. Tapi, secara keseluruhan aku tidak suka dengan buku ini. Selain karena tidak ada plot twist yang membuatku uwowwww, aku juga tidak begitu suka dengan karakter Junwon yang terlalu gelap. Dan detail-detail yang membosankan juga banyak. Jadi...

☆☆
2 bintang.

0
Share
Hai readers,
Sesuai judul di atas, pada post kali ini aku akan ngomongin book haul yang aku lakukan selama awal tahun 2020.

Kalian para book lovers mungkin tahu bahwa pada bulan Maret lalu ada beberapa book sale dengan diskon yang semena-mena. Adapun book sale yang aku ketahui adalah Bootopia by Periplus dan Big Bad Wolf.

Kedua acara ini benar-benar mensuguhi pembeli dengan diskon buku yang tidak nanggung-nanggung. Walau aku tidak bisa terjun langsung ke lokasi untuk mencari-cari buku incaran karena kondisi yang tidak memungkinkan, aku tetap membeli beberapa buku melalui jasa titip untuk Big Bad Wolf. Sedangkan untuk Bootopia, aku memesannya langsung ke admin Periplus yang bertugas.

Terhitung dari bulan Maret sampai Mei 2020, ada 9 (sembilan) buku yang masuk ke dalam antrian to be read-ku. Adapun buku-buku tersebut adalah..

1. Your Name karya Makoto Shinkai


0
Share
Eleanor & Park by Rainbow Rowell
Photo by Greenshe

Eleanor & Park adalah buku kedua dari penulis Rainbow Rowell yang aku baca setelah buku Fangirl. Buku ini aku beli di Big Bad Wolf 2020 yang tak sempat aku kunjungi, sehingga hanya bisa memesan melalui jasa titip. Awalnya tidak tertarik untuk membeli, pasalnya aku lebih prefer untuk membeli buku cerita fantasi dibandingkan romansa. Tetapi karena buku ini cukup diminati oleh para pembaca, jadi aku sedikit tergugah untuk membelinya. Dan nyatanya, setelah membacanya, aku jatuh cinta.

Sinopsis

Buku ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang remaja berusia 17 tahun. Eleanor, cewek berambut merah terang yang memiliki keluarga yang broken-home, dan Park, cowok American-Korean yang selalu berusaha untuk menjadi invisible di antara teman-temannya.

REVIEW

Plot

Cerita dimulai ketika Eleanor pindah ke sekolah yang baru. Di dalam bus sekolah, Eleanor bertemu dengan Park dan duduk di sebelahnya. Pertemuan awal mereka tidak begitu baik, keduanya menyibukan diri masing-masing. Beberapa waktu berlalu, ketika Park membaca sebuah komik, ia tahu bahwa diam-diam Eleanor ikut membaca dari sampingnya, sejak saat itu, keduanya mulai mencoba berkomunikasi.

Plot dan alurnya disusun secara baik. Banyak adegan menggemaskan ala remaja antara Eleanor dan Park. Secara pribadi, aku lebih suka ‘masa pendekatan’ mereka. Tetapi bukan berarti aku tidak menyukai ketika mereka sudah jadian, hanya saja, lebih terkesan lucu dan menggemaskan. Memang benar, buku ini membuatku teringat tentang bagaimana rasanya jatuh cinta ketika remaja.

Aku suka bagaimana Rainbow Rowell mengakhiri cerita. Normalnya, kisah cinta anak remaja takkan memiliki akhir yang mutlak, apapun yang mereka alami, semuanya adalah permulaan. Tetapi penulis yang memberikan open ending mengenai Eleanor dan Park sudah membuatku sangat puas.

Karakter

Aku suka hampir semua karakter yang muncul dalam buku ini. Selain karakter Eleanor & Park yang remajaaa banget, aku sangat suka dengan karakter anggota keluarga Park.

Keluarga Park yang diceritakan memiliki darah Korea memiliki karakter yang cukup Asia, khususnya bawelnya Min-Dae (Mindy), ibunya Park. Keluarga Park dalam memperlakukan Eleanor sangat baik, lucu dan menghangatkan hati. Bapaknya Park juga sangat baik dengan Eleanor. Dan konflik-konflik kecil dalam keluarga Park dan bagaimana mereka menyelesaikan itu semua terkesan realistik dan natural. Pokoknya, keluarga Park menunjukkan bahwa nggak semua laki-laki itu jahat.

Sedangkan Eleanor yang memiliki keluarga broken-home harus tinggal bersama ibu, saudara-saudaranya, dan juga Richie, ayah tirinya. Richie cenderung digambarkan sebagai karakter ayah tiri yang jahat, walau ada saat-saat dimana ia terkesan baik pada anak-anak tirinya. Tetapi hal terakhir yang dilakukannya pada Eleanor cukup membuktikan bahwa dia memang tidak baik.

My Favorite Lines

“Eleanor was right. She never looked nice. She looked like art, and art wasn’t supposed to look nice; it was supposed to make you feel something” – page 168.
'Eleanor benar. Dia tidak pernah terlihat cantik. Dia terlihat seperti karya seni, dan karya seni tidak seharusnya terlihat cantik; karya seni seharusnya membuatmu merasakan sesuatu.'

My Not-So-Important Questions

Sebenarnya ini tidak penting, hanya saja sebagai seseorang yang menyukai Korea sudah lama, ada beberapa pertanyaan yang melesat di kepalaku dan membuatku agak ingin tahu, haha.
Apakah 'Park' adalah nama asli, atau hanya semacam nama marga aka surnames?
Kalau 'Park' adalah nama marga, maka siapa nama asli Park?
Kalau 'Park' adalah nama aslinya, maka apa marga ibunya Park?

Overall Review

☆☆☆☆☆
5/5 stars


This book is sooooo cute. Dan aku bersyukur membeli cover yang ini. Warna biru itu sangat menenangkan, haha. Aku sangat menyukai keseluruhan cerita, benar-benar bisa mengingatkanku dengan rasanya jatuh cinta. Walau pas awal membaca, aku mengalami sedikit kebosanan karena plot yang agak lambat. Tapi tetap 5 bintang untuk buku ini. Endingnya juga the best banget gemasnya. Memuaskan sekali. 

Kalau kamu pernah baca buku Fangirl-nya Rainbow Rowell dan belum pernah baca buku ini, kamu mungkin akan suka buku ini. Kisah cinta remaja yang nggak menye dan terkesan natural!
0
Share
Call From An Angle by Guillame Musso
Photo by Greenshe

Halo, hari ini aku akan mereview buku yang berjudul Call From An Angel karya Guillame Musso. Buku ini adalah novel yang diterjemahkan oleh Penerbit Spring. Aku membeli buku ini 3 tahun lalu karena buku ini memiliki premis yang sangat menarik tentang bagaimana takdir mempertemukan dua orang yang tadinya tidak saling mengenal hanya karena handphone yang tertukar.

Sinopsis

Buku ini menceritakan tentang Madeline dan Jonathan yang tidak sengaja bertemu di sebuah bandara dan handphone-nya tertukar. Seperti yang kalian tahu, telepon genggam sekarang ini sudah kayak e-diary, banyak data pribadi yang tersimpan dalam satu benda. Nah, di ponsel masing-masing, mereka menemukan sebuah rahasia yang bisa mengancam nyawa mereka.

Review

Plot

Cerita berawal ketika ponsel Madeline, seorang florist di Paris, dan Jonathan, seorang chef di San Fransisco tertukar ketika keduanya sedang berada di suatu bandara internasional, aku lupa tepatnya bandara apa, New York, mungkin. Dan setelah menyadari ponsel mereka tertukar, mereka yang tadinya hendak mengirim ponsel masing-masing melalui pos, timbul lah rasa tak percaya yang membuat mereka ragu dan membuat mereka akhirnya menjelajahi isi ponsel masing-masing.

Kekepoan mereka akhirnya membuka kembali kasus yang hampir terlupakan. Sebuah kasus penculikan yang melibatkan keduanya. Bagaimana mereka terlibat? Semuanya ada dalam buku, haha.
Awalnya kupikir buku ini sejenis buku misteri yang ringan. Pasalnya, blurb di belakang buku membuatku yakin bahwa buku ini bertemakan misteri, sedangkan cover buku yang berwarna putih membuatku yakin bahwa buku ini juga mencakup romance.

Alur berjalan lambat, tetapi semakin ke belakang semakin intense dan gelap. Walaupun harus ku akui, buku ini tidak mengandung plot twist yang twisty, beberapa kali aku merasa bahwa penulis ingin memberikan plot twist dengan ‘kebetulan-kebetulan’ yang disematkan penulis dalam ceritanya.

Secara pribadi aku nggak suka perpaduan romance, crime atau misteri dengan mafia. Rasanya berat, memusingkan, terkesan dark dan trope-nya kurang luas. Dan terlebih di buku ini banyak ‘kebetulan-kebetulan’ dan ‘kematian palsu’ yang membuatku, seorang pembaca, kehilangan simpati dengan karakter-karakter disana. Apa kalian terbayang ketika kalian sudah sedih karena karakter tertentu harus mati, eh ternyata dia masih hidup? Dibandingkan merasa senang, aku lebih merasa tertipu.

Walaupun begitu, aku nggak memungkiri bahwa buku ini juga menghiburku, khususnya quotes pada setiap bab.


'Kita selalu punya pilihan. Kita sendiri adalah sekumpulan pilihan,' - Joseph O'Connor, halaman 154.
 Dan juga...
'Kesedihan terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri.' - Sophocles, halaman 177.
 Ada quotes lainnya yang tidak akan aku tuliskan disini, karena terlalu banyak, haha.

Karakter

Dalam buku ini, ada banyak nama yang muncul, tetapi tidak semuanya penting, sudut pandang benar-benar difokuskan pada Madeline dan Jonathan. Jadi, aku akan mengungkapkan kesanku terhadap dua karakter utama ini.

Kalau dibilang tidak suka, aku cenderung netral. Pasalnya kedua karakter ini tidak bisa membuatku jatuh cinta, tetapi aku juga tidak bisa membenci mereka. Chemistry di antara keduanya sangat kurang, sehingga unsur romance nya terkesan tidak penting dan bahkan almost like a fling, hanya cinta sesaat atau lewat, terlebih ada laki-laki lain di sekitar Madeline, dan Jonathan bukan sosok karakter yang membuatku bisa jatuh cinta dan merasakan kehebatannya dibandingkan karakter lain.

Overall Review

☆☆☆
3/5 stars

Aku suka premisnya. Sayangnya, perkembangan cerita dan karakternya menurutku masih kurang padat, masih memiliki rongga yang sebenarnya bisa dipadatkan. Plotnya agak lambat dan banyak detail yang tidak penting. Tapi tetap menghibur, kok. Jadi, 3 bintang.

Kalau kamu suka cerita bertemakan crime, misteri, dan mafia, mungkin kamu akan suka buku ini.
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  Mei 2025 (1)
      • Life updates! As if anyone wants to be updated.
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose