Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Greenshe kembali, kali ini bersama Song Joong Ki!
Yeap. Hari ini episode 3 drama ini sudah keluar di myasiantv.to dan aku akan harus me-review dua episode perdana drama baru Song Joong Ki yang berjudul Arthdal Chronicles. 
Yak, berikut adalah detail drama-nya!


Judul: Arthdal Chronicles / 아스달 연대기
Episode: 18 episode
Pemeran: Song Joong Ki, Kim Ji Won, Jang Dong Gun, etc.
Director: Kim Won Suk
Writer: Kim Young Hyun, Park Sang Yeon

Wow! Saat mencari informasi tentang detail drama ini, aku menemukan bahwa drama ini terdiri dari 18 episode (bukan! bukan itu hal yang ingin aku sampaikan), dan yang membuatnya berbeda dari drama lain adalah katanya, drama ini akan dibagi menjadi 3 part, dimana masing-masing part terdiri dari 6 episode. Part 1 dan 2 akan tayang bergiliran, sedangkan part 3 akan di tayangkan in the second half of 2019, yang berarti antara bulan Juli-Desember. Pasalnya, pada bulan Juli, drama berjudul Hotel Del Luna akan tayang, mungkin drama ini yang akan mengganti Arthdal untuk sementara. Wah, benar-benar sistem penayangan yang unik dan cukup baru menurutku.

SINOPSIS UMUM

Mengambil latar di daerah fiksi bernama Arthdal saat zaman Kuno, drama ini menceritakan tiga tokoh utama kita, yakni;

Eun Seom (Song Joong Ki) yang terlahir dengan membawa malapetaka untuk Arthdal. Ibunya susah payah untuk menyelamatkan Eun Seom dengan pergi ke daerah bernama Iark. Sesampainya disana, ibunya meninggal, membuat Eun Seom hidup bersama suku Wahan. Dengan berbagai perjuangan, Eun Seom kembali hadir di Arthdal.

Ta-Gon (Jang Dong Gun) adalah panglima perang Arthdal. Dia adalah orang yang paling berjasa dalam membawa Arthdal menjadi negara yang besar dan kuat. Dia memiliki mimpi untuk menjadi raja pertama Arthdal.

Tan-Ya (Kim Ji Won) lahir dengan takdir yang sama dengan Eun Seom. Dia adalah pemimpin suku Wahan, kalau kalian pernah menonton Moana, kurang lebih dia seperti Moana, anak kepala suku yang diharapkan bisa memimpin rakyatnya. Ia berambisi untuk menjadi politikus.

RINGKASAN SPOILER EPISODE 1 & 2

Yang bukan team spoiler, silahkan scroll sampai bagian Review :)

Di awal episode 1, penonton disuguhi dengan adegan seorang ibu yang terkulai lemah sedang bermimpi mengenai seseorang/sesuatu yang memintanya untuk memberikan bayinya yang terbaring di sebelahnya. Selama ia bermimpi, seekor ular putih dengan mata berwarna ungu menghampiri anak itu dan terkesan ingin memakannya. Lalu, adegan berganti menjadi pemandangan pegunungan dan hutan yang disertai dengan narasi:

“In ancient times when mankind came down from the trees, they learned to use fire and began making sharp blades, invented wheels and started paving trails, and finally learned to plant seeds and settled in one place. But they did not have a nation or a king. Homo sapiens didn’t have dreams and had not yet reached the top of the great pyramid of nature. The glorious land of our ancient mothers. This place, Arth.”

  1. Zaman kuno. Berarti masih banyak manusia yang memiliki pikiran kuno atau purba. Belum mengenal atau mungkin baru mengenal hal-hal seperti membuat pedang, menggunakan api, menaiki kuda, dan semacamnya.
  2. Mereka tidak memiliki negara maupun raja. Katanya, drama ini bisa dikatakan sebagai Game of Thrones versi Korea. Dan setelah menonton episode 1, sepertinya memang drama ini akan menceritakan tentang perebutan tahta atau perang antar suku, walau dikatakan bahwa Arth bukanlah milik siapa-siapa, tetapi beberapa klan manusia ada yang memiliki greed dan berkomplot untuk menguasai tanah Arth, dan tanah lainnya, seperti Iark.
  3. Di Arth ada beberapa klan atau suku, yakni Saenyeok Tribe, Hwinsan Tribe, Hae Tribe, Bachidoore, Wahan Tribe dari Iark, dan Neanthal, makhluk yang terlihat seperti manusia, tetapi memiliki darah berwarna biru dan memiliki kekuatan sangat besar layaknya monster.
  4. Homo sapiens aka manusia / saram tidak memiliki mimpi. Awalnya aku berpikir bahwa hal ini berarti manusia saat itu tidak memiliki mimpi, cita-cita, atau keinginan untuk menguasai. Tetapi, setelah menonton episode 1 dan 2, sepertinya hal ini ada kaitannya dengan mimpi yang biasa di alami saat tidur. Pasalnya, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memiliki mimpi. Adapun karakter yang bisa bermimpi adalah Asa Hon ibunya Eun Seom, Eun Seom, dan Tan-Ya, suku Neanthal.




Episode 1 menceritakan mengenai awal terjadinya perang, dimana karakter Ta-Gon masih muda dan memegang peranan penting. Saat itu, Saram atau suku-suku yang terdiri dari manusia biasa, mengajak suku Neanthal untuk berkompromi dan berkoalisi untuk bekerja sama seperti menyatukan daerah dan memindahkan kekuasaan di atas satu Raja. Tetapi suku Neanthal menolak kerjasama tersebut, pasalnya suku Neanthal berpendapat bahwa seharusnya tanah Arth tidak dimiliki oleh siapa-siapa. Suku manusia merasa terancam dengan penolakan kerjasama suku Neanthal, kemudian mereka menyiapkan strategi untuk menghabiskan suku Neanthal. Walaupun suku Neanthal memiliki kekuatan seperti monster, tentu mereka juga memiliki kelemahan, dan Ta-Gon merupakan sosok berjasa bagi suku manusia yang berhasil menghabiskan hampir seluruh suku Neanthal. Suku manusia mengirimkan beberapa hadiah berupa kain yang ternyata merupakan kain bekas kuda yang terkena penyakit atau infeksi yang hanya mempengaruhi hewan dan suku Neanthal. Di saat suku Neanthal lemah, Ta-Gon dan pasukannya menyerang.


Ketika pembantaian terjadi, ketua suku Neanthal, Ragaz, ternyata masih selamat dengan membawa dua orang bayi suku Neanthal di tangannya. Begitu pula Asa Hon, wanita dari suku Hwinsan, yang ternyata digunakan sebagai umpan untuk membawa hadiah beracun itu ke suku Neanthal. Asa Hon yang tidak mengetahui niat buruk suku manusia, merasa bersalah terhadap suku Neanthal dan memilih untuk tetap tinggal bersama suku Neanthal dengan seorang bayi Neanthal di tangannya. Dengan total 3 bayi di tangan Ragaz dan Asa Hon, mereka berdua kabur dan selamat, bahkan sempat menikah dan melahirkan dua anak dengan warna darah ungu yang disebut Igutu, salah satunya adalah Eun Seom, sedangkan saudaranya Eun Seom dibawa oleh Ta-Gon dan belum diketahui siapa sosoknya setelah dewasa. Suku manusia yang masih merasa bahwa suku Neanthal yang selamat adalah ancaman, akhirnya meneruskan perburuan dan perang memperluas wilayah jajahannya.

Apa yang membuat Eun Seom spesial? Dia terlahir saat Azure Comet muncul di langit, yang katanya akan membawa takdir malapetaka untuk Arthdal. Asa Hon bermimpi bahwa Aramun Haesulla, dewa/dewi kepercayaannya, meminta Asa Hon memberikan Eun Seom padanya. Tetapi Asa Hon menolak, lalu Aramun menawarkan apakah ia harus membawa kakaknya Eun Seom? Tetapi Asa Hon tetap menolak, hingga akhirnya Aramun mengatakan bahwa ia akan mengambil ayahnya. Selain itu, Aramun juga mengatakan pada Asa Hon, "Jangan mengikuti orang yang bernyanyi". Siapakah orang yang dimaksud Aramun? Ternyata orang tersebut adalah Ta-Gon. Ketika Ragaz sedang mencari obat bersama kakak Eun Seom, ia bertemu beberapa manusia dan bertarung hingga kehilangan nyawanya. Ta-Gon menemukan kakak Eun Seom di semak-semak, lalu membawa pergi bayi tersebut, padahal anak buahnya mengatakan bahwa Igutu (anak campuran) bisa membawa sial, tetapi anak buahnya malah dibunuhin.

Asa Hon akhirnya pergi menuruni Great Black Cliff untuk ke daerah bernama Iark yang ia pikir tidak tersentuh oleh Asamun Haesulla, sehingga ia dan Eun Seom bisa aman dari ramalan buruk. Tetapi  setelah 10 tahun mencari jalan, sesampainya Asa Hon dan Eun Seom yang sudah agak besar di Iark, Asa Hon mati, dan meminta Eun Seom untuk kembali ke Arthdal kalau luka di tubuhnya sudah memudar apa gimana gitu deh.

Setelah kematian ibunya, Eun Seom akhirnya tumbuh dewasa bersama suku Wahan. Ia berteman dengan Tan-Ya yang lahir di hari yang sama dengan Eun Seom. Mungkin yang membedakan takdir mereka adalah Eun Seom seorang Igutu yang notabene membawa sial, sedangkan Tan-Ya terlahir dengan tanggung jawab sebagai penerus atau pemimpin suku Wahan, kalau kalian pernah menonton Moana, si Tan-Ya agak mirip Moana gitu deh.

Di episode 2, penduduk Iark digambarkan begitu sederhana dan purba. Karakter Eun Seom di antara penduduk Iark terlihat sebagai sosok penemu yang memiliki banyak ide-ide baru, seperti menunggangi kuda, dan menanam bibit. Tetapi masyarakat masih menganggap bahwa ide-ide itu konyol dan tidak masuk akal.

Ada satu prophecy di episode 2 yang perlu ku highlight sepertinya,

“The one who breaks the shell shall appear on the day the Azure Comet appears along with death. And the Wahan Tribe shall no longer be the same”

Ramalan di atas diucapkan oleh ketua suku Wahan di episode 2. Sampai sekarang, di Iark ada 2 anak yang lahir di hari ketika Azure Comet muncul di langit, yakni Eun Seom dan Tan-Ya. Tetapi yang muncul bersama dengan kematian (sampai saat ini) adalah Eun Seom, karena Ragaz mati. Bagian dimana suku Wahan tidak akan lagi sama, mungkin menunjukkan bahwa Eun Seom akan membawa perubahan ke suku Wahan, atau gimana. Karena kemampuan Tan-Ya dalam memperoleh mimpi menghilang setelah Eun Seom hadir di Wahan Tribe.

Suku manusia (Saram) menyerang suku Wahan di Iark. Eun Seom mencoba menyelamatkan tetapi gagal, dan ia pergi bersama kuda yang ternyata adalah keturunan kuda legend Kanmoreu yang kecepatannya tak tertandingi. Membuat beberapa prajurit yang mengejarnya berpikir bahwa Eun Seom adalah Aramun Haesulla. Karena sosok Aramun Haesulla yang mereka kenal adalah seseorang yang  clever, brave, generous, memegang Ionicera flower, dan Kanmoreu si kuda legend. Tetapi awalnya, kuda Kanmoreu ini tidak nurut dengan Eun Seom, dan akhirnya Tan-Ya berbicara dan membujuk kuda tersebut, sehingga Kanmoreu mau ditunggangi Eun Seom. Jadi..... Siapa Aramun Haesulla yang sebenarnya?

REVIEW

Halo? Masih ada yang baca sampai sini? 

Dua episode perdana drama ini memiliki plot yang cukup menarik untukku yang menggemari fantasi. Banyak yang mengatakan bahwa drama ini seperti Game of Thrones versi Korea. Tetapi ada juga beberapa temanku yang menganggap drama ini tidak seperti GoT. Dan menurutku, mungkin secara detail drama ini tidak memiliki kesamaan dengan GoT, tetapi ada beberapa bagian dari konsep drama Arthdal Chronicles yang memang mengingatkanku akan series GoT.

  1. Latar cerita sama-sama dari dunia atau daerah fiksi. Arthdal Chronicles menceritakan  peristiwa yang terjadi di dunia fiksi, Arthdal. Sedangkan Game of Thrones juga menceritakan tentang peristiwa di dunia fiksi bernama Westeros.
  2. Penduduk dunia tersebut dibagi menjadi beberapa suku, tribe, atau klan. Seperti yang sudah kusebutkan, di Arthdal kita bisa menemukan klan atau suku Wahan, Hwinsan, Saenyeok, Neanthal, Hae, dan Bachidoore. Sedangkan Game of Thrones memiliki beberapa family house dan beberapa yang aku ingat adalah Stark, Lannister, Targaryen, Baratheon dan lain sebagainya.
  3. Salah satu suku memiliki bahasa yang berbeda dari suku lainnya. Di Arthdal, suku Neanthal memiliki bahasa sendiri, sedangkan di Game of Thrones juga ada suku yang memiliki bahasa sendiri, yakni suku Dothraki.
  4. Sedangkan dari segi cerita, baik Arthdal dan Game of Thrones sama-sama membahas mengenai per-politikan dan perang. Walau sebenarnya Game of Thrones menceritakan tentang perebutan tahta, sedangkan Arthdal menceritakan tentang pembentukan tahta.  Tapi yah, keduanya menceritakan tentang dampak adanya greed untuk menguasai suatu wilayah secara semena-mena alias dengan perang dan membunuh. Lagipula, drama mengenai perpolitikan sudah tidak asing lagi di drama korea, karena hampir semua historical drama korea membahas politik tentang kerajaannya.
Secara umum, plotnya menarik. Karena unsur fiksi dalam drama ini membuat kemungkinan bahwa banyak hal tidak terduga yang mungkin akan muncul di episode-episode selanjutnya. Aku juga mengharapkan adanya plot twist yang sangat bagus dari drama ini. Selain itu, masih banyak hal yang membuatku penasaran, seperti siapa saudara/ kakak Eun Seom setelah dewasa, pasalnya, ia juga seorang Igutu.

Selain plot, beragam karakter dalam cerita ini juga menarik perhatianku. Khususnya karakter-karakter yang memiliki perbedaan warna darah. Ada darah merah (Saram / manusia), darah biru (Neanthal), dan darah ungu (Igutu). Setiap klan juga sepertinya memiliki karakternya masing-masing, seperti Hwinsan Tribe yang aku rasa memiliki pengetahuan yang cukup baik, sedangkan Saenyeok Tribe yang memiliki kemampuan dalam mengatur taktik dan strategi dalam berperang.

Song Joong Ki, Kim Ji Won, dan Jang Dong Gun sepertinya akan menggambarkan setiap karakternya dengan sangat baik. Aku cukup salut dengan rapper-actor One yang memerankan Ta-Gon remaja. Jujur saja, aku mencoba menonton drama ini karena ada Song Joong Ki, Kim Ji Won, dan Jang Dong Gun, bahkan aku tidak tahu ada One disitu. Aku cukup terkejut dengan kemampuan actingnya yang sepertinya semakin menarik. Melainkan mempromosikan dirinya sebagai seorang rapper, sepertinya ia sedang sibuk menata karir per-aktor-annya.

Setting lokasinya sangat bagus. Aku suka banget karena everything seems so magical. Sangat fiksional. Adegan perang dan bertarungnya tergolong sadis untukku. Tetapi memang setting adegan dan lokasinya tuh membuat suasana dalam drama ini berasa banget purba, brutal, dan magicalnya.

Terhitung sampai episode 2, aku tidak memerhatikan soundtrack maupun background musiknya, tetapi aku cukup enjoy ketika menonton dramanya, dan background musiknya cocok cocok aja, mendukung suasana menegangkan dan magical-nya.

Overall Review

☆☆☆☆
4 bintang untuk dua episode perdana Arthdal Chronicles.
Aku sangat suka drama fantasi, dan drama ini membuatku penasaran akan keberlanjutan ceritanya.
Dan juga, sepertinya ini pilihan drama comeback Song Joong Ki yang lumayannn.

0
Share
Halo kalian para pembaca!
Hari ini aku akan memberikan sedikit review buku dengan ukuran kecil namun lucu yang berjudul Percy Jackson & The Olympians: The Demigod Files. Jarang-jarang aku membuat post review buku, haha. Soalnya kalau udah review di Instagram atau Goodreads biasanya malas nulis di blog, haha. /slap

Percy Jackson & The Olympians: The Demigod Files
Rick Riordan
( foto by greenshe )

Percy Jackson?

Beberapa dari kalian mungkin tidak asing dengan nama Percy Jackson ini. Dalam buku ini, Percy Jackson adalah anak setengah dewa (Poseidon) seperti Hercules (Zeus). Setelah mengetahui identitasnya sebagai seorang demigod atau anak dari salah satu dewa besar yakni Poseidon, kehidupannya tidak lagi sama seperti anak remaja pada umumnya. Dan yeap, buku pertama dan kedua dari series berjudul Percy Jackson & The Olympians juga sudah difilmkan dengan judul yang sama, yakni Percy Jackson & The Olympians: The Lightning Thief dan The Sea of Monster. 

Kurang lebih, aku dan Percy dipertemukan melalui film-nya. Aku sangat jatuh cinta dengan Percy Jackson ketika menonton filmnya, dan mengetahui bahwa film ini di adaptasi dari novel yang memiliki 5 buku, film ini membuatku menanti-nanti akan kehadiran garapan film ketiga. Namun, nyatanya, film ketiga tidak pernah terjadi.

Setelah melalui dilema berkepanjangan, akhirnya aku mampu memberikan asupan untuk rasa penasaranku akan cerita ketiga dan seterusnya. Aku membeli satu paket buku Percy Jackson secara online setelah temanku membeli paket yang sama. Dan sungguh, aku tidak menyesal sudah membeli dan menyelesaikan cerita Percy Jackson yang memang disusun secara menakjubkan.

Rick Riordan, penulis novel seri Percy Jackson, sudah menerbitkan beberapa cerita lain dengan dimensi keyakinan yang berbeda, ia juga menerbitkan buku-buku pendamping dari seri utama Percy Jackson. Salah satunya adalah buku yang akan aku review dalam post kali ini, yakni The Demigod Files.

The Demigod Files

Buku ini berisikan cerita pendek tentang peristiwa yang dilalui Percy Jackson sebelum ia harus menghadapi perang besar melawan Titan bernama Kronos di buku kelima dari seri utama, yakni The Last Olympians. Jadi, untuk kamu yang ingin membaca buku ini, kamu bisa membacanya setelah membaca buku keempat, The Battle of The Labirynth. Tapi, kalau kamu memutuskan untuk membacanya setelah menyelesaikan semua seri Percy Jackson juga tidak masalah. Karena aku membaca buku ini setelah menyelesaikan seri Percy Jackson & The Olympians, serta seri The Heroes of Olympus.

Dalam buku ini, kalian bisa bertemu The Bronze Dragon alias Festus sebelum dinamakan Festus, haha. Apa kalian tahu Festus? Kalau belum, aku beritahu kalian bahwa kalian bisa menemukannya di buku pertama seri The Heroes of Olympus, yakni The Lost Hero. Selain itu, buku ini juga memberitahu kalian bagaimana cara Percy Jackson menjadikan seorang Titan yang jahat sebagai temannya yang bernama Bob, haha.

Bob adalah bagian favoritku di dalam buku ini. Aku sangat terhibur dengan humor yang diberikan Rick Riordan dalam buku ini, terutama ketika Percy Jackson langsung nyeletuk dan menentukan bahwa "Bob" adalah nama sang Titan yang jahat yang sebenarnya bernama Iapetus. Ah! Bob juga akan muncul di seri The Heroes of Olympus, tapi aku lupa di buku ke berapa, mungkin di buku  ketiga, Mark of Athena, atau mungkin buku keempat, House of Hades. 

Overall Review

☆☆☆☆☆
4.5 / 5 bintang.

Plotnya sangat bagus dalam melengkapi kisah Percy Jackson, menambah unsur menyenangkan dalam dunia fiksi yang diciptakan oleh si penulis, Rick Riordan. Karakternya juga tentu menghibur, karena aku benar-benar menyukai setiap karakter di seri Percy Jackson dan The Heroes of Olympus. Dan terlebih lagi, Percy Jackson benar-benar tipeku banget, hahaha.


Oh, aku juga sudah mereview buku ini di instagram, walau tidak begitu panjang.





View this post on Instagram



A post shared by Maulia Readsta ⭐ (@maulimaul) on Nov 27, 2018 at 3:49am PST

Sampai ketemu lain waktu!


0
Share
Apakah kalian suka menonton drama China? Kalau aku jarang, karena biasanya audionya tidak pas dengan mulut, jadi terkesan weird. Tapi, drama ini sempat membuatku jatuh hati.


Judul: Put Your Head On My Shoulder
Episode: 24 episode
Genre: Friendship, Romance, Comedy, School, Youth
Pemeran: Fair Xing, Lin Yi, etc

Yeap! There's another college love life drama~
Setelah Love O2O series membuatku jatuh hati karena ketampanan aktornya yang tidak manusiawi, ternyata drama Put Your Head On My Shoulder mampu menciptakan debaran yang serupa.

Drama ini menceritakan tentang Si Tu Mo yang sudah mau lulus, lagi skripsi gitu deh, terus dia seperti bingung dengan rencana masa depannya. Pertemuannya dengan Gu Wei Yi, seorang jenius fisika, membuat hari-hari biasanya tidak lagi menjadi biasa, haha. Sebenarnya ceritanya cliche. Tipikal cerita romansa anak kuliahan, tentang si jenius dan si biasa aja. Lalu, karena persahabatan yang dijalin oleh kedua orang tuanya, si jenius dan si biasa aja jadi tinggal satu atap. Lalu mereka saling jatuh cinta, dan pacaran, tidak ada konflik yang besar, kemudian berakhir bahagia. Biasa banget, kan?!

Harus aku akui, faktor utama yang membuatku suka dengan drama ini adalah Lin Yi si Gu Wei Yi yang tampan sekaligus lucu gimana gitu (padahal doi seumur adekku woy!), haha. Tapi serius, aku suka banget sama karakter drama laki-laki seperti Gu Wei Yi, yang jenius dan yaaa setia gitu. Tapi disini kejeniusannya masih manusiawi, kok. Gu Wei Yi memang cerdas dalam fisika dan angka, namun kecerdasannya tidak berlaku dalam kehidupan sosialnya dengan Si Tu Mo dan kawan-kawannya yang berstatus mahasiswa Fakultas Ekonomi. Karakternya terkesan seperti si kutu buku di antara kupu kupu sosialita.

Karakter Si Tu Mo juga tidak digambarkan sebagai cewek bodoh yang bucin dan ketiban rejeki bisa dapet cowok jenius, ganteng, dan sempurna. Karakter Si Tu Mo itu pekerja keras dan ya memiliki passion dan mimpi dalam menjalani kehidupan pribadinya. Aku suka dengan karakter perempuan yang seperti ini, haha.

Dalam drama ini, banyak adegan-adegan yang aku sebut sebagai The Idiotic Scene of Gu Wei Yi. Walaupun cerdas, dia bukan karakter yang terlampau sempurna seperti Xiao Nai di drama Love O2O. Dia masih memiliki kekurangan yang membuatnya manusiawi dan terlampau lawak. Dan adegan idiot yang paling membuatku tertawa adalah usaha Gu Wei Yi ketika ingin menyatakan perasaannya kepada Si Tu Mo.

Usaha Menyatakan Perasaan Pertama

Gu Wei Yi berusaha keras membuat surat cinta dengan berkonsultasi bersama profesor dan kawan satu labnya. Caranya berkonsultasi, dan cara profesor dan kawannya memberi nasihat pun lucu, karena karakter mereka adalah karakter yang buruk dalam kehidupan sosial, hanya jago berhadapan dengan angka. Dan lebih konyolnya lagi, setelah berkonsultasi, Gu Wei Yi membuat surat cinta dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga. Lalu ketika suasana antara Gu Wei Yi dan Si Tu Mo sedang romantis, ia menguatkan hati untuk menyerahkan surat itu ke Si Tu Mo. 

Dan apakah kalian tahu reaksi Si Tu Mo?
Dia sama sekali tidak paham isi surat itu. Adegan ini membuatku terbahak sambil rasanya ingin mencengkram kerah Gu Wei Yi dan mengguncangnya, lalu berkata, 

     "Gimana anak ekonomi bisa paham kalau lu ngasih surat cinta pake rumus fisika woy?!"

Walaupun ternyata makna rumusnya cukup sweet, tapi ya gak gitu juga dong jaenal, wkwk.

Usaha Menyatakan Perasaan Kedua

Yak, usaha pertama gatot, alias gagal total. Lalu dilanjutkan dengan usaha kedua. Kali ini, para konsultan Gu Wei Yi menyarankannya untuk membawa Si Tu Mo ke tempat yang menyenangkan dan membuatnya tidak bisa lari dari sisi Gu Wei Yi. Lalu, di ajak lah Si Tu Mo ke taman hiburan gitu. Lah aku kira bakal di ajak ke tempat romantis seperti Ferris Wheel gitu, tapi dia malah ngajak kemana, coba? Ngajak maen BOM BOM CAR! dengan dalih kalau naik bom bom car, Si Tu Mo akan duduk terikat di sebelahnya. Duh jaenal, wkwk. Akhirnya, usaha keduanya bernasib sama dengan usaha pertamanya.

Selain the idiotic scene of Gu Wei Yi, aku juga suka akting dan chemistry Fair Xing dan Lin Yi disini. Mereka terlihat sangat manis, walau di kehidupan nyata, mereka memilih perbedaan usia 5 tahun, lebih tua Fair Xing, alias Si Tu Mo. 

Lalu, dimana ada adegan favorit, disitu ada adegan yang least favorit. Dan memang benar, ada beberapa adegan yang menurutku kurang oke dan terkesan lucu dalam artian agak mengganggu feel, yakni adegan Gu Wei Yi berbicara bahasa Inggris, tapi kemampuan bahasa Inggrisnya masih bisa dikembangkan, kok, haha.

Oh! Satu hal lagi. Soundtracknya bagus-bagus rek! Lagu opening, closing, dan lagu lainnya lucu dan sweet. Soundtrack favoritku adalah yang dinyanyikan oleh Zhou Pin, lupa judulnya apa, haha.

Overall Review

☆☆☆☆
4 bintang untuk drama ini. 
Karena berhasil menghibur dengan cerita cliche dan aktor yang tampan, haha.

Kali ini, aku tidak me-review drama dengan sub-sub penilaian seperti biasanya. Karena kalau dinilai secara cerita, ya cliche, tapi tetap menghibur. Konfliknya juga tidak begitu berat, terkesan biasa malah. Lalu kalau dinilai secara acting ya karakter mereka tidak begitu menunjukkan sesuatu yang spesial dari kemampuan acting mereka, kurasa masih ada karakter yang memiliki emosi lebih berat yang bisa diperankan oleh mereka. Serius deh, Lin Yi ganteng disini, haha.

Drama ini rekomen buat kalian yang suka drama College Love Life yang ringan seperti Weighlifting Fairy Kim Bok Joo (Korea), dan Love O2O (China). Atau kalian yang suka aktor-aktor muda, gemas, dan tamvan.

Drama ini juga bisa di tonton di berbagai website, seperti Youtube, My Asian TV, dan On Drama Cool. Drama ini juga sudah di translate ke dalam Bahasa Indonesia dan Inggris. Aku menyarankan nonton di Youtube.

Thank you and See you! Bye!
0
Share
Halo, hari ini aku ingin bercerita mengenai pengalamanku mengikuti acara Workshop Kreatif: Basic Design Thumbnail yang dilaksanakan bulan lalu, tepatnya tanggal 13 April 2019. Acara ini diadakan oleh Booktube ID, bekerja sama dengan Social Designee, dan di sponsori oleh Mizan Publishing dan Nomi Nomi Delight.




View this post on Instagram




A post shared by Booktube Indonesia (@booktubeid) on Apr 7, 2019 at 4:23am PDT

Sebenarnya sudah terlampau basi sih, kalau aku menceritakannya baru hari ini. Hanya saja, kedatangan paket buku dari Mizan Publishing beberapa hari yang lalu mengingatkanku akan acara ini. Dan rasanya, aku harus memasukkannya dalam blog, haha.

Awalnya mengikuti kegiatan ini hanya sekedar ikut-ikut saja karena di ajak teman, dan kebetulan waktuku sedang luang saat itu. Dan memang sebenarnya, aku ingin mencoba mereview buku melalui Youtube, hanya saja sampai saat ini, aku belum merasa bisa konsisten dalam membaca buku, mereview buku, apalagi berbicara di depan kamera. Blog, pun, tidak rutin aku update. Sehingga, untuk saat ini aku hanya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang mungkin bisa menambah wawasan serta memotivasiku untuk lebih giat membaca dan mereview buku.

Untuk mengikuti acara ini, HTM yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 50.000,-. Itu adalah biaya yang dikeluarkan untuk makan siang, karena keseluruhan acara ini benar-benar tersponsori dengan baik, sehingga aku merasa benar-benar worth it sudah mengikuti acara ini. Selain itu, setiap peserta juga diperbolehkan memilih satu buku yang disediakan dalam acara dan diberikan secara cuma-cuma oleh Mizan Publishing. Buku itu kemudian digunakan dalam materi acara. Adapun buku yang aku pilih adalah:





View this post on Instagram



A post shared by Maulia Readsta ⭐ (@maulimaul) on Apr 13, 2019 at 7:40pm PDT


Yeap! Judul bukunya adalah PORTRAIT OF A LADY. Saat itu, aku benar-benar tidak memiliki ekspektasi apa-apa ketika memilih buku itu. Hanya berbekal "ah sepertinya pernah lihat judul ini" dan "bukunya tebal, mungkin mahal", hahaha. Yak, aku benar-benar mencari buku yang sekiranya memiliki harga yang cukup mahal, dan buku tersebut ternyata memiliki harga yang lumayan.

Sebelum memasuki acara, kami para peserta diberikan makan siang berupa Ramen yang sejujurnya enak banget (thanks Nomi Nomi Delight!). Dengan HTM 50.000 per orang tuh acara ini benar-benar worth it banget, loh!

Nah, ketika acara di mulai, panitia dan peserta melakukan sedikit game di awal perkenalan. Hal itu cukup menyenangkan. Mungkin akan lebih menyenangkan kalau peserta lain juga paham cara bermainnya, haha. Karena pada dasarnya, permainan itu seperti permainan jebakan.

Kemudian, memasuki materi, para pemberi materi menjelaskan mengenai pentingnya sebuah Thumbnail ketika kamu ingin membuat konten video di Youtube. Lalu, kami para peserta diajari cara membuat Thumbnail yang menarik dengan menggunakan aplikasi Adobe Illustrator bagi yang sudah menginstallnya di laptop masing-masing, dan website editing gratis Figma bagi yang belum memiliki Adobe Illustrator.

Kemudian, setelah para peserta membuat Thumbnail, para panitia akan memberikan review dan masukan mengenai Thumbnail yang masuk ke akun mereka. Dan 2 thumbnail yang terpilih sebagai thumbnail terbaik akan mendapatkan paket buku dari Mizan Publishing. DAN ALHAMDULILLAH I'M ONE OF THE WINNERS. Aku senang banget! Karena nggak nyangka akan menang. Terlebih aku masih merasa desain thumbnailku tuh masih biasa banget gitu. Berikut adalah thumbnail buatanku:



Aku berterimakasih banget karena para panitia memilihku! ❤

Omong-omong soal hadiah. Paket buku dari Mizan Publishing baru saja sampai rumah beberapa hari lalu. Awalnya, aku sedikit bingung ketika ayahku memberi tahu bahwa ada paket buku untukku, padahal aku tidak merasa sedang memesan buku. Lalu ketika aku melihat nama pengirimnya, barulah aku mengingatnya, bahwa paket tersebut adalah hadiah dari acara workshop ini. Paket tersebut berisi 3 buku, yakni:

1) The Fates Divide, karya Veronica Roth.
2) The Kite Runner, karya Khaled Hosseini.
3) Kontroversi Vaksin, karya Dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A.(K).

Aku belum sempat memfoto bukunya. Mungkin kalau sudah aku foto, akan aku upload di instagram. Jadi, kalian yang penasaran bisa cek instagramku, ya. Thank you and see you next time!
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ▼  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ▼  Juni 2019 (4)
      • Arthdal Chronicles (2019) - Drama Review
      • Percy Jackson & The Olympians: The Demigod Files b...
      • Put Your Head On My Shoulder (2019) - Drama Review
      • Berkelana #2 - Workshop Kreatif: Basic Design Thu...
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose