Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal


KKN di Desa Penari by SimpleMan


My rating: 3 of 5 stars
✩✩✩


Apakah kalian tahu cerita horor KKN di Desa Penari ini?

Mungkin beberapa dari kalian sudah membaca cerita ini di thread Twitter. Mungkin ada juga yang mendengar atau membaca ringkasan cerita ini dari sumber lain. Atau mungkin kamu bahkan tidak tahu akan keberadaan cerita ini kayak penting banget? haha.

Awalnya, aku bahkan tidak tahu kalau cerita ini tuh ada. Maksudku, mungkin saat itu cerita ini belum cukup viral untuk sampai ke aku. Sampai suatu hari, ketika sedang bermain PUBG Mobile bersama teman-temanku, mereka membicarakan sesuatu tentang Desa Penari, aku yakin mereka menyebutkan kata Penari atau Kenari. Mereka yang tidak menceritakan lebih jelas padaku, membuatku penasaran dan akhirnya aku mencari tahu sendiri.

Kemudian aku menonton summary yang dibuat oleh Raditya Dika di Youtube channelnya, cukup belibet penceritaannya, namun, komentar-komentar di bawahnya mampu membuatku lanjut mencari di google tentang cerita KKN di Desa Penari melalui sudut pandang NUR. Kalau tidak salah, aku membacanya melalui link seperti thread reader gitu, sehingga tidak sulit membaca thread-nya. Akhirnya aku semakin tahu cerita ini. Lalu Nessie Judge juga mempublish video summary dari kedua sudut pandang, aku menonton lagi, memastikan tidak ada informasi yang tertinggal.

Well, itu perjalananku di dunia maya, dari yang tidak tahu menjadi tahu mengenai cerita ini. Untuk kalian yang ingin tahu spoiler atau mungkin cerita yang sudah beredar di dunia maya ini, kalian bisa mencarinya via google, atau twitter sang author, yakni SimpleMan. Atau summary yang dibuat oleh Nessie Judge di Youtube channelnya juga lumayan kok.

Sinopsis

Buku ini menceritakan kisah Widya, Ayu, Nur, Wahyu, Bima, dan Anton yang melaksanakan KKN di desa bernama Banyu Seliro. Selama menjalankan program KKN mereka, ada beberapa kejadian-kejadian mistis yang dialami masing-masing orang, yang akhirnya berujung pada kematian.

Untuk apa aku membeli buku ini padahal aku sudah mengetahui inti ceritanya?

Banyak temanku yang melontarkan pertanyaan seperti itu kepadaku. Sejujurnya, aku menyukai cerita ini yang dikatakannya based on true story, walau pasti ada unsur fiksinya, khususnya detailnya. Kebetulan juga ada promo buy 1 get 3, jadi aku langsung membelinya. Jadi, yang ingin aku review disini adalah hardcopy-nya, bukan ceritanya, karena menurutku ceritanya sudah cukup bagus hingga mampu membujukku untuk membeli bukunya.

1. Cover hitam dengan tulisan berwarna merah darah mengkilap itu keren banget. Nama penulis, SimpleMan, yang dicetak dengan warna silver mengkilap itu juga keren menurutku. Mendukung suasana horor dan misteri di dalam cerita.

2. Tetapi, bahan covernya terlalu kaku, dan tekstur cover jaketnya akan meninggalkan bekas yang sulit untuk disamarkan jika terlipat.

3. Ada ilustrasi cantik di balik cover. Pembaca disuguhi ilustrasi yang beberapa dari kalian pastu sudah tahu. Pasalnya, cover tersebut di share di instagram penerbit bukune yang sempat mengundang pro dan kontra. Aku bersyukur bahwa ilustrasi tersebut tidak dijadikan cover depan, pasalnya, terlalu komik, sehingga menghilangkan kesan misteri dan horor di dalam cerita. Terlebih detail warna ular dan selendang yang tidak sesuai dengan cerita juga cukup mengganggu, khususnya untukku, ya. Aku tidak mengatakan ilustrasinya jelek, loh.

4. Tidak ada bookmark. Aku nggak tahu apakah hanya cetakanku saja yang tidak dapat bookmark, atau memang penerbit tidak menyediakan bookmark. Padahal, menurutku ilustrasi-ilustrasi di balik cover bisa dijadikan bookmark yang cantik.

5. Untuk cerita yang sudah dibukukan, aku menyayangkan masih banyak typo. Walau aku masih bisa mengerti, aku agak menyayangkan aja. Khususnya bagian dimana Widya mandi dengan Batok Kepala. Itu beneran Batok Kepala atau Batok Kelapa? Soalnya Nur mandi pakai Batok Kelapa, tuh, haha.

Katanya buku ini berisikan bagian-bagian yang tidak pernah diceritakan di media sosial. Sejujurnya aku tidak begitu memperhatikan setiap bagian yang diceritakan di media sosial, sehingga aku tidak tahu bagian apa yang tidak pernah diceritakan. Tetapi keseluruhan inti cerita masih sama, sehingga mungkin bagian yang tidak pernah diceritakan itu tidak begitu mempengaruhi alur cerita.

Apakah aku merekomendasikan buku ini?

Untuk seseorang yang menyukai buku, promo buy 1 get 3 dengan harga Rp. 87.000 yang sedang berlangsung ini cukup menguntungkan untuk menambah koleksi buku kamu. Apalagi kalau kamu adalah pecinta buku-buku dengan genre horor. Dibandingkan harga satuan buku KKN di Desa Penari yang dibandrol dengan harga Rp. 77.000 rupiah, menurutku beli dengan harga promo jauh lebih menguntungkan.

Cerita KKN di Desa Penari ingin diangkat ke layar lebar.

Yeap! Aku baru tahu bahwa cerita ini akan diangkat ke layar lebar oleh MD Pictures. Rencananya akan tayang tahun depan. Sejujurnya aku tidak masalah, mungkin saja aku akan menonton filmnya nanti. Tetapi penggarapan yang terburu-buru terkadang menimbulkan kesan memanfaatkan situasi yang begitu terang-terangan. Terlebih setelah aku membaca ceritanya, aku merasa jika dijadikan sebuah film, pasti akan menimbulkan kejanggalan kejanggalan di dalam plot-nya. Pasalnya, setelah membaca pun, aku masih dibuat penasaran dan berharap bahwa ada penjelasan dari sudut pandang lain mengenai kisah ini, seperti sudut pandang Wahyu, dan lainnya.
0
Share
Cr. Greenshe Reviews

Kamu Terlalu Banyak Bercanda by Marchella F
P


My rating: 4 of 5 stars
✰✰✰✰

Jum'at, 28 Juni 2019, kurang lebih jam 8 malam, pembayaranku terkonfirmasi oleh Blibli.com. Sejujurnya, hari itu adalah pembelian pertamaku menggunakan aplikasi online shop ini. Semerta-merta menggunakan aplikasi tersebut karena ada promo Go-Pay dengan potongan harga sebesar sepuluh ribu, dan gratis ongkos kirim, hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku ini, sequel dari buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang sudah aku post reviewnya beberapa minggu lalu. Yang belum cek, bisa berkunjung lewat sini.

Sabtu, 29 Juni 2019, kurang lebih jam 2 siang, buku ini sudah aku terima dengan sangat mulus. Sungguh mengesankan untuk pengalaman pertama berbelanja di Blibli. Oh! Aku ingin meluruskan kalau ini bukan iklan, hanya sedikit opini dan share pengalaman berbelanjaku, haha.

Seperti pendahulunya, yakni NKCTHI, buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB) ini juga memperoleh hype dan antusiasme yang sangat tinggi dari para pembaca. Dan antusiasme tersebut membuatku ikut penasaran. Alhasil, aku menunggu momen yang pas untuk membeli buku ini.

Setelah paket buku ini sampai di rumah, aku langsung membuka dan membacanya. Lalu, kurang lebih jam 5 sore, buku ini telah habis ku babat. Dan... ha.... aku jatuh hati.

PENUH MAKNA

Lebih banyak kata, lebih banyak makna. Seperti yang sudah diberitahu oleh sang penulis, bahwa buku ini mengungkapkan gelap dari terangnya karakter Awan di buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Tetapi sejujurnya, aku merasa bahwa buku ini lebih relatable untukku, seorang manusia yang memiliki sisi gelap.

Dibandingkan dengan buku sebelumnya, aku lebih merasa dekat dengan karakter Awan di buku ini. Lebih manusia. Lebih banyak halaman dengan kalimat-kalimat penuh makna yang membuatku tercekat, menahan napas, dan bercermin. Walaupun aku bisa mengatakan bahwa buku ini penuh makna, tetapi setiap orang pasti memaknai isinya dengan cara yang berbeda-beda, karena setiap manusia memiliki lembaran hidup yang berbeda.

WARNA

Pemilihan warna dark blue sebagai warna dasar, membuat buku ini cocok diletakan berdampingan dengan cover pertama buku NKCTHI. Marchella FP sudah menerbitkan buku NKCTHI dengan dua cover baru, yakni Siang Edition dan Sore Edition. Aku tidak tahu apakah KTBB juga akan mengubah cover-nya di cetakan ke-sekian atau hanya menggunakan satu cover saja.

Perpaduan dark blue, putih, dan oranye membuat buku KTBB beserta animasinya juga tidak kalah syahdu dengan buku NKCTHI. Walaupun ada beberapa halaman dengan background/animasi yang gelap, tetapi tulisannya juga gelap sehingga harus berkonsentrasi lebih untuk membacanya, buku ini masih bisa dibaca dengan baik.

Pokoknya, buku ini TOP deh. Dengan bonus stiker lucu dan kirimin surat dari Awan, buku ini sangat unik dan menarik.

Kabarnya, Marchella FP juga sedang menggarap buku ke-tiga dengan judul Pura Pura Bukan Manusia. Aku tidak sabar ingin buku ini cepat-cepat menampakkan diri. Walaupun genre buku semacam ini belum menjadi favoritku, tetapi akhir-akhir ini buku dengan genre fiction animation ini menjadi penyemangatku dalam membaca ketika aku mulai bosan dengan cerita fiksi yang sedang aku baca.
0
Share
Dear readers,

Hampir sepuluh tahun aku menyebut diriku sebagai fans K-POP. Dan sejak Februari 2019, aku mulai mempelajari bahasa Korea di salah satu tempat les di Indonesia. Selama aku les, banyak hal yang aku pelajari. Tak hanya mengenai arti dari lagu para oppa, atau arti dari omongan para ahjussi tampan di drama-drama yang sedang fenomenal. Tetapi di tempat les, aku juga mempelajari sedikit tentang budaya dan sejarah Korea.

Indonesia dan Korea itu mirip. Hari kemerdekaan kita hanya berbeda beberapa hari saja, dan sama-sama merdeka setelah Jepang kalah karena mendapatkan serangan dari Amerika di Perang Dunia II. Tetapi, walaupun memiliki sejarah bersama Jepang yang serupa, menurutku perlakuan masyarakat Indonesia dan Korea terhadap Jepang di masa sekarang ini berbeda, atau mungkin aku kurang menggali informasi tentang sudut pandang orang Indonesia terhadap Jepang saat ini. Sulitnya hidup di salah satu negara dengan populasi terbesar. Terlalu banyak kepala.

Ini bukanlah pertama kalinya aku memiliki pertanyaan yang tak tersampaikan seperti “Kenapa masyarakat Korea benci Jepang?”. Nggak hanya sekali, tetapi beberapa kali aku membaca artikel tentang hubungan Korea – Jepang yang memanas, entah dalam perihal entertainmentnya maupun pemerintahannya.

Well, some Indonesian also hates Japan, aku yakin itu. Bahkan aku ingat bahwa Kakekku adalah salah satu orang yang pernah membenci Jepang. Tetapi awalnya, aku mengira bahwa mereka hanya bersikap over dramatis. I am truly sorry.. it was such a stupid thought. But then, i realized i know nothing. Karena sebelum ini, aku belum pernah melihatnya melalui kacamata orang yang membenci negara tersebut.

For your information aja, Indonesia berada di bawah Jepang selama 3,5 tahun. Dan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa 3,5 tahun bersama Jepang adalah masa-masa yang sangat menyiksa, dibandingkan 3,5 abad bersama Belanda. Sedangkan Korea berada di bawah Jepang selama 35 tahun (correct me if i'm wrong ya). 

Aku nggak akan banyak ngomongin sejarah, karena aku bukan ahlinya. Tetapi aku ingin memberi tahu bahwa ada beberapa film Korea yang didasarkan pada kisah nyata mengenai perlakukan military Jepang ketika masih menguasai Korea. Jadi, untuk kalian yang juga pernah bertanya-tanya kenapa kok orang Korea kayaknya anti banget sama Jepang, kalian bisa menjajal film-film di bawah ini.

3 Rekomendasi Film yang Menjawab ‘Why Korean hate Japan?’


1. Snowy Road (2015)


Menceritakan tentang Jong-Boon (Kim Hyang Gi) dan Young-Ae (Kim Sae Ron) yang hidup di sebuah desa di Korea, tetapi mereka hidup dengan latar belakang yang berbeda. Jong-Book berasal dari keluarga yang miskin, tetapi dia adalah sosok yang ceria dan berani. Sedangkan Young-Ae berasal dari keluarga kaya dan tumbuh sebagai anak yang cerdas.

Suatu malam, Jong-Book diculik dan dibawa pergi dengan kereta. Dia bertemu Young-Ae di dalam kereta. Young-Ae percaya jika dirinya mengikuti kelompok belajar, maka ia berkesempatan untuk belajar di Jepang, tetapi nyatanya ia telah ditipu. Kedua anak perempuan itu tidak tahu bahwa kereta tersebut membawa mereka pada the horrific reality of “comfort women”.

Apa itu comfort women? Itu adalah sebutan untuk Jugun Ianfu, istilah yang digunakan untuk wanita yang menjadi perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang. Terlalu panjang untuk dijelaskan, lebih baik kalian membaca langsung disini kalau masih penasaran.

Apakah hanya Korea yang menjadi korban Jugun Ianfu? Tidak. Di Indonesia pun ada, tetapi aku tidak tahu dengan pasti kenapa permasalahan tersebut di Indonesia tidak begitu terlihat. Dan sebaiknya kita jangan berspekulasi kalau tidak ada fakta berupa data, ya. 

2. Malmoe:The Secret Mission (2019)


Di tahun 1940, ketika Korea masih di bawah jajahan Jepang. Masyarakat Korea dilarang untuk berbicara menggunakan bahasa mereka sendiri, yakni bahasa Korea. Semuanya harus menggunakan bahasa Jepang, begitupun dengan nama orang.

Pan-Soo (Yu Hae-Jin) sudah pernah masuk penjara berkali-kali. Dia juga tidak tahu cara membaca maupun menulis bahasa Korea. Suatu hari, ia mencuri tas Jung-Hwan (Yoon Kye Sang) untuk membayar iuran sekolah anaknya. Jung-Hwan adalah anak dari keluarga Korea yang kaya raya dan pro-Jepang. Tetapi, Jung-Hwan adalah representatif dari Korean Language Society, suatu organisasi yang memperjuangkan bahasa Korea. 

Pertemuannya dengan Jung-Hwan, membuat kehidupan Pan-Soo berubah. Mereka bekerja sama untuk menerbitkan Kamus Besar Bahasa Korea.

Apakah kalian terbayangkan untuk mengumpulkan berbagai guru / orang aseli dari setiap daerah di sepenjuru Indonesia hanya untuk mendiskusikan dan menentukan kata saya, inyong, koe, abdi, atau aing yang akan digunakan sebagai kata baku di Kamus Besar Bahasa Indonesia?

Walaupun tidak lebih besar dan luas dari Indonesia, dengan penjagaan ketat dari para tentara Jepang yang berusaha mengubur identitas negara Korea, yakni BAHASA-nya, membuat film ini benar-benar memiliki nilai perjuangan yang sangat menyentuh. Banyak orang (guru) yang mengorbankan dirinya untuk mempertahankan bahasa asli negaranya. Banyak orang terbunuh karena kekejaman rezim Jepang saat itu. Benar-benar membuatku memaklumi kenapa orang Korea sangat sakit hati dengan perlakuan Jepang.

 3. I Can Speak (2017)

Park Min-Jae (Lee Je Hoon) seorang civil servant, ia dipindahkan ke distrik baru di Seoul. Dia adalah laki-laki muda yang berprinsip dan rajin dalam pekerjaannya. Di kantor barunya, ia bertemu dengan seorang nenek tua, Na Ok-Boon (Na Moon Hee) yang sangat sering melakukan pengaduan / komplain terhadap hal sekecil apapun di lingkungannya, sehingga hal tersebut dianggap menyebalkan oleh banyak orang.

Na Ok-Boon ingin sekali belajar bahasa Inggris, ketika ia menyadari bahwa Park Min Jae jago bahasa Inggrisnya, dia meminta Park Min Jae untuk mengajarinya sehingga ia bisa berbicara dengan bahasa Inggris. Walaupun di mata orang-orang, nenek ini sangat mengganggu, tetapi, ia memiliki alasan kenapa ia ingin bisa berbicara bahasa Inggris.

Issue sosial yang dibahas dalam film ini masih sama dengan film Snowy Road, yakni mengenai kehidupan korban comfort women atau jugun ianfu yang masih hidup di Korea. Ada yang memutuskan untuk bersembunyi dan tidak berbicara mengenai peristiwa menyakitkan yang dialaminya saat itu, dan juga ada yang memutuskan untuk berbicara.

Review?

Kalau kalian bertanya mengenai bintang, aku akan memberikan 5 bintang. Karena mereka mampu menggambarkan penderitaan dan kekejaman yang terjadi di masa itu dengan sangat jelas. Film-film ini juga mampu menyentuh perasaan dengan nilai-nilai persahabatan, perjuangan, dan kekeluargaan yang mereka tunjukkan. 

Tak selalu disajikan dengan suasana yang berat dan mencekam, unsur komedi di film Malmoe dan I Can Speak sangat banyak, sehingga bisa menghibur kamu tatkala kamu hendak menitihkan air mata di momen-momen yang menyedihkan. Kedua film itu memang tidak bisa membiarkan penonton bersedih!

0
Share
Cr. Greenshe Reviews

Little Red Riding Hood by Ruwi Meita

My rating: 4 of 5 stars

✰✰✰✰

Too dark to be true!

Buku ini menceritakan kembali kisah si gadis berkerudung merah. Bukan diperuntukkan untuk anak-anak, buku ini menceritakan ceritanya dengan sisi yang lebih gelap, dan lebih realistis.

Sebelumnya, satu-satunya versi yang aku tahu adalah versi dimana Gadis Berjubah Merah dan Neneknya selamat dengan membelah perut serigala dari dalam, terus puff tiba-tiba keluar dengan kondisi tubuh masih rapih, bersih, dan utuh. Itulah versi yang ku tahu sejak kecil. Bahkan bagiku, itu pun sudah not so happy ending. Sejak saat itu, Little Red Riding Hood bukanlah cerita favoritku. Saat itu aku hanya gadis kecil yang mengharapkan pangeran berkuda putih menyelamatkan, yah, princess disney contohnya. (mm.. sekarang masih sih)

Tapi setelah dewasa (berdasar usia dan ukuran, bukan pikiran), aku ingin tahu alternative ending dari cerita anak-anak yang pernah ku dengar sejak kecil. Sejujurnya aku sangat tertarik dengan ending The Little Mermaid, tetapi Penerbit Haru sebagai penerbit yang menerbitkan seri Dark Fairy Tales, baru merilis buku Snow White & Little Red Riding Hood, jadi aku membaca ini saja sembari berharap suatu saat Little Mermaid akan terbit.

Serius, deh. Buku ini, too dark to be true. Sampai membuat pikiranku yang masih agak kebocahan sedikit bergejolak, antara menolak kenyataan dan meresapnya menjadi kenyataan.

Susunan kalimatnya begitu mengerikan, sampai bisa membuatku memuntahkan apapun yang tengah ku makan saat membaca. Aku yakin, kalian yang sudah membaca buku ini juga merasakan hal yang sama ketika membaca bagian 'tersebut'.

NOT RECOMMENDED buat anak tanpa ktp, dan orang orang yang ngga begitu suka thriller. Serius, deh, yang Snow White ternyata tidak begitu dark dibandingkan dengan buku ini!

BUT RECOMMENDED buat kalian yang suka thriller gitu. Karena karakter si serigala (Lupo Mannaro) mungkin mampu membuat kalian bergidik. Arghhhh ini mengerikan!





View this post on Instagram

A post shared by Lia (@greenreadstar) on Dec 5, 2018 at 8:27pm PST
0
Share
Cr. Greenshe Reviews

Snow White by LM Cendana

My rating: 4 of 5 stars

✰✰✰✰

Spieglein, Spieglein an der Wand, wer ist die Schönste im ganzen Land?

Buku ini adalah seri pertama dari Dark Fairy Tales yang diterbitkan oleh Penerbit Haru. Buku ini menceritakan kembali kisah Snow White (Schneewittchen) dan Evil Queen (Katharina) dengan lebih banyak drama dan aksi.

Sebagai penggemar Snow White versi Disney, cerita di buku ini lebih kompleks dan it has never been this dark! Schneewittchen digambarkan ngga melulu sebagai putri lemah yang hanya bisa bebersih, bernyanyi, dan baik hati. Tetapi dalam buku ini, ia juga digambarkan sebagai sosok yang kuat, dan layaknya manusia biasa dia bisa marah dan berbuat tidak baik.

Penceritaan mengenai karakter lain seperti tentang identitas sang Evil Queen Katharina, dan hidup sang pemburu yang bernama Rainer membuat buku ini lebih menarik. Dan yayaya cerita ini lebih nge-drama, ku tak tahu kalau Rainer bisa se-so sweet itu ya ampun. Pasalnya, bahkan di film animasi Disney, sang pemburu tidak terlalu diceritakan. Tetapi di buku ini kalian bisa tahu bagaimana perasaan Rainer sang pemburu ketika memutuskan untuk tidak membunuh Putri Salju.

Selain itu penceritaan mengenai tokoh lain, ilustrasi buku ini juga super sekali! Cantik dan dingin, sedingin salju. Terimakasih untuk kak Diwashandi sang ilustrator yang sudah membuat Rainer semakin mempesona :").

Yah, walaupun ada beberapa plot hole yang sejujurnya aku ingin dijelaskan lagi, dan sepertinya ada kesalahan pengetikan apa gimana, tapi kekurangan-kekurangan itu tidak mengurangi nilai buku ini. Buku ini mantap dan highly recommended buat kalian yang menyukai cerita Putri Salju, film animasi Disney, atau siapa pun dalam rentang usia yang cukup, haha.





View this post on Instagram


A post shared by Lia (@greenreadstar) on Nov 29, 2018 at 11:49pm PST
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ▼  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ▼  September 2019 (5)
      • KKN di Desa Penari by SimpleMan - Book Review
      • Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB) by Marchella F...
      • Thoughts #5 - 3 Rekomendasi Film yang Menjawab ‘Wh...
      • Little Red Riding Hood ( It Has Never Been This Da...
      • Snow White ( It Has Never Been This Dark #1 ) - Bo...
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose