Dilan 1991 (2019) - Movie Review

Kalau sebelumnya pada tahun 2002 Indonesia di gemparkan dengan pasangan Cinta & Rangga dari seri Ada Apa Dengan Cinta yang menceritakan tentang kisah cinta anak SMA dan kisah sebuah penantian. Saat ini, Indonesia memiliki Rangga versi lain, yang sama-sama puitis, yakni Dilan

Yak, langsong sajhaaa...




Judul : Dilan 1991
Sutradara : Pidi Baiq, Fajar Bustomi
Produser : Ody Mulya Hidayat
Pemeran : Iqbaal Ramadhan, Vanesha Prescilla
Rilis : 28 Februari 2019

Dilan 1991 adalah sequel dari seri Dilan yang didahului oleh film Dilan 1990. Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, dan diciptakan oleh Pidi Baiq. Sequel ini menceritakan lanjutan hubungan Dilan dan Milea yang telah resmi berpacaran tanggal 22 Desember 1990 di film Dilan 1990.

Biasanya, masa pendekatan lebih menyenangkan daripada saat pacaran. Nah, itu lah Dilan 1991. Ketika nonton film Dilan 1990, kita disuguhi sesuatu yang terasa fresh, salah satunya adalah penggambaran mengenai tahun 1990 dan 1991, sehingga mengembalikan tren lama ke masa sekarang, seperti jaketnya Dilan, dan motornya Dilan. Sedangkan di film kedua ini, Dilan 1991 hanya berisikan drama dalam hubungan Dilan dan Milea, sehingga menurutku sedikit membosankan, walau pas di awal sih cukup banyak momen-momen yang komedik.

Sejujurnya, aku tidak mengikuti seri novel Dilan sama sekali, jadi aku menonton seri film Dilan ini awalnya tanpa memiliki ekspektasi sama sekali. Entahlah, mungkin karena aku tidak tertarik dengan cerita romansa anak SMA yang labil? Atau mungkin karena aku belum bisa mencintai karya lokal? Bisa jadi dua-duanya.

Namun, setelah menonton film pertama, timbul lah sebuah ekspektasi untuk film kedua, apakah ceritanya akan sama menariknya?

Walaupun banyak sekali spoiler yang aku dapatkan dari para pembaca novel, bahwa pada akhirnya Dilan dan Milea putus, aku tetap memiliki ekspektasi yang cukup tinggi. Karena banyak yang bilang berpendapat bahwa kisah Dilan dan Milea ini sedih. Jadi, aku memiliki harapan bahwa menonton film Dilan 1991 ini aku bisa menitihkan air mata. Tetapi...... BORO-BORO

Aku malah merasa konflik yang membuat Dilan dan Milea putus itu kurang wow, terkesan biasa saja. Walau mungkin untuk beberapa di antara kalian konflik seperti itu tuh wow. Tetapi bagiku, itu sangat biasa saja, benar-benar terasa real, nyata, dan dekat dengan kita, yang ketika kamu sudah beranjak dewasa mungkin akan berpikiran "terlalu real juga bodohnya". Mungkin Milea adalah salah satu kasus yang berakhir dengan perasaan baik-baik saja, tetapi pada nyatanya, kasus putus karena tidak mau di kekang dan over protective itu juga bisa tidak baik-baik saja (curhat, hahahaha).

Terlebih lagi, rencananya akan ada film ketiga yang di angkat dari novel ketiga berjudul "Milea". Oke, fine. Di film Dilan 1991 ini, semua sudut pandang dan rasa sakit lebih ditunjukkan pada karakter Milea, sedangkan Dilan tidak begitu terlihat apa yang sebenarnya dia rasakan ketika ada masalah.

Film "Milea" adalah curahan hati si Dilan, yang lebih memperlihatkan sudut pandang Dilan. Dan sepertinya aku akan tetap menonton film ketiga ini, sekedar untuk referensi dan pelengkap seri tontonan. Tetapi, seri film Dilan ini belum mampu atau bisa dikatakan gagal menggaet hatiku untuk membaca novelnya. Terlebih.... nah ini yang sedikit aku kurang klop.

Akan ada buku ke-empat tentang Dilan yang diceritakan oleh Cika, pacar Dilan setelah Milea--katanya. Nah, setelah muncul kabar bahwa akan ada buku ke-empat, aku semakin mengurungkan niat untuk membaca buku-bukunya, karena terkesan seperti cerita ini tuh wawancara yang dilakukan Pidi Baiq terhadap mantan-mantan Dilan. Jadi, ya, mungkin kalau tipe cowok kalian seperti Dilan, akan sangat menarik. Sayangnya, tidak bagiku, ehehe.

OVERALL REVIEW

☆☆☆
3/5 stars buat film ini. Mungkin karena ekspektasiku ketinggian, haha.

Yak, sekian review film Indonesia ketiga --setelah Dread Out & Terlalu Tampan-- yang aku tonton di tahun 2019 ini. Jujur nggak bisa mereview banyak hal karena aku masih awam dan merasa kurang lengkap tanpa membaca novelnya, tetapi aku pun belum punya motivasi untuk membacanya, ehe. Thank you untuk kalian yang sudah melipir!




Greenshe Review