Hari ini aku akan mereview buku yang akhir-akhir ini menjadi buku favoritku, yakni Almond karya yang ditulis oleh Won-Pyung Sohn.
I Want To Die but I Want To Eat Tteokpokki 2 by Baek Se-hee
Halo, hari ini aku akan mengulas buku berjudul Moon In The Spring yang ditulis oleh Hyun Go Wun. Buku ini adalah buku terjemahan Korea dan memiliki 405 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Haru di tahun 2014.
Sebenarnya aku sudah selesai membaca buku ini bulan Januari lalu. Review singkat pun sudah aku berikan di Goodreads.
Sinopsis
Moon in The Spring menceritakan tentang Dal-Hee, seorang(?) calon(?) dewi bulan yang masih dalam masa pelatihan. Karakternya yang pengasih dan pemberani sering membuatnya terlibat masalah karena ikut campur permasalahan dunia manusia. Sehingga dibandingkan kakaknya, Hae-Seong, yang sudah menjadi dewa matahari, Dal-Hee masih harus menjalani masa pelatihan.
Suatu hari, ia mendengar suara seorang wanita yang meminta tolong. Suara itu berasal dari bumi. Dal-Hee merasa terpanggil dan akhirnya ia datang ke bumi dan bertemu Yoon Ji-Wan, seorang perempuan yang sedang sekarat di kasur rumah sakitnya. Tetapi keluarga dan tunangan Ji-Wan yang ada di dalam kamar tersebut sama sekali tidak menunjukkan kesedihan ataupun rasa kehilangan.
Sebelum meninggal, Ji-Wan meminta pertolongan Dal-Hee untuk membantu memanusiakan tunangannya yang licik dan dingin. Akhirnya, Dal-Hee membantu Ji-Wan dengan merasuki tubuhnya yang tak bernyawa dan menjalani kehidupannya sebagai Ji-Wan, gadis yang bangkit dari kematian.
Review
Plot
Dewa, dewi, kaisar langit, malaikat kematian, dan reinkarnasi. Konsep yang diangkat dalam cerita Moon in The Spring ini sangat menarik untuk diriku yang memang menyukai unsur fantasi tersebut. Tapi, lain halnya dengan penilaianku tentang bagaimana si penulis mengeksekusi cerita ini.
Buku ini memiliki isi yang ringan. Konflik dan adegan tidak akan membuat pusing pembaca karena memang se-ringan itu. Alur cerita pun berjalan cepat sejak Dal-Hee merasuki tubuh Ji-Wan, lalu memperbaiki hubungan Ji-Wan dengan ibu dan saudara tirinya, dan juga dengan Min-Hyuk, tunangan yang menikahi Ji-Wan hanya karena ingin me-merger perusahaannya dengan perusahaan Ji-Wan.
Secara pribadi, setelah membaca buku ini, aku merasa seperti habis menonton FTV. Plotnya cenderung mudah ditebak dan aku merasa klimaks dari konfliknya kurang greget. Bahkan, konflik antara Ji-Wan dan keluarga, serta tunangannya terlalu umum. Penyelesaiannya pun terlalu biasa, sehingga tidak membuat perasaanku bergejolak senang maupun sebal ketika membacanya. Standar saja, datar.
Karakter
Banyak unsur dalam buku ini yang menurutku bisa digali lagi. Khususnya karakter-karakter dalam buku ini yang kurang nendang.
Dal-Hee. Ia adalah calon dewi bulan yang sebelumnya adalah manusia. Dalam tubuh Ji-Wan, selain karakternya yang lebih ceria dan cerdas dibandingkan Ji-Wan yang asli, membuat dirinya dengan mudah memperbaiki hubungan Ji-Wan dengan keluarganya yang tidak baik. Selain itu ia juga dengan mudah memikat hati orang-orang di sekelilingnya. Jadi, konflik hubungan Ji-Wan dengan orang-orang di sekelilingnya tuh terasa terlalu mudah dan kesannya jadi sepele. Secara pribadi aku merasa kurang greget.
Min-Hyuk. Tunangan yang hanya ingin menikahi Ji-Wan untuk perusahaannya itu dikatakan sebagai sosok yang dingin dan licik. Ya, dingin. Tapi menurutku tidak selicik dan sejahat apa yang dikatakan di awal cerita. Kupikir aku akan benar-benar membenci si Min-Hyuk ini. Tapi ternyata karakter itu memendam masa lalu yang menghasilkan dirinya yang sekarang.
Apakah aku kecewa karena Min-Hyuk bukan orang yang sepenuhnya jahat? Tidak.
Yang membuatku agak kecewa adalah proses perubahan sifat dan sikap Min-Hyuk yang cepat. Alur yang diceritakan cepat membuat karakternya memiliki perubahan yang terkesan cepat. Ya, kayak FTV dengan tema benci jadi cinta gitu.
Disamping kekecewaanku dengan beberapa karakter dalam buku ini. Ada karakter yang menurutku menghibur, namanya I-Gu, seorang malaikat kematian yang menjelma jadi manusia untuk menemani dan melindungi Dal-Hee dari Min-Hyuk. Sebenarnya aku juga mengharapkan dia banyak adegannya, tetapi penulis malah memunculkan karakter Seok-Hwan, seorang artis, teman lamanya Min-Hyuk yang tiba-tiba muncul dan jatuh cinta sama Ji-Wan. Ya, aku tahu Dal-Hee itu dewi bulan yang punya daya tarik sendiri. Tapi hal itu membuatku nggak merasakan emosi yang kuat antara para karakternya.
Overall Review
☆☆☆
3 bintang
Aku berpikir
mungkin kalau buku ini dijadikan duology,
mungkin perkembangan emosi para karakternya bisa lebih dapet. Karena serius,
aku merasa seperti habis nonton FTV. Plotnya cepat, tertebak, dan emosi antar karakternya
jadi kurang dapet.
Halo! Aku kembali!
Kali ini, aku akan mereview sebuah drama yang menurutku sangat menarik. Drama ini memiliki genre romance dan crime. Judulnya, 악의 꽃 (Agui Kkot), yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris menjadi Flower of Evil.
Judul: Flower of Evil / 악의 꽃 (Agui Kkot)
Episode: 16
Director: Kim Cheol-Kyu
Writer: Yoo Jung-Hee
Pemeran:
Lee Joon-Gi, Moon Chae-Won, Jang Hee-Jin, Seo Hyun Woo, Kim Ji Hoon, etc
Sinopsis
Drama ini menceritakan tentang seorang detektif yang tidak tahu bahwa suaminya adalah tersangka sebuah kasus pembunuhan berantai.
Cha Ji Won (Moon Chae Won), seorang wanita penuh semangat dan energi positif, bertemu Baek Hee-Sung (Lee Joon-Gi) si pendatang baru di kota kecil tempatnya tinggal. Hubungan mereka terus berlanjut sampai ke pelaminan. Memiliki suami yang sangat baik dan penyayang, dan menjadi seorang ibu sekaligus bekerja sebagai seorang detektif, membuat hidup Cha Ji Won terkesan sempurna.
Sampai suatu saat, sebuah pembunuhan terjadi dan membuat nama Do Hyun Su (Lee Joon-Gi), anak seorang psikopat yang diduga sebagai tersangka kasus pembunuhan beberapa tahun silam tersorot kembali. Cha Ji Won tidak menyadari bahwa sosok itu ada di dekatnya.
Terjebak di antara dua pilihan, menangkap atau melindungi suaminya, Cha Ji Won berusaha mengungkap kebenaran sesungguhnya.
Review
(hati-hati spoiler)
Plot
Sebelum drama ini tayang, saat aku mendengar bahwa drama ini adalah drama tentang seorang psikopat yang menikah dengan seorang detektif, pertanyaan pertama yang muncul di benakku adalah ‘kok bisa?’.
Pasalnya, sinopsisnya membuatku penasaran tentang kenapa si detektif bisa dibohongi seperti itu, dan apa motif si psikopat menikahi si detektif. Terlebih, ‘seorang psikopat’ sebagai pemeran utama adalah hal yang jarang. Apakah dia benar psikopat atau akan ada kisah sedih dibalik masa lalunya yang mengungkap bahwa karakter tersebut bukan psikopat. Semua itu pun membuatku penasaran dan menantikan kehadiran drama ini.
Setelah menonton drama ini, pemeran utama kita bukanlah murni seorang psikopat. Ia hanyalah anak dari seorang psikopat yang diperlakukan seperti anak yang kerasukan roh jahat di desanya, padahal ia hanya tidak mampu mengungkapkan emosinya, atau bisa dibilang ia mengidap Alexithymia.
Secara keseluruhan, plot drama ini cukup menarik. Alur berjalan maju dan mundur dengan adanya flashback masa lalu para karakter kita. Sejujurnya ada beberapa plot yang menurutku mudah tertebak, seperti Do Hyun Su hanyalah manusia tidak bersalah yang dituduh sebagai pembunuh, tetapi banyak juga plot yang memungkinkan penonton menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlebih di beberapa bagian terakhir, seiring intensitas konfliknya meningkat, penonton dibuat greget apakah akhirnya akan bahagia, atau sebaliknya.
Bagian favoritku mungkin ada di episode 7 atau 8, entahlah agak lupa. Saat itu, Cha Ji Won yang mulai curiga, mengikuti suaminya, Baek Hee-Sung/ Do Hyun-Su, yang sedang pergi menemui Do Hae-Su, kakak perempuan yang sudah bertahun-tahun lamanya tidak ditemuinya.
Saat itu, Hyun-Su sedang bercerita pada Hae-Su bahwa ia memiliki istri dan anak perempuan. Hae-Su yang merasakan bahwa Hyun-Su sudah berubah, bertanya..
“Apa kamu mencintainya?,” tanya Do Hae-Su.
Hyun-Su yang tidak mampu mengungkapkan emosi, meyakini dirinya bahwa ia tidak pernah mencintai istrinya.
“Aku tidak pernah merasakan perasaan seperti itu,” ucap Do Hyun-Su, di dengar oleh istrinya yang sedang menguping. BOOM!
Menurutku adegan itu penuh dengan emosi yang tersirat. Aku membayangkan bagaimana perasaan Cha Ji Won yang mendengar orang yang selama ini dicintainya ternyata tidak pernah mencintainya. Woh!
Karakter
Dalam drama ini,
kita memiliki dua karakter utama, yakni Do Hyun Su yang menyamar sebagai Baek
Hee Seung, dan Cha Ji Won. Kedua karakter diperankan dengan sangat baik dan oh my god! Di dua episode terakhir,
kedua karakter ini benar-benar memberikan klimaks cerita dengan sangat baik.
Emosi yang mereka salurkan melalui kemampuan acting mereka benar-benar tersampaikan dengan sempurna.
Lalu, aku benar-benar merasa puas dengan acting Lee Joon-Gi dan Kim Ji-Hoon dalam drama ini, haha.
Lee Joon-Gi, aktor yang berperan sebagai Do Hyun-Su sangat mampu memvisualisasikan karakternya yang kesulitan mengekspresikan perasaan. Dari raut wajah yang datar, kengerian yang ditimbulkan ketika ia bertingkah ekstrem, dan rasa frustasinya ketika melindungi sosok/ sesuatu yang berharga untuknya, semuanya benar-benar membuatku sebagai penonton ternganga dan kagum.
Tak hanya Lee Joon-Gi, aktor Kim Ji-Hoon juga mampu mencuri perhatian penonton walau tidak muncul di seluruh episode. Pasalnya, kemunculan antagonis utama kita ini benar-benar membuat penonton gregetan!
Aktris Jang Hee-Jin yang memerankan Do Hae-Su juga menarik perhatianku walau sebenarnya karakternya tidak digambarkan sebagai sosok yang kuat atau sangat berpengaruh, bahkan malah cenderung lemah dan merepotkan. Tetapi, ada satu adegan yang sangat aku suka, ketika ia melindungi Baek Eun-Ha, anak Do Hyun-Su & Cha Ji Won, ketika the real villain muncul dan membahayakan nyawa mereka. Entahlah, aku merasa adegan itu super brave, sangat berani.
Setting
Aku sangat sangat suka dengan setting suara dan musiknya. Musik-musiknya benar-benar mendukung segala jenis emosi dan suasana dalam drama. Dari adegan menegangkan, sampai bagian romantisnya.
Hal tersebut yang membuatku benar-benar menyukai adegan yang akhirnya menjadi adegan favoritku. Ketika Cha Ji Won mendengar pernyataan suaminya yang menyakitkan, musiknya tiba-tiba disenyapkan dan hanya meninggalkan perasaan dan emosi yang tersirat kala itu.
Oh! Dan satu hal yang sangat aku suka dari karakter-karakter dalam drama ini, aktor aktris versi muda dan versi dewasanya dipilih yang mirip, terlebih Do Hyun-Su muda yang diperankan oleh Park Hyun Joon, dan Do Hyun-Su dewasa yang diperankan oleh Lee Joon-Gi wajahnya benar-benar mirip. Salut sekali dengan tim casting aktornya~
Overall Review
☆☆☆☆
4 bintang
Perpaduan antara plot yang dikembangkan dengan baik, acting para aktor dan aktris yang superb! Dan penataan musik yang sangat baik. Rasanya ingin memberikan bintang 5, tetapi ada beberapa bagian dalam plot yang terkesan klise untukku, jadi 4 bintang.
Drama ini sudah tamat bulan September 2020, kalian yang ingin menontonnya bisa menonton di aplikasi seperti VIU, WeTV, Vidio, dan sebagainya.
Sampai jumpa di review selanjutnya!
Halo, hari ini aku akan mereview sebuah buku yang menceritakan ulang kisah Mahabharata yang dipadukan dengan dunia modern.
Judul:
Aru Shah and The Song of Death
Penulis: Roshani Chokshi
Halaman: 381
Penerbit: Disney Hyperion
Bahasa: Inggris
ISBN: 9781368013840
Penulis: Roshani Chokshi
Halaman: 381
Penerbit: Disney Hyperion
Bahasa: Inggris
ISBN: 9781368013840
Dalam
buku berseri ini, Roshani Chokshi si penulis bercerita mengenai seorang anak
perempuan berusia 12 tahun, Aru Shah, yang harus menghadapi kenyataan bahwa
dirinya adalah seorang Pandawa, salah satu reinkarnasi tokoh protagonis dalam
kisah Mahabharata. Cerita ini memadukan legenda mitologi Hindu dan dunia
modern.
Singkatnya, di buku pertama yang berjudul Aru Shah and The End of Time, Aru Shah yang masih berusia 12 tahun berbuat kesalahan dengan tidak sengaja melepas The Sleeper, iblis jahat yang bertugas membangkitkan Dewa Kehancuran dari barang antik di museum ibunya. Kemudian ia dihadapkan dengan kenyataan bahwa dia adalah seorang Pandawa, reinkarnasi sosok Arjuna, titisan tidak secara langsung Dewa Indra. Dan pada akhirnya ia harus berjuang mencegah The Sleeper untuk mengakhiri dunia bersama dengan saudari ‘sejiwa’ yang bahkan baru dikenalnya, Mini, reinkarnasi Yudhistira.
Di buku kedua, The Otherworld diserang oleh pasukan zombie. Panah dan busur milik Kamadewa si Dewa Cinta hilang dicuri. Dan parahnya, Aru Shah dituduh sebagai pencurinya. Dan jika Aru tidak bisa menemukan panah dan busur tersebut sebelum bulan purnama, ia akan dipecat sebagai Pandawa dan harus meninggalkan The Otherworld. Akhirnya Aru yang tak ingin berpisah dari kehidupan lainnya itu, lagi-lagi harus menjalankan misi bersama Mini. Tetapi di buku kedua ini, Aru dan Mini akan ditemani dua karakter baru, yakni Brynne, reinkarnasi Bhima titisan Dewa Angin, dan Aiden, tetangga Aru di seberang jalan yang menyimpan banyak rahasia.
Karena aku tidak pernah mereview buku pertama disini, jadi aku akan mengungkit reviewku untuk kedua buku ini.
Review
Mari kita mulai dari desain cover. Baik buku pertama dan buku kedua seri ini memiliki cover yang cantik dan menggunakan warna kalem yang menenangkan. Ditambah ilustrasi yang lucu-lucu, buku ini sudah bisa menarik mataku dalam sekali lihat.
***
Kedua
buku ini yang memiliki jumlah halaman 355 dan 381 memiliki jalan cerita yang
menarik. Penulis bisa membawa pembaca (aku) untuk masuk ke dalam petualangan
seolah aku sedang bertualang bersama Aru dan kawan-kawan.
Di buku pertama, Aru harus menjalankan misinya selama 9 hari. Tetapi karena jalannya waktu dunia nyata dan The Otherworld berbeda, membuatku sempat bosan dan terjebak dalam reading slump untuk beberapa minggu. Agak sedikit lama untuk mencapai klimaks. Tetapi ketika Aru dan Mini sudah memasuki The Kingdom of The Death, ceritanya jadi semakin menarik dan berjalan begitu cepat, membuatku tidak rela buku ini berakhir.
Sedangkan di buku kedua, aku masih agak sedikit dibikin bosan dengan perbedaan waktu antara dunia nyata dan The Otherworld. Pasalnya ketika Aru dan kawan-kawan memiliki deadline 10 hari untuk mengembalikan busur dan panah Kamadewa, tetapi karena ada perbedaan waktu, perjalanan Aru dan kawan-kawan jadi melambat dan membuatku merasa sangat lama mencapai klimaksnya. Tetapi penambahan karakter dan interaksi antara para Pandawa sangat lucu dan menghibur.
Bagaimana penulis mengakhiri cerita pada buku pertama dan melanjutkannya di buku kedua sangatlah menarik. Mungkin jika kalian membaca kedua buku ini dengan rentang waktu yang jauh, mungkin kalian akan sedikit kebingungan dan harus mengintip lagi chapter terakhir di buku sebelumnya. Tapi kalau kalian membaca kedua buku ini bergantian tanpa jeda, mungkin akan jauh lebih menarik.
***
Berbicara mengenai karakter. Karakter favoritku di buku pertama adalah Boo, seorang dewa minor seperti Hannuman, bernama “Subala” yang pernah melakukan kesalahan sehingga ia ditugaskan untuk melatih para Pandawa. Alih-alih memiliki bentuk seukuran manusia, karakter Boo digambarkan sebagai seekor burung merpati. Ia bukanlah karakter yang mengucapkan isi hatinya begitu saja. Sifat dan sikapnya membuatnya sangat menggemaskan.
Sayangnya, di buku kedua, Boo tidak ikut dalam menjalankan misi bersama Aru dan kawan-kawan. Ia harus dijauhkan dari Aru dan lainnya karena dicurigai telah berkomplot dengan pencuri busur panah Kamadewa. Sebagai fans Boo, aku sangat senang ketika ia bebas dan menampakkan diri di beberapa chapter terakhir.
Boo landed on Aru’s hair and immediately pecked her. “You look pale! You have to take vitamin D! Pandawas always take Vitamin D. And what is this scratch on your arm? Who scratched you? And what took you so long?”
Boo mendarat di rambut Aru dan langsung mematuknya. “Kau keliatan pucat! Kau harus minum vitamin D! Pandawa selalu minum vitamin D. Dan cakaran apaan ini di tanganmu? Siapa yang mencakarmu? Dan kenapa lama sekali?”
Itu adalah reaksi Boo ketika dirinya akhirnya bebas dan menemui para Pandawa. Membaca kalimat itu membuatku sangat senang, karena aku juga sangaaaat merindukan Boo. Kalimat itu juga menunjukkan betapa pedulinya Boo dengan Aru dan Pandawa lainnya. Walau ia juga galak, dan ribet, tapi aku sangat suka karakter yang peduli seperti Boo, huhu.
Bagaimana dengan karakter utama aka para Pandawa? Sejujurnya aku tidak memfavoritkan salah satu dari mereka secara khusus. Tetapi aku sangat suka interaksi antara Aru yang masih perlu banyak belajar, Mini yang sangat higienis, Brynne yang sangat kuat dan doyan makan dan hobi masak, beserta Aiden, satu satunya laki-laki dalam tim ini yang selalu membawa kamera kemana-mana. Haah... Aku tidak sabar menanti kehadiran pandawa lainnya di buku ketiga, Aru Shah and The Tree of Wishes.
***
Bahasa
Inggris bukanlah bahasa ibuku. Tetapi mungkin karena buku ini adalah buku middle grade fantasy jadi menurutku bahasa
Inggrisnya masih mudah dipahami. Buku pertama dan buku kedua meninggalkan kesan
yang tak jauh berbeda, aku sama-sama menyukai kedua karya ini.
Overall Review
☆☆☆☆
4
bintang.
Untuk kamu yang menyukai novel Percy Jackson dan karya Rick Riordan lainnya seperti aku, mungkin kalian akan menyukai buku ini. Terlebih, buku ini adalah buku pertama dari imprint Rick Riordan. Buku ini juga sepertinya akan cocok untuk kamu yang tertarik dengan cerita tentang mitologi Hindu.
Oh
ya, omong-omong, buku ketiga Aru Shah and
The Tree of Wishes sudah terbit tahun 2020 ini. Sedangkan buku terakhir
seri Pandawa Quartet ini akan terbit tahun depan, 2021.
Halo, pada postingan kali ini, aku akan memberikan kesanku aka secuil reviewku mengenai buku novel berjudul Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982 yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Aku membaca ini melalui e-book resmi yang di Google Play Books.
Kurang lebih membutuhkan 3 hari untukku menyelesaikan buku yang memiliki jumlah halaman yang tergolong sedikit ini, yakni 192 halaman. Cenderung lebih cepat jika dibandingkan dengan kecepatan membaca buku fantasiku. Selain karena halaman yang sedikit, konflik yang dibahas dalam buku ini sangat dekat, jadi lebih mudah mengimajinasikan apa yang terjadi.
Review
Pertama-tama, buku ini aku baca karena dorongan trend di kalangan para pecinta buku yang saat ini banyak yang baca Kim Ji-Yeong. Filmnya pun sudah heboh beberapa waktu lalu. Dan pada dasarnya, genre cerita ini bukanlah seleraku, jadi agak lama untuk memulainya saat itu.
Buku ini menceritakan tentang Kim Ji-Yeong, seorang wanita yang lahir di tahun 1982, dan hidup di lingkungan yang memiliki nilai patriarki yang kental. Aku menyukai bagaimana penulis menyematkan tahun 1982 sebagai judul, karena situasi yang diceritakan dalam buku ini terjadi dalam rentang waktu 1982-2016.
Kemalangan Kim Ji-Yeong tercipta dari lingkungan hidupnya yang mempraktikan sistem patriarki yang begitu kental. Ia harus berjuang melawan ketidakadilan.... sendiri. Sebenarnya dia tidak sendiri, tapi karakternya membuatnya seolah sendiri.
Harapanku sebelum membaca buku ini adalah aku harap bisa relate dan menyelami karakter Kim Ji-Yeong sehingga aku bisa menangis dengan perjuangannya melawan diskriminasi gender yang dialaminya. Tetapi setelah membacanya, harapanku pupus.
Plot
Cerita diawali dengan prolog yang menarik, membuatku bertanya-tanya apa yang terjadi pada Kim Ji-Yeong sehingga ia bisa seperti itu. Kemudian cerita dilanjutkan dengan flashback perjalanan hidup Kim Ji-Yeong dari lahir sampai menikah yang membuat beberapa pembaca mungkin akhirnya mampu memahami situasinya yang tertekan.
Namun, aku menyayangkan progress cerita yang terkesan datar. Aku merasa semakin ke belakang, ceritanya tidak memberikan klimaks dan hanya menunjukkan kemalangan hidup Kim Ji-Yeong sebagai korban dalam sistem patriarki.
Cerita juga disampaikan dengan narasi oleh sudut pandang orang ketiga. Baru kemudian di beberapa halaman terakhir, sudut pandang berubah menjadi sudut pandang orang pertama.
Hal tersebut membuatku kurang bisa merasa bahwa karakter Ji-Young ini adalah aku. Dan aku juga kesulitan menangkap apa yang sebenarnya ingin penulis sampaikan melalui buku ini.
Cerita dalam buku ini tidak memiliki akhir yang saklek. Open ending pun tidak. Buku ini meninggalkan tanda tanya, dan pembaca lah yang harus menjawabnya sendiri.
Karakter
Alih-alih digambarkan sebagai karakter yang aktif dalam melawan ketidakadilan yang dirasakannya, Kim Ji-Yeong lebih memilih diam dan pasif ketika orang-orang berlaku tidak adil padanya. Tetapi malah orang-orang di sekelilingnya yang terkesan lebih kuat dan aktif.
Sulit merasakan emosi Ji-Yeong ketika dirinya tak
banyak melawan, dan cenderung memendam. Ada beberapa hal yang membuatku mengangguk
setuju, tetapi lebih banyak keputusan Ji-Yeong yang membuatku frustasi. Bukan
frustasi sama lingkungannya, tetapi frustasi dengan bagaimana Ji-Yeong
menghadapi itu semua.
Realitanya, dunia memang sudah tidak waras. Yang sebenarnya ingin aku lihat bukan lah sosok yang menunjukkan bahwa wanita adalah korban. Tetapi bagaimana cara untuk stay sane in this insane world, cara untuk bertahan dan menjadi kuat walaupun kita tertindas.
Bisa dikatakan karakter Ji-Yeong bukanlah tipeku, sehingga aku agak sulit relate. Walau adakalanya Ji-Yeong mengingatkanku pada ibuku, nenekku, bahkan aku, tetapi karena perjuangannya sangat berbeda, jadi efek merasanya hanya sebentar saja.
Karakter ibu Ji-Yeong mungkin adalah karakter yang
‘agak’ aku suka. Begitupula dengan ibu-ibu yang membantu Ji-Yeong di halte bus.
Ibu Ji-Yeong digambarkan sebagai sosok yang kuat di tengah sistem patriarki
ini. Dan ibu-ibu di halte bus itu juga merupakan sosok yang positif menghadapi hidup.
“Ada lebih banyak lagi pria baik di dunia ini,” halaman 66.
Hubungan antara Kim Ji-Yeong dan suaminya juga hanya diceritakan ketika sedang dingin-dinginnya. Padahal aku penasaran alasan kenapa Ji-Young memilih untuk menikahi Dae-Hyeon. Hubungan mereka ketika lagi hangat-hangatnya, dan sebagainya. Sayangnya, cerita ini tidak membangun kisah hangat seperti itu. Isinya 98% duka sebagai seorang wanita yang tidak speak up. Padahal banyak hal yang bisa disyukuri.
Banyak yang sudah menonton filmnya dan banyak yang mengatakan bahwa mereka lebih menyukai ending dalam film. Aku belum menonton filmnya, tetapi respon teman-temanku yang mengatakan akhir di film lebih bagus, membuatku ingin menontonnya.
Overall Review
☆☆☆
3 bintang.
Sejujurnya tidak banyak hal yang aku sukai dalam buku ini. Plot yang terkesan datar ini tidak meninggalkan kesan mendalam, tetapi aku menghargai informasi-informasi yang disematkan dalam footnote yang secara tidak langsung menggambarkan seberapa besar diskriminasi gender terjadi di Korea Selatan.
Lalu, karakter yang aku harapkan bisa menjadi sosok yang kuat, ternyata terlalu
pemendam dan membuatnya jadi sulit di mengerti. Walau tidak sampai pada tahap meresap
banget, tetapi ada kalanya sosok Kim Ji-Yeong ini mengingatkanku pada ibuku si
bungsu dari 4 saudara dengan 3 saudara laki-laki, pada nenekku yang as long as i knew berumah tangga dengan
sosok yang sangat dominan dan keras, adik-adikku, dan juga diriku.
Jadi... 3 bintang.
![]() |
It's Okay To Not Be Okay (2020) |
Halo
teman-teman, bagaimana kabar kalian hari ini? Semoga baik-baik saja ya. Hari
ini aku akan mereview drama Korea hits yang belum lama tamat, yakni It’s Okat
Not To Be Okay.
Judul:
It’s Okay Not To Be Okay / 사이코지만 괜찮아 / Psycho, But It’s Okay
Episode: 16
Direktor: Park Shin Woo
Writer: Jo-Yong
Pemeran: Kim Soo Hyun, Seo Yea Ji, Oh Jung Se, dll
Episode: 16
Direktor: Park Shin Woo
Writer: Jo-Yong
Pemeran: Kim Soo Hyun, Seo Yea Ji, Oh Jung Se, dll
Drama
ini mengangkat isu kesehatan mental sebagai dasar ceritanya. Menceritakan Moon
Gang Tae (Kim Soo-Hyun) yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit jiwa. Di
luar jam kerjanya, ia juga memiliki seorang kakak yang memiliki keterbelakangan
mental, Sang Tae (Oh Jung Se). Setelah kematian ibunya, Gang Tae dan Sang Tae
harus hidup dengan terus melarikan diri dari masa lalunya.
Di samping itu, Go Moon Young (Seo Yea-Ji) adalah penulis cerita anak yang terkenal. Sikapnya kasar dan bertindak semaunya. Pertemuannya dengan Gang Tae menciptakan cerita yang menghangatkan dan penuh kejutan.
Review
Plot
Awalnya aku ragu untuk menonton drama ini. Isu kesehatan mental yang diangkatnya membuatku berpikir bahwa drama ini akan membosankan dan terlalu mellow. Tetapi setelah mencoba menontonnya, aku berbicara pada adikku, “Ceritanya adem ya”. Dan adikku berkata, “Iya, ini kan drama healing”.
Walau membahas mengenai kesehatan mental yang agak berat, tetapi plot dikemas dengan baik. Banyak hal-hal lucu yang membuat drama ini tidak membosankan dan cenderung menyejukkan perasaan. Karakter Go Moon Young disini adalah penulis cerita anak, dan nuansa yang diberikan dalam cerita ini cenderung seperti dark fairy tale. Dark bukan berarti filmnya berat banget. Dark disini memiliki maksud bahwa drama ini memiliki nilai tersirat yang tak se-ringan penyampaiannya.
Selama berjalannya cerita, penonton juga disuguhi beberapa twist yang cukup mencengangkan. Seperti bagaimana masa lalu Go Moon Young, dan bagaimana masa lalu Gang Tae serta Sang Tae yang mengharuskan mereka hidup berlari dan bersembunyi dari sesuatu yang sebenarnya belum tampak.
Karakter
Setiap karakter disini memiliki sifat dan sikap yang berbeda. Gang Tae yang cenderung menahan segala emosinya, Moon Young yang cenderung meledak-ledak, serta Sang Tae yang tak tertebak. Hal yang sangat membuatku kagum dengan karakter disini adalah chemistry setiap karakter tuh sangat mantap.
Aku sangat salut dengan acting Seo Yea Ji yang membuat Go Mun Young menjadi dirinya. Begitu juga dengan Kim Soo Hyun dan Oh Jung Se yang memerankan Gang Tae dan Sang Tae hingga membuatku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau karakter-karakter tersebut diperankan oleh orang lain.
Karakter
pendukung drama ini juga memiliki karakter yang unik-unik. Dan aku suka
karakter para pasien dan suster di rumah sakit jiwa OK.
Setting
Kalau kalian sudah menonton drama ini, bagian stop motion yang ada di awal episode adalah bagian favoritku. Boneka karakter Gang Tae dan Moon Young sangat unik dan lucu, hingga membuatku sangat ingin memiliki funko seperti itu. Terlebih cara mereka melakukan produksinya benar-benar bagus! Membuatku semakin kagum dengan drama ini.
Lalu, tak jarang juga efek CGI diperlihatkan di drama ini, khususnya adalah rusa dan rumah Go Mun Young. Ini keren banget sih. Aku sering menonton video behind the scene drama ini dan most of it are mind-blowing.
Tim produksi juga menunjukkan dedikasi mereka yang sangat tinggi melalui pakaian setiap karakter yang memang dirancang khusus sesuai dengan kepribadian karakter-karakter drama ini.
Selain itu, drama ini juga memiliki banyak icon-icon yang khas dan menarik, seperti buku cerita anak Go Mun Young, boneka Mang Tae, dan lain sebagainya. Hal-hal ini membuat drama ini benar-benar berbeda dari drama-drama yang sudah ada.
Overall Review
☆☆☆☆☆
5 bintang.
Perpaduan
antara plot, acting, dan setting yang sangat sempurna. Sangat menghibur dan banyak
nilai yang bisa penonton ambil dari drama ini. Drama ini bukan drama yang
digunakan untuk berdebat, tetapi drama ini harus direnungkan. Kalian yang
tertarik menontonnya, bisa menonton ini di Netflix. :)
![]() |
Blacklist Cover |
Halo teman-teman, hari ini aku
kembali dan akan memberikan review mengenai drama Thailand yang tayang bulan
Oktober tahun lalu, Blacklist.
Episode: 12
Direktor: Dan Worrawech Danuwong
Pemeran: Nanon Korapat, Chimon Wachirawit, Ohm Pawat, Drake Sattabut, First Kanaphan, Frank Thanatsaran, Prim Chanikarn, Love Pattranite, View Benyapa, Prigkhing Sureeyaret, Ploy Patchatorn, Ploy Kanyarat, dan lain lain.
Drama ini menceritakan tentang Traffic, seorang siswa yang berhasil masuk ke SMA Akeanan, sekolah yang memiliki citra yang sangat bagus dalam berbagai aspek, sekolah favorit gitu. Anak biasa masuk ke SMA favorit seharusnya mengutamakan belajar dan prestasi. Namun tidak dengan Traffic. Dia masuk ke SMA tersebut dengan satu tujuan utama, yakni mencari kakak perempuannya yang tiba-tiba menghilang di sekolah tersebut, namun tak sekalipun sekolah tersebut menggubris hilangnya kakak perempuan Traffic.
Selagi mencari keberadaan kakaknya, Traffic menemukan bahwa sekolah tersebut menyimpan rahasia yang lebih besar dari yang ia pikirkan.
Review
Plot
Setelah cukup lama menyelami dunia drama, menurutku drama dengan tema sekolah memiliki daya tarik khusus, sehingga banyak disenangi oleh para penikmat drama baik kalangan usia remaja dan dewasa. Biasanya, konflik yang diangkat dalam drama bertema sekolahan cenderung relatable dengan problematika atau struggle yang dihadapi anak sekolah seperti dalam hal pembelajaran dan hubungan sosial dengan teman sebaya. Lalu, dengan berhiaskan bintang-bintang muda yang menimbulkan kesan fresh dan anak muda banget biasanya akan membuat penonton betah menonton drama tersebut.
Tapi, walaupun drama Blacklist ini dibintangi oleh aktor-aktris muda yang menarik, menurutku plot ceritanya terlalu rumit untuk latar belakang karakter yang masih seusia anak SMA.
If i was younger, mungkin aku akan mengatakan ceritanya sangat menarik, soalnya karakter utamanya tuh anak SMA. Tetapi, karena mungkin aku sudah agak tua, jadi ketika menontonnya terkesan sangat unrealistik. Terlebih peran guru disini sebagai orang dewasa tuh kurang bagus. Satu sekolah hanya memiliki 3 figur guru yang menurutku karakternya tidak tegas dan bukan guru banget.
Drama ini mengambil genre crimes, misteri, dan romansa. Konflik tentang crime yang diangkat dalam drama ini adalah penyalahgunaan obat terlarang, senjata berbahaya, dan organisasi ilegal serta tentang mafia gitu. Yang membuatku merasa cerita ini terlalu unrealistik adalah semua unsur crime tersebut dilakoni oleh anak SMA yang menurutku terlalu rumit dan terlalu besar untuk seusia mereka yang seharusnya mengalami konflik yang lebih wajar.
Penonton juga disuguhi genre romance yang juga menurutku adalah perpaduan yang kurang pas dengan crimes dalam drama ini. Di tengah-tengah situasi serius, tiba-tiba disuguhi adegan yang seharusnya.... romantis, jadi terkesan terlalu drama, dan memang agak awkward untuk seusia SMA.
Masa sekolah seharusnya menjadi masa-masa yang menyenangkan dan lovey dovey gemas-gemas gitu, tapi secara keseluruhan plot drama ini agak kurang pas untukku.
Karakter
Genre crimes yang diangkat dalam drama ini mungkin membuat drama ini terkesan memusingkan, tapi tetap saja aku merasa terhibur ketika menontonnya, karena karakter para aktor yang memiliki trait kepribadian yang berbeda. Nama-nama karakternya pun sangat menghibur, seperti Traffic, Highlight, Carrot (Wortel), Melon, Orange (Jeruk), Bacon, Cupcake, dan lain-lain. Aku mengagumi si penulis ketika memiliki nama-nama mereka, simpel dan walau awalnya terkesan aneh, tapi itu jadi hiburan tersendiri untukku, haha.
Chemistry karakter dalam drama ini pun aku suka. Aktor-aktor yang berperan sebagai siswa satu geng disini memiliki chemistry yang bagus banget. Mungkin hal ini juga dipengaruhi oleh para aktor dan aktris drama ini berada di bawah naungan agensi yang sama, jadi chemistry nya nggak perlu diragukan lagi karena mereka memang aslinya sudah saling mengenal dan berteman.
Setting
Aku tidak memiliki penilaian khusus mengenai location dan pengambilan suatu adegannya, karena aku menikmati ketika menonton. Tetapi satu hal yang agak sedikit mengganggu untukku adalah penataan dan transisi adegan serta musik menegangkan ke romantis.
Musiknya sendiri sebenarnya enak, hanya saja penataan dan transisi adegan dan musik yang kurang oke membuat emosi yang ada dalam satu adegan tuh aneh. Contohnya ketika sedang adegan menegangkan, musiknya menegangkan nih, tapi ketika di dalam adegan menegangkan tersebut ada romance yang menelusup, tiba-tiba musik romantis muncul, dan menurutku membuat mood jadi drop gitu.
Overall Review
☆☆☆
3/5
bintang
Walaupun penataan musik dan beberapa adegan di drama ini kadang mengganggu, aku menikmati drama ini. Aktor dan aktrisnya membuatku betah menonton. Lalu chemistry mereka pun menghibur banget. Hubungan pertemanan mereka lucu. Konfliknya walau menurutku berat untuk usia SMA, tapi untukku terkesan agak baru, jadi aku menghargai plot ini.
Note.
Kalian
yang tertarik menontonnya, bisa tonton di channel resminya di Youtube.
Adegan favoritku adalah episode 7 part 1/4 menit ke 4:50. Kalian tidak perlu memahaminya, haha.
![]() |
The Illuminae Files #1 & #2 Photo by Greenshe |
Halo teman-teman!
Hari ini aku lagi-lagi akan mereview novel terjemahan Penerbit Spring, salah satu anak perusahaan Penerbit Haru, dan terbit di Februari 2019. Judulnya Gemina. Buku ini melanjutkan cerita dari buku pertama yang pernah aku review disini. Buku ini memiliki halaman yang lebih tebal dari prequelnya, yakni 630 halaman.
Blurb
Setelah pasukan BeiTech menyerang Kerenza di buku Illuminae, kini giliran Stasiun Portal Heimdall yang menjadi target selanjutnya, pasalnya, kapal luar angkasa Hypatia yang mengangkut banyak saksi penyerangan BeiTech, hendak berlabuh di stasiun tersebut. Hanna, putri Kapten Stasiun Portal Heimdall, dan Nik, si kriminal, harus bekerja sama menyelamatkan rumah mereka, Heimdall, dan pesawat Hypatia yang sedang menuju Heimdall, dan juga.... semesta.
...Review...
Format penulisan buku Gemina ini masih sama uniknya dengan buku Illuminae yang tersusun dari kumpulan data-data, email, dan lain sebagainya yang dikumpulkan oleh geng Illuminae. Ada sedikit tambahan format baru di buku Gemina ini, seperti jurnal harian Hanna yang penuh dengan doodle-doodle buatannya. Tapi entah mengapa, aku merasa format file yang disuguhkan dalam buku ini tidak semenakjubkan Illuminae. Kupikir, mungkin karena buku Gemina memiliki lebih banyak deskripsi CCTV dibandingkan Illuminae, sehingga aku merasa seperti membaca novel biasa.
Lalu, dibandingkan dengan buku Illuminae, plot Gemina ini lebih ramai. Banyak konflik atau unsur yang membuatku berpikir akan sangat menarik nantinya, tetapi konflik tersebut nyatanya tidak dieksekusi semenarik ekspektasiku.
Secara pribadi, aku lebih menyukai tiga karakter utama dalam buku Illuminae, yakni Kady, Ezra, dan Aidan. Sedangkan dalam buku Gemina ini, kita dipertemukan dengan tiga karakter utama baru, yakni Hanna Donnelly si cewek cantik nan mempesona, Nik Malikov si kriminal, dan Ella Malikova saudari Nik Malikov. Diantara tiga orang itu, mungkin hanya karakter Ella Malikova yang aku suka.
Hanna Donnelly, putri semata wayang Kapten Stasiun Portal Heimdall. Beberapa orang menganggapnya sebagai sosok putri yang lemah dan manja yang membutuhkan perlindungan super ekstra. Dalam buku ini, menurutku Hanna sedang mencoba untuk membuktikan bahwa ia lebih kuat dari apa yang dipikirkan orang-orang. Dan hal tersebut membuatnya terkesan sangaaaaaaat sempurna. Flawless banget rasanya.
Nik Malikov, anggota dari kelompok kriminal House of Knives. Dia sangat dekat dengan Hanna karena hal-hal ilegal yang dijualnya (Hanna juga kadang membelinya). Dia pun menyukai Hanna, walaupun ia tahu Hanna sudah memiliki kekasih. Sebagai pemeran utama laki-laki, aku nggak merasa Nik memiliki suatu hal yang spesial sehingga bisa membuatku jatuh cinta. Tapi karena Nik memperlakukan Hanna dengan baik, aku sempat sedih pas [block paragraf untuk melihat spoiler] dia mati.
Ella Malikova, saudari Nik. Ella digambarkan sebagai karakter yang lemah karena sewaktu kecil terkena sebuah penyakit dan membuatnya tidak bisa beraktifitas layaknya anak biasa. Untuk melindungi Ella, ayahnya membuatkannya ruangan khusus yang dilengkapi dengan komputer-komputer super cangguh agar Ella bisa melihat kondisi di luar ruangannya. Lokasi Ella ini tidak tercetak dalam peta Stasiun, sehingga ketika para pembajak datang, mereka sulit menemukan Ella. Lalu, walaupun memiliki fisik yang lemah, Ella adalah karakter yang jenius teknologi gitu, hampir mirip sama Kady dari buku pertama. Kalau nggak ada Ella, Hanna dan Nik akan kesulitan melakukan aksi penyelematan. Pokoknya menurutku dia adalah karakter penting yang lebih menghibur dibandingkan pasangan utama kita, haha.
Secara pribadi, aku lebih menyukai tiga karakter utama dalam buku Illuminae, yakni Kady, Ezra, dan Aidan. Sedangkan dalam buku Gemina ini, kita dipertemukan dengan tiga karakter utama baru, yakni Hanna Donnelly si cewek cantik nan mempesona, Nik Malikov si kriminal, dan Ella Malikova saudari Nik Malikov. Diantara tiga orang itu, mungkin hanya karakter Ella Malikova yang aku suka.
Hanna Donnelly, putri semata wayang Kapten Stasiun Portal Heimdall. Beberapa orang menganggapnya sebagai sosok putri yang lemah dan manja yang membutuhkan perlindungan super ekstra. Dalam buku ini, menurutku Hanna sedang mencoba untuk membuktikan bahwa ia lebih kuat dari apa yang dipikirkan orang-orang. Dan hal tersebut membuatnya terkesan sangaaaaaaat sempurna. Flawless banget rasanya.
Nik Malikov, anggota dari kelompok kriminal House of Knives. Dia sangat dekat dengan Hanna karena hal-hal ilegal yang dijualnya (Hanna juga kadang membelinya). Dia pun menyukai Hanna, walaupun ia tahu Hanna sudah memiliki kekasih. Sebagai pemeran utama laki-laki, aku nggak merasa Nik memiliki suatu hal yang spesial sehingga bisa membuatku jatuh cinta. Tapi karena Nik memperlakukan Hanna dengan baik, aku sempat sedih pas [block paragraf untuk melihat spoiler] dia mati.
Ella Malikova, saudari Nik. Ella digambarkan sebagai karakter yang lemah karena sewaktu kecil terkena sebuah penyakit dan membuatnya tidak bisa beraktifitas layaknya anak biasa. Untuk melindungi Ella, ayahnya membuatkannya ruangan khusus yang dilengkapi dengan komputer-komputer super cangguh agar Ella bisa melihat kondisi di luar ruangannya. Lokasi Ella ini tidak tercetak dalam peta Stasiun, sehingga ketika para pembajak datang, mereka sulit menemukan Ella. Lalu, walaupun memiliki fisik yang lemah, Ella adalah karakter yang jenius teknologi gitu, hampir mirip sama Kady dari buku pertama. Kalau nggak ada Ella, Hanna dan Nik akan kesulitan melakukan aksi penyelematan. Pokoknya menurutku dia adalah karakter penting yang lebih menghibur dibandingkan pasangan utama kita, haha.
...extra spoiler
Things I Like
- Hanna Donnelly yang bertarung dengan baju model terbaru yang dibelinya sebelum pembajakan terjadi. Bajunya berwarna hitam dan seperti seragam Fantastic 4 Marvel. Ditambah deskripsi akan kelincahan Hanna Donnelly ini cukup menghibur, jadi aku suka bagian ini. Hanna jadi seperti Lara Croft di Tomb Raider.
- Ella Malikova. Karakternya memang selalu menghibur.
- Kady, Ezra, dan Aidan. Ketika mereka muncul dalam buku ini, aku sangat senanggg. Kalau kalian juga termasuk orang yang menanti-nanti kemunculan geng Illuminae 1, kalian harus bersabar, karena mereka muncul agak belakang-belakang.
Things I Disappointed At
- Romansa antara Nik dan Hanna. Buku ini banyak banget unsur romansanya, tapi menurutku ngga meninggalkan kesan yang menyenangkan. Malah aku cenderung men-skip setiap kali adegan romansa mereka muncul. Rasanya.... klise. Dan chemistry mereka kayak kurang puolll.
- Bayi-Alien-Mirip-Ular. Aku cukup kecewa dengan hal ini. Aku pikir alien tersebut bakal keren banget. Tapi ternyata malah yaa.. terkesan tidak begitu mengancam. Terlebih Nik memahami alien tersebut seperti peliharaannya, membuat alien itu tidak semenegangkan kehadiran Virus Zombie di buku Illuminae.
- Dunia Paralel. Konsep dunia paralel kerap dijadikan 'jalan pintas' untuk menyempurnakan jalan cerita entah dalam drama maupun buku. Konsep itu bisa membuat sesuatu yang tadinya hilang, datang kembali, seolah takdir bisa diubah-ubah sangat mudah dengan mempermainkan hukum dunia paralel. Entah bagaimana aku masih menganggap Dunia Paralel adalah konsep atau teori yang paling ngawang diantara konsep cerita fantasi lainnya. Ketika Nik mati, aku sedih. Tapi kemunculan teori ini tuh seolah membisiki telingaku, "Nik mati...... TAPI BOONG! Dia masih sehat walafiat di semesta B. Tuker aja yang mati sama yang hidup. Happy ending dehhhh," gitu.
Overall Review
☆☆☆☆
4 bintang.
Jika melihat Gemina dan Illuminae sebagai dua buku yang terpisah. Aku memang tidak begitu menyukai karakter dalam Gemina. Mungkin hanya Ella Malikova. Aku juga tidak merasa plotnya semenarik buku Illuminae. Terlebih unsur romance di dalamnya terkesan membosankan, boooo.
Tapi jika aku melihat Illuminae dan Gemina sebagai satu kesatuan, maka aku akan mengatakan buku ini cukup oke dan cukup menghibur. Terlebih masih ada buku ketiga yang belum selesai diterjemahkan oleh Penerbit Spring. Jadi, aku masih menunggu akhir dari seri Illuminae ini.
![]() |
Bone by Jung Mijin Photo by Greenshe |
Bone adalah buku misteri fotografi Korea Selatan yang diterjemahkan oleh Penerbit Haru. Buku ini adalah buku terjemahan Penerbit Haru yang pertama kali menggunakan fotografi nyata untuk covernya. Genre misteri fotografi ini tentu saja dilengkapi dengan foto-foto yang bisa membuat pembaca lebih merasakan suasana kelam dan misterius dalam cerita ini.
Buku ini menceritakan tentang Junwon, seorang pemuda yang memperoleh paket berisi surat ancaman yang memintanya untuk membawa sejumlah uang untuk menebus Hajin, kekasihnya yang... sudah dua tahun lalu menghilang tanpa kabar. Hanya dalam hitungan jam, ia harus segera menyelamatkan Hajin.
Review
Aku
membeli buku ini karena ingin mencoba membaca lebih banyak buku thriller dan
misteri setelah mendapatkan kesan yang sangat baik ketika membaca buku Holy
Mother karya Akiyoshi Rikako. Aku mengharapkan cerita ini memiliki twist yang membuatku ternganga dan
membuatku terkejut.
***
Alur
cerita ini berjalan maju dan mundur antara usaha Junwon untuk menyelamatkan
Hajin di tahun 2015, serta kilasan balik mengenai hubungannya dengan Hajin di
masa lalu. Bagaimana mereka bisa kenal, kenapa mereka bisa jatuh cinta, dan
lain sebagainya.
Unsur
misteri ada pada present time yang
dijalankan oleh Junwon. Kenapa tiba-tiba Hajin diculik setelah dua tahun
menghilang tanpa kabar? Siapa yang menculik Hajin? Apakah Junwon bisa
menyelamatkan Hajin?.
Sedangkan
unsur romansanya terletak pada kilas balik masa lalu hubungan Junwon dan Hajin.
Sejujurnya aku sangat bosan ketika membaca buku ini, sebagian besar karena
kilas balik masa lalu Junwon dan Hajin ini. Selain itu, aku juga seringkali
bosan karena dalam buku ini banyak detail yang menurutku tidak perlu.
***
Ditambah
karakter Junwon yang sejak awal menampakkan bahwa mentalnya terluka membuatku
berpikir bahwa ia sakit jiwa.
Hajin adalah kegelapanku. – Junwon, halaman 164.
Ketika
membaca kalimat itu, aku merasa karakter Junwon itu adalah sosok yang gelap
banget, seolah aura hitam yang pekat menyelimuti dirinya. Seolah benar-benar
tidak ada kebahagiaan dalam hidupnya, meskipun ia memiliki sahabat setia bernama
Jindo.
Mungkin
karena hal itu pula, penggunaan sudut pandang “aku” yang seharusnya bisa
membuatku merasakan hal yang sama dengan si karakter “aku” tidak berguna sama
sekali. Aku tidak bisa meresapi karakter Junwon ini. Terlalu gelap.
***
Beberapa
orang beranggapan bahwa buku ini memiliki genre thriller. Bukan maksudku untuk tidak menghargai pendapat orang
lain, tetapi hanya ingin bilang bahwa pendapatku mengenai hal ini agak sedikit
berbeda. I’m not thrilled by the story.
Sehingga aku nggak beranggapan bahwa buku ini bergenre thriller. Thriller
untukku adalah momen ketika aku bisa dibuat mual oleh kesadisan seorang
karakter.
***
Di samping
hal-hal tidak menyenangkan yang aku rasakan ketika membaca buku ini. Ada
beberapa hal yang aku suka. Di antaranya adalah foto-foto yang menggambarkan
beberapa adegan melalui sudut pandang Junwon. Secara pribadi, aku suka foto-fotonya,
filter yang digunakannya, angle yang difotonya, foto-foto itu mendukung jalan
cerita banget. Dan foto-foto itu membuatku bisa tahu kalau Junwon memang
karakter yang gelap.
Setelah
foto, aku suka dengan kalimat yang Hajin lontarkan di halaman 176.
Kau sendiri pun tidak abadi, tapi kau mengharapkan cinta, suatu perasaan yang tak berwujud, agar menjadi sesuatu yang abadi dan tak berubah? Apakah itu tidak memalukan?.
Bagi
Junwon, kalimat tersebut cukup menohok. Dan aku suka itu. Seolah pada bagian
ini tuh, sisi gelap Junwon ditampar oleh Hajin. Membuatku bergumam, “Karaktermu
gelap banget hey Junwon! Semangat dong!.”
Overall Review
Aku
memberikan dua bintang pada review awalku di Goodreads. Aku cukup tergugah
untuk memberi bintang tiga di review ini. Tapi, secara keseluruhan aku tidak
suka dengan buku ini. Selain karena tidak ada plot twist yang membuatku uwowwww,
aku juga tidak begitu suka dengan karakter Junwon yang terlalu gelap. Dan
detail-detail yang membosankan juga banyak. Jadi...
☆☆
2 bintang.
Hai readers,
Sesuai judul di atas, pada post kali ini aku akan ngomongin book haul yang aku lakukan selama awal tahun 2020.
Kalian para book lovers mungkin tahu bahwa pada bulan Maret lalu ada beberapa book sale dengan diskon yang semena-mena. Adapun book sale yang aku ketahui adalah Bootopia by Periplus dan Big Bad Wolf.
Kalian para book lovers mungkin tahu bahwa pada bulan Maret lalu ada beberapa book sale dengan diskon yang semena-mena. Adapun book sale yang aku ketahui adalah Bootopia by Periplus dan Big Bad Wolf.
Kedua acara ini benar-benar mensuguhi pembeli dengan diskon buku yang tidak nanggung-nanggung. Walau aku tidak bisa terjun langsung ke lokasi untuk mencari-cari buku incaran karena kondisi yang tidak memungkinkan, aku tetap membeli beberapa buku melalui jasa titip untuk Big Bad Wolf. Sedangkan untuk Bootopia, aku memesannya langsung ke admin Periplus yang bertugas.
Terhitung dari bulan Maret sampai Mei 2020, ada 9 (sembilan) buku yang masuk ke dalam antrian to be read-ku. Adapun buku-buku tersebut adalah..
About Me
Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here.
Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean!
Stay tuned, and let's dive into stories together!
Old Reviews
-
►
2023
(3)
- ► September 2023 (2)
- ► Agustus 2023 (1)
-
►
2022
(8)
- ► November 2022 (1)
- ► September 2022 (4)
- ► April 2022 (1)
-
►
2021
(23)
- ► November 2021 (7)
- ► Oktober 2021 (1)
- ► April 2021 (1)
- ► Maret 2021 (9)
-
▼
2020
(23)
- ▼ November 2020 (4)
- ► Agustus 2020 (3)
- ► April 2020 (1)
- ► Maret 2020 (5)
-
►
2019
(43)
- ► Desember 2019 (3)
- ► November 2019 (4)
- ► Oktober 2019 (5)
- ► September 2019 (5)
- ► Agustus 2019 (6)
- ► April 2019 (1)
- ► Maret 2019 (6)
- ► Februari 2019 (3)
- ► Januari 2019 (3)
-
►
2018
(8)
- ► November 2018 (2)
- ► Agustus 2018 (2)