Call From An Angle by Guillame Musso Photo by Greenshe |
Halo, hari
ini aku akan mereview buku yang berjudul Call
From An Angel karya Guillame Musso. Buku ini adalah novel yang
diterjemahkan oleh Penerbit Spring. Aku membeli buku ini 3 tahun lalu karena
buku ini memiliki premis yang sangat menarik tentang bagaimana takdir
mempertemukan dua orang yang tadinya tidak saling mengenal hanya karena handphone yang tertukar.
Sinopsis
Buku ini
menceritakan tentang Madeline dan Jonathan yang tidak sengaja bertemu di sebuah
bandara dan handphone-nya tertukar. Seperti
yang kalian tahu, telepon genggam sekarang ini sudah kayak e-diary, banyak data pribadi yang tersimpan dalam satu benda. Nah,
di ponsel masing-masing, mereka menemukan sebuah rahasia yang bisa mengancam
nyawa mereka.
Review
Plot
Cerita
berawal ketika ponsel Madeline, seorang florist
di Paris, dan Jonathan, seorang chef di
San Fransisco tertukar ketika keduanya sedang berada di suatu bandara
internasional, aku lupa tepatnya bandara apa, New York, mungkin. Dan setelah
menyadari ponsel mereka tertukar, mereka yang tadinya hendak mengirim ponsel
masing-masing melalui pos, timbul lah rasa tak percaya yang membuat mereka ragu
dan membuat mereka akhirnya menjelajahi isi ponsel masing-masing.
Kekepoan
mereka akhirnya membuka kembali kasus yang hampir terlupakan. Sebuah kasus
penculikan yang melibatkan keduanya. Bagaimana mereka terlibat? Semuanya ada
dalam buku, haha.
Awalnya
kupikir buku ini sejenis buku misteri yang ringan. Pasalnya, blurb di belakang buku membuatku yakin
bahwa buku ini bertemakan misteri, sedangkan cover buku yang berwarna putih membuatku yakin bahwa buku ini juga
mencakup romance.
Alur
berjalan lambat, tetapi semakin ke belakang semakin intense dan gelap. Walaupun harus ku akui, buku ini tidak
mengandung plot twist yang twisty, beberapa kali aku merasa bahwa
penulis ingin memberikan plot twist dengan
‘kebetulan-kebetulan’ yang disematkan penulis dalam ceritanya.
Secara
pribadi aku nggak suka perpaduan romance,
crime atau misteri dengan mafia.
Rasanya berat, memusingkan, terkesan dark
dan trope-nya kurang luas. Dan
terlebih di buku ini banyak ‘kebetulan-kebetulan’
dan ‘kematian palsu’ yang membuatku,
seorang pembaca, kehilangan simpati dengan karakter-karakter disana. Apa kalian
terbayang ketika kalian sudah sedih karena karakter tertentu harus mati, eh
ternyata dia masih hidup? Dibandingkan merasa senang, aku lebih merasa tertipu.
'Kita selalu punya pilihan. Kita sendiri adalah sekumpulan pilihan,' - Joseph O'Connor, halaman 154.Dan juga...
'Kesedihan terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri.' - Sophocles, halaman 177.Ada quotes lainnya yang tidak akan aku tuliskan disini, karena terlalu banyak, haha.
Karakter
Dalam buku ini, ada banyak nama yang muncul, tetapi tidak semuanya penting, sudut pandang benar-benar difokuskan pada Madeline dan Jonathan. Jadi, aku akan mengungkapkan kesanku terhadap dua karakter utama ini.
Kalau dibilang tidak suka, aku cenderung netral. Pasalnya kedua karakter ini tidak bisa membuatku jatuh cinta, tetapi aku juga tidak bisa membenci mereka. Chemistry di antara keduanya sangat kurang, sehingga unsur romance nya terkesan tidak penting dan bahkan almost like a fling, hanya cinta sesaat atau lewat, terlebih ada laki-laki lain di sekitar Madeline, dan Jonathan bukan sosok karakter yang membuatku bisa jatuh cinta dan merasakan kehebatannya dibandingkan karakter lain.
Overall Review
☆☆☆
3/5 stars
Aku suka premisnya. Sayangnya, perkembangan cerita dan karakternya menurutku masih kurang padat, masih memiliki rongga yang sebenarnya bisa dipadatkan. Plotnya agak lambat dan banyak detail yang tidak penting. Tapi tetap menghibur, kok. Jadi, 3 bintang.
Kalau kamu suka cerita bertemakan crime, misteri, dan mafia, mungkin kamu akan suka buku ini.