Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Hello and welcome back to Greenshe Reviews!

Tak terasa sudah bulan Maret. Rasanya baru kemarin kita merayakan tahun baru 2020. Waktu kini terasa begitu cepat, dan aku belum meng-update konten di blog ini, ha-ha.

Sesuai dengan judul di atas, konten pertama di tahun 2020 yang ingin aku hempaskan dalam blog ini adalah Where To Find The Fantastic Books atau dimana buku-buku fantastis bisa ditemukan.

Sebenarnya post kali ini adalah rekapitulasi sekaligus rekomendasi beberapa toko buku yang mostly online store, tapi ada juga book sale dan offline store yang aku kunjungi/belanjai ketika tahun 2019. Sehubung pada tahun 2019 aku cukup aktif mengeluarkan secercah rejeki untuk membeli buku, dan aku cukup aktif membaca juga.

Ada beberapa toko buku yang pernah aku singgahi, entah untuk melihat-lihat, mau pun membeli. Tapi, biasanya ujung-ujung ada juga yang dibeli, sih. Walau terkadang juga keluar dengan tangan hampa. So, ini dia 8 di antaranya!

1. Gramedia.com

Siapa yang nggak tahu Gramedia? Selain memiliki offline store, toko buku terbesar di Indonesia ini juga melayani pembelian secara online di website resminya. Gramedia menyediakan berbagai genre buku, baik yang lokal berbahasa Indonesia dan buku impor yang berbahasa Inggris, koleksinya cukup banyak.

Sudah tiga kali aku membeli buku melalui Gramedia.com, dan ketiga kali itu pula kondisi buku yang dikirim bagus-bagus. Packagingnya juga cukup baik, dibungkus dengan bungkusan berwarna cokelat, dan diberi bubble wrap di dalamnya. Packagingnya sudah cukup aman untuk kamu yang memesan buku hardcover. Jadi, nggak perlu takut penyok-penyok selama masa pengiriman berlangsung.

Lalu, perihal waktu pengiriman, mungkin tergantung dari situasi dan kondisi dari banyaknya pelanggan yang memesan. Kalau sedang banyak yang order, misalnya seperti diskon besar harbolnas, biasanya agak lama pengirimannya, bisa sampai 3-4 hari, bahkan lebih. Tetapi, dua paket buku terakhir yang baru ku sadari dipesan tanggal 12 April & 12 Mei 2019, langsung sampai di rumah keesokan harinya, yakni 13 April & 13 Mei 2019. Mungkin hal pengiriman ini juga tergantung dari seberapa jauh lokasi kamu dengan pusat kali, ya? Berhubung lokasiku dan Gramedia Matraman tidak begitu jauh, mungkin itu bisa menjadi salah satu faktor cepat sampainya.

2. Periplus.com

Selain Gramedia, Periplus merupakan toko buku (baik offline dan online) yang menyediakan buku-buku impor. Toko buku ini cocok untuk kamu yang senang membaca buku-buku impor berbahasa Inggris dengan harga yang lebih rendah dari yang ditawarkan Gramedia. Ya, harganya cenderung lebih murah, mungkin berbeda 10-20ribuan. Jadi, biasanya aku prefer beli disini untuk buku-buku impor, kecuali kalau di Periplus tidak ada buku yang dicari, baru lah Gramedia menjadi pilihanku. Packagingnya super dope. Kerdus gitu, jadi sepertinya aman banget, dan ketika sampai tuh kesannya kayak habis memesan Pizza.

Sampai sekarang belum pernah, sih, mengalami pengalaman tidak enak selama memesan di Periplus. Waktu pengiriman biasanya 3-7 hari kerja untuk buku yang ready di toko, tetapi kalau buku yang kamu beli tidak ready di toko, biasanya akan berjangka sekitar 10-20 hari. Memang harus sabar, sih. Tapi top kok.

3. Blibli.com

Sejujurnya aku tidak begitu sering berbelanja lewat e-commerce Blibli ini, entah mengapa lebih nyaman dengan yang lain, haha. Tetapi, di tahun 2019, aku menantikan seri kedua buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, yakni Kamu Terlalu Banyak Bercanda. Kebetulan penjualan online yang official dilakukan si penulis dan penerbit di Blibli, jadilah aku membelinya di Blibli.

4. Big Bad Wolf

Bazaar buku terbesar di Indonesia yang memberikan harga diskon 60-80%. Siapa penimbun buku yang tidak tertarik? Tahun 2019 menjadi tahun pertamaku mengunjungi Big Bad Wolf yang biasa disingkat BBW. Buku-buku yang dijual benar-benar beragam dan menarik. Sebagian besar buku-bukunya adalah buku impor yang berbahasa Inggris, tetapi ada pula buku-buku lokal Indonesia yang dijual dengan harga miring. 

5. Shopee & Tokopedia

Di tahun 2019, aku juga berbelanja buku melalui Shopee dan Tokopedia. Pasalnya, saat itu banyak promo menarik seperti diskon dan cashback. TAPI, kehati-hatian sangat diperlukan ketika memilih toko yang menjual buku yang ingin kita beli. Karena ada beberapa toko yang malah menjual buku palsu yang tidak orijinal, dan bahkan terkadang memiliki tampilan yang sama persis dengan yang aslinya.

Oleh karena itu, aku lebih sering membeli buku di akun toko buku serta penerbit buku official seperti Gramedia, Owl Book Store, Penerbit Haru, dan lainnya. Jadi sudah terjamin orisinalitasnya. 

6. Instagram / Bookstagrammer

Aku juga sering membeli buku di Instagram. Tetapi tentu saja menggunakan kiatan yang sama seperti berbelanja buku di Shopee dan Tokopedia, karena banyak akun akun jualan palsu yang bisa menipu kita, entah ternyata buku yang dikirim tidak orijinal, atau bahkan bisa sama sekali tidak dikirim.

Upayaku dalam menghindari kejadian seperti itu, aku hanya membeli dari akun-akun yang aku kenal. Karena biasanya akun-akun bookstagrammer yang aku follow sering melakukan unhaul buku-buku koleksi pribadi mereka, ada yang membuka jasa titip a.k.a jastip, dan ada yang merekomendasikan akun instagram yang menjual buku dan terpercaya. Sehingga, insyaallah aman. Setidaknya kita sudah berusaha ^^.

7. Books & Beyond

Sama seperti Periplus, Books & Beyond adalah toko buku yang menjual buku-buku impor baik offline maupun online. Aku belum pernah memesan online buku di Books & Beyond, tetapi aku pernah mengunjungi salah satu store nya di Tangerang, dan kebetulan sedang ada diskon untuk beberapa buku. Kupikir aku akan keluar dengan tangan hampa karena judul-judul yang berdiskon tidak begitu menarik minatku dan kebanyakan buku anak, tetapi buku Geekerella tersemat di antara judul-judul tak menarik itu, sehingga aku membelinya. Koleksi buku di Books & Beyond cukup banyak dan lengkap. Tetapi harganya cenderung lebih mahal dari Periplus. Tapi sekalinya murah, dia bisa memberikan harga lebih murah dari toko buku lain.

8. Kinokuniya

Kinokuniya juga merupakan toko buku di Indonesia yang menjual buku-buku impor berbahasa Inggris dan berbahasa Jepang. Sebenarnya aku belum pernah membeli buku di Kinokuniya, tetapi saat itu aku hendak berkeliling mencari Funko Pop, dan akhirnya aku mengunjungi Kinokuniya Grand Indonesia dan Plaza Senayan.

Sembari mencari funko pop, aku juga berkeliling melihat buku-buku yang dijual di Kinokuniya, dan sempat berkeinginan untuk memiliki novel your name. karya Makoto Shinkai, tetapi aku urungkan keinginanku itu karena prioritas, haha. Koleksi buku impor yang berbahasa Inggris banyaaaak sekali. Judul-judul yang sedang populer di kalangan bookstagram juga ada. Ketika berada di Kinokuniya, godaannya begitu berat untuk pecinta buku.

← Well →

Itulah 8 toko buku yang aku kunjungi untuk membeli buku maupun hanya sekedar lihat-lihat. Post ini diketik dalam tempo yang se-singkat-singkatnya, sehingga mungkin banyak kekurangan dari berbagai aspek, bahkan.... aspek kebermanfaatan, haha. Tapi kalau saja post ini memberikan manfaat pada kalian para pembaca, walau hanya secuil, aku sangat berterimakasih.

Sampai bertemu di post berikutnya!

Regards,


0
Share
"Seharusnya kalian menjaganya,"
BAM BAM BAM

Lovely Heist by Prisca Primasari
✩✩✩✩
My rating: 4 of 5 stars

I should say buku ini packed with more action dan memeras perasaan juga tentunya. Setelah kalimat bolded di atas terucap, aku sudah tahu akan terjadi hal yang menyebalkan. But! Mari kita lihat hal-hal yang lebih menyenangkan.

❤♡❤♡

Lovely Heist adalah buku kedua Kak Prisca yang aku baca, yang juga merupakan sequel dari buku Lovel Theft yang sudah aku review disini. 

Buku ini menceritakan tentang kelanjutan kisah cinta Frea dan Liquor yang sebenarnya ingin menikah. Liquor juga hendak pensiun dari pekerjaannya sebagai pencuri, tetapi karena suatu hal yang membahayakan nyawa tunangannya, Liquor, Night, dan Frea dengan terpaksa harus kembali menjalankan aksi mencuri, sebuah cincin milik selebriti bernama Mina, bahkan mereka harus pergi sampai ke London.

❤♡❤♡

Dibandingkan buku sebelumnya, cerita di dalam buku ini lebih memuat aksi dan adegan-adegan yang menurutku lebih menegangkan. Tetapi hal-hal lucu juga banyak terjadi. Walaupun aku tidak merasakan sensasi twist seperti pada buku pertama... kalau kalian sudah baca Love Theft... you know the night when Night jumped in front of Frea who jumped in front of Liquor and..

Aku mulai membaca buku ini akhir Juli lalu, tetapi sejak Agustus pertengahan, aku membiarkannya berada di currently reads sampai akhirnya aku melanjutkannya pada akhir November. Beberapa bagian awal pace nya terasa lambat, dan bisa dikatakan belum ada hal yang seru banget. It's still the beginning step into the big mess they'd go into.

Tapi kemudian, kalimat ini membuatku sangat terbahak,

Lain kali sebelum masuk ke mana aja, bilang keras-keras, 'GUE COWOK!'. Kalau perlu pasang badge 'GUE COWOK' besar-besar di kemeja lo, Night. Lo ini udah cantik, putih, mulus kayak model iklan body butter. - Tarantula, 146
Untuk yang belum membaca, mungkin kalimat tersebut tidak terkesan lucu, kalian harus membaca buku ini agar bisa tahu kenapa Tarantula berkata seperti itu, haha. Selain itu masih banyak hal-hal menyenangkan. Hanya saja kalimat itu yang meningkatkan mood membacaku. Terlebih mulai ada konflik-konflik kecil seperti pertengkaran Liquor dan Night yang cukup membuatku panik. Hingga perjalanan mereka selama di London.

❤♡❤♡

Perkembangan tiga karakter utama, Frea, Liquor, dan Night, terasa natural dan sangat menyenangkan. Dalam buku ini, Liquor dan Night sering mengalami cekcok tak penting yang malah terkesan lucu dan sebenarnya menunjukkan seberapa pedulinya mereka terhadap satu sama lain.

Karakter Liquor masih sama seperti di buku pertama, sok keren, haha. Oke, dia memang keren dengan segala skill mencurinya, visualisasinya, dan karakter sedingin es-nya yang di buku ini akan semakin menghangat karena unek-unek dan kesalahpahaman yang selama ini disimpannya mengenai ibu dan ayahnya mulai teratasi.

Karakter Night...

Is he a living microwave or something? I think he can melt my heart like ice cream!

Ia juga masih sweet seperti sebelumnya. Liquor adalah tipe yang tak banyak berekspresi dan dingin pada kebanyakan orang, sedangkan Night sebaliknya, ia tipe yang ramah pada banyak orang. Terserah kalian nanti naksir yang mana, haha. Tapi aku merasa karakter Night disini semakin menonjol. He had most of that crucial moments. That chasing-Devon's-car moment, the Starry Night part jeezz Betelgeuse, dan bahkan setiap momen Night dengan istrinya, Akiko-san, pun menurutku manis. Oleh karena itu, Night adalah karakter favoritku di seri ini -if we talk about character, but if we talk about visualization, it will be Liquor, no doubt.

Selain Night, salah satu karakter favoritku di buku pertama adalah Tarantula, pasalnya karakter bergaya selengeknya membuatnya terkesan seru dan menyenangkan. Namun rupanya, di buku kedua ini, Tarantula dihadapkan oleh situasi yang mengharuskannya memilih hal penting yang bisa mengikat kehidupannya. Kalau tidak ada Night, mungkin aku akan benar-benar ilfil dengan kelakuan Tarantula, haha. But i thank Night and his newly arrived Samurai.

❤♡❤♡

Unsur aksi dalam buku ini sangat berlimpah dibandingkan buku pertama. Walau twistnya kurang greget, tapi masih ada adegan yang menurutku sangat menegangkan dan seru. I was like...

No..... (membaca halaman 285). Please no... (membalik halaman, berharap hal buruk yang dipikiran takkan terjadi) OMG! No wayyyyyyyyyy!

Dan setelah membaca halaman penuh horor itu, aku sudah merasakan akan ada hal buruk lain yang menanti mereka sepulang dari London. Aku juga cukup kasihan dengan Frea, Liquor, Night, dan Akiko yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sakit jiwa. IYA. SA-KIT JI-WA. Harker, Gift, Devon, bahkan Mina yang ku anggap paling waras pun, ternyata ketularan gila. 

Well, enough for today. Cukup sekian review dan kesanku setelah membaca buku ini. Untuk ocehan ku yang lebih detail selama membaca buku ini, bisa dilihat di reading progress ku di Goodreads. 

See you next time!
0
Share
Hai hai hai,
Apa kalian pernah menonton drama berjudul A Little Thing Called First Love ini? Atau mungkin, kalian pernah menonton film Thailand berjudul Crazy Little Thing Called Love?

Hari ini aku akan mereview sedikit mengenai drama A Little Thing Called First Love, yang merupakan remake China dari film Thailand berjudul Crazy Little Thing Called Love.

❤❤❤


Judul: A Little Thing Called First Love
Episode: 36
Pemeran: Lai Kuan Lin, Angel Zhao, Wang Run Ze, Chai Wei, Wang Bo Wen, etc.
Tayang: 23 Oktober - 21 November 2019

❤❤❤

Jadi, seperti yang sudah dikatakan tadi, drama ini adalah drama remake dari sebuah film Thailand yang berjudul sama -nggak sama banget, sih, tapi ya sama.

Aku sudah menonton versi Thailand, dan filmnya memang populer pada masanya.  Ketika aku tahu bahwa China akan membuat versi drama-nya, tentu saja aku sangat senang dan mulai menerka-nerka seperti apa dramanya nanti.

Simpelnya, drama ini menceritakan tentang gadis muda biasa, bernama Xiao Miao Miao, yang bisa dikatakan kurang cantik(?) jatuh cinta pada senior tampan dan populer di sekolahnya, Liang You Nian. Perjuangannya untuk selalu dekat dengan seniornya itu menjadi topik utama dalam cerita ini. Pemeran utama perempuan ini memiliki sahabat-sahabat yang akan menemani Xiao Miao Miao menjalankan aksi-aksi yang lucu. Selain lucu, drama ini menghimbau penonton untuk menggunakan cinta dalam hal yang positif.

❤❤❤

Cerita film yang awalnya hanya berdurasi kurang lebih 2 jam, kini dibuat sedemikian rupa sehingga mencukupi 36 episode yang masing-masing berdurasi 40 menitan. Tentu saja film ini membuatku menebak-nebak tentang hal apa saja yang akan di dramatisasi untuk memenuhi durasi yang panjang itu. Bahkan aku agak sedikit pesimis bahwa aku akan bosan di tengah jalan. Tapi nyatanya tidak.

Genre dan konflik yang simpel, dan pengemasan cerita yang manis membuatku betah menontonnya. Terlebih dengan adegan-adegan manis khas kisah percintaan anak remaja dan kuliahan dalam drama ini mampu membuatku senyum-senyum dan gemas sendiri ketika menontonnya.

Unsur-unsur yang ditambahkan dalam drama terasa pas dan menjadi pembeda sendiri antara versi orijinal dan versi remake. Dramatisasi drama terlihat dari adanya penambahan peran dan karakter seperti Lin Kai Tuo, He Xin, Wang Da Chao, dan beberapa karakter lainnya. Penambahan karakter-karakter tersebut akan membawa konflik masing-masing yang tentu saja tetap berkaitan dengan pasangan utama kita, yakni Miao Miao & You Nian.

Kemampuan acting para aktor juga sangat baik. Lai Kuan Lin sebagai pemeran Liang You Nian, mampu menggambarkan karakternya yang stay calm dalam kebanyakan situasi, dan menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang senior untuk Miao Miao, He Xin, dan sebagai kakak tiri untuk Lin Kai Tuo. Pasalnya, usia Wang Run Ze yang memerankan Lin Kai Tuo lebih tua dibandingkan usia asli Lai Kuan Lin. Tentu saja hal ini juga membuatku terkesan dengan acting Wang Run Ze yang berhasil membuatku gemas dengan karakternya yang tsundere.

Karakter Miao Miao, He Xin, dan Xia juga memiliki chemistry yang sangat baik sebagai sahabat. Mereka bertiga kerap membuatku tertawa ketika mereka plotting sesuatu untuk membantu Miao Miao dekat dengan You Nian.

Tak hanya para aktris utama, tetapi para aktor juga memiliki chemistry yang sangat baik sebagai satu kelompok sahabat, yakni Liang You Nian, Lin Kai Tuo, dan Wang Da Chao. Selain itu, banyak karakter-karakter lain yang menurutku sudah digambarkan oleh para aktor dengan sangat baik. Aku sangat terhibur menonton drama ini karena banyak karakter yang lucu.

❤❤❤

Bagaimana dengan musiknya?
Tak banyak drama China yang sudah aku tonton, tetapi beberapa di antara yang sudah aku tonton memiliki musik dan soundtrack yang menarik. Lagu opening dan lagu ending selalu ditayangkan pada setiap episode, hal itu membuatku terbiasa sehingga akhirnya menyukai soundtracknya.

Lalu, walaupun drama ini memiliki 36 episode yang mungkin terkesan banyak dan panjang, tetapi aku tidak berkeberatan untuk menonton ulang drama ini, pasalnya drama ini simpel, manis dan lucu. Mungkin ketika aku cukup lelah menonton drama yang berat, drama ini mampu menjadi selingan.

Orijinal vs Remake

Pesan yang ingin disampaikan baik dalam versi orijinal maupun remake adalah sama, yakni menggunakan cinta sebagai sesuatu yang mampu mengubahmu menjadi sosok yang lebih baik. Jadi perihal poin ceritanya, tidak ada perbedaan.

Tetapi mungkin sebagai penonton dan penikmat plot twist, aku merasa versi drama tidak begitu memberikan twist sehingga selama menonton aku benar-benar merasa tenang dan senyum-senyum saja. Berbeda dengan film yang membuatku cukup terkejut dengan twistnya, yakni buku album foto Shone yang diberikan pada Nam di menuju ending.

Namun, aku harus menambahkan lagi. Tidak adanya plot twist dalam drama bukan berarti drama itu tidak menarik. Pasalnya, karena aku sudah mengetahui ending dalam versi orijinal malah membuatku gemas dengan tingkah-tingkah para karakter dalam drama. That slow motion effect ketika Miao Miao menatap You Nian (mau pun sebaliknya) tuh terasa lucu, haha. Perasaan sweet, romantis, dan geli bercampur aduk, haha.

Overall Review

☆☆☆☆
4 bintang, soalnya dramanya lucu dan menghibur.
Serta membuatku menanti-nanti kelanjutan episodenya.
Silahkan ditonton. Mungkin cocok untuk kalian yang suka cerita simpel seperti Love O2O dan Put Your Head On My Shoulder yang sudah pernah aku review sebelumnya.




0
Share

The Sword of Summer by Rick Riordan


✩✩✩✩
My rating: 4 of 5 stars




Well well well, it's December and i'm back with The Sword of Summer!

Siapa yang belum mengenal author bernama Rick Riordan? Penulis yang membuatku jatuh hati dengan karya-nya yang sangat populer, Percy Jackson & The Olympians. Seri Percy Jackson atau yang kerap disingkat menjadi PJO ini adalah seri bergenre fantasi yang mengangkat latar belakang kehidupan seorang demigod atau anak setengah dewa Yunani, bernama Percy Jackson. Selain itu, Rick Riordan juga sudah membuat karya lain yang mengangkat latar kehidupan anak setengah dewa Romawi, Mesir dan yang paling baru adalah Nordik.

Nah, hari ini aku akan memberikan secuil review tentang buku berjudul Magnus Chase and The Gods of Asgard: The Sword of Summer. Buku ini adalah seri pertama dari trilogi Magnus Chase and The Gods of Asgard.

Singkatnya, buku ini menceritakan tentang Magnus Chase, laki-laki yang hidup menggelandang setelah ibunya meninggal. Kehidupannya terkesan biasa saja, sampai suatu hari terjadi hal-hal aneh yang perlahan menguak rahasia akan garis keturunan keluarganya. Ya, Magnus Chase memiliki darah setengah dewa Nordik, yang pada akhirnya mengharuskannya untuk menghambat Ragnarok dengan mencari Pedang Musim Panas.

⚔⚔⚔

Kalian mungkin familiar dengan nama-nama seperti Thor, Loki, Odin, dan Asgard setelah menonton seri Marvel Avengers, dan ya, nama-nama itu tentu saja akan muncul dalam buku.

Bagiku, film-film superhero itu cukup membantu dalam mengimajinasikan wujud dari karakter-karakter tersebut. Misalnya, Chris Hemsworth sebagai Thor, dan Tom Hiddleston sebagai Loki. Tapi setelah membaca buku ini, rasanya semua itu belum cukup membuatku familiar dengan mitologi Nordik. Imajinasiku baru sebatas Asgard-nya Marvel, sedangkan buku lebih mendeskripsikan setiap unsurnya lebih detail.

Buku The Sword of Summer ini sudah aku input ke dalam to-be-read ku di Goodreads sejak tahun 2016 silam. Memang, aku telat (banget) menyelesaikannya, tapi aku cukup senang bahwa to-be-read list-ku berkurang lagi.  Pasalnya, masih ada dua buku lanjutan seri Magnus Chase yang belum ku baca dan harus ku baca.

Mengenai buku ini, sejujurnya awalnya cukup membosankan. Cerita tentang mitologi Nordik yang nggak begitu familiar untukku, membuatku agak jenuh. That's why aku menutup buku ini untuk jangka waktu yang saaaangat lama. Terlebih buku pertama tuh semacam buku pendahuluan akuntansi yang tebelnya minta ampun dibandingkan buku lanjutannya, dan cenderung deskriptif.

Secara umum, menurutku buku ini cukup menyenangkan. Walau seperti yang ku katakan ... beberapa bab awal memang membosankan. Tetapi semakin ke belakang, all the amazing things happened.

-- berhati-hatilah, karena anda memasuki bagian spoiler --


Keseruan mulai kurasakan setelah Magnus died ... lalu diemban Valhalla. Ketika Magnus, di depan khalayak Einherji, menampakkan kemampuannya sebagai anak Frey, dewa yang non-blok dan netral gitu, itu hal yang cukup keren. Walau aku tidak suka penampilan Magnus dengan rambutnya (seperti di cover), bukan tipeku. Tapi teman-temannya sangat menarik!

Ada beberapa hal menarik yang harus ku poinkan.

1) Karakter Blitzen & Hearthstone itu menghibur banget sebagai sohib/ keluarga jalanan Magnus. Setiap adegan mereka itu menyenangkan, dan ya nilai keluarga, sahabat, dan lain sebagainya tuh ada di mereka. Jadi untuk di buku ini, karakter yang paling aku sukai, ya mereka.

Ada adegan yang benar-benar menghiburku, yakni ketika Magnus mencurigai Blitzen & Hearthstone sebagai mata-mata Loki, mereka tersinggung dan mencaci Magnus. Lucunya adalah, Blitzen mencaci dengan mulutnya, tetapi Hearthstone mencaci dengan bahasa isyarat, karena ia tuli. Dan aku sangat menyukai ketidaksempurnaan karakter Hearthstone disini. Menurutku halaman 186 itu sangat lucu. Sebenarnya mereka lucu dan keren sampai akhir!!

2) Annabeth, Pedang Pulpen (Riptide!!!), dan Jason Grace. Yang sudah membaca karya lain Rick Riordan, mungkin paham betul siapa mereka. Tiga karakter itu disebut dalam buku ini, dan membuatku ingin melayang di atas padang savana karena well, Percy Jackson and The Olympians & Heroes of Olympus gave me a huge impact sebagai buku seri pertama yang aku baca! Sangat menyenangkan. Read it if you haven't!

3) Magnus Chase (Nordik) & Annabeth Chase (Greek). Dari awal, Chase bersaudara-sepupu ini membuatku penasaran, apakah pada akhirnya Magnus & Annabeth bakal curhat-curhatan tentang kehidupan 'lain' yang mereka jalani atau nggak. Soalnya rasanya akan sangat seru kalau mereka bisa berbagi cerita. AND THEY DID IT!! Di bab 72, Magnus dan Annabeth bertaruh tentang petualangan siapa yang lebih seru! HAHA I'M SO HAPPY!

4) Jack, The Sumarbrander, The Sword of Summer!! Dalam seri Percy Jackson, Percy memiliki pedang yang mampu berkamuflase menjadi sebuah pulpen, namanya Riptide. Lalu dalam seri Kane Chronicles, Carter memiliki senjata bernama Kopesh (aku belum begitu mengenal Kopesh, karena masih ada dua buku yang belum terbaca). Sedangkan dalam buku The Sword of Summer , pedang musim panas yang dinamai Jack oleh Magnus benar-benar membuatku jatuh hati.

Gak papa, aku ikhlas kok kalau Jack bilang Pedang Pulpen itu adalah hal yang bodoh. Soalnya Riptide kagak bisa terbang nebas para musuh dengan sendirinya. Apalagi mandi di gelas minum para Raksasa ╮(╯▽╰)╭.

5) Chris Hemsworth & Tom Hiddleston. Ok, nama mereka gak disebut secara langsung, kok. Tapi karena imajinasiku yang terbatas, ya mau tak mau, aku membayangkan sosok kedua aktor itu sebagai Thor & Loki. Tapi ternyata, membayangkannya tuh mengerikan, haha.

Thor dalam buku ibarat Thor di Avengers: Endgame, yakni Chris Hemsworth yang tidak tampan, setidaknya untukku. Duh, serius deh aku gasuka banget kondisi terakhir Thor di Avengers, masih berharap Thor kembali langsing di Guardian of The Galaxy. Tapi ada sesuatu yang lucu, Frey dalam buku ini terimajinasikan sebagai Chris Hemsworth versi tampan, haha. Dan menurutku itu cukup menghibur.

Loki! Oke, Tom Hiddleston itu adalah the only Loki i could imagine. Tapi hal yang membuatku agak mengganggu adalah fakta dalam buku, bahwa Loki is Sleipnir's MOM. Yeah. MOM! EMAKNYA KUDA! SLEIPNIR ITU KUDA! Maaf aku tidak bisa tenang. Masih terguncang.

6) Kemunculan Odin. Sejak awal, Odin tidak menampakkan/ ditampakkan dalam buku, dan ketika Odin menampakkan dirinya di beberapa bab terakhir .... BOOM! SO FUNNY!

7) Last but not least. Hal terakhir yang membuatku terkesan adalah kalimat di halaman 586.
"... Kau akan membutuhkan bantuannya (Annabeth) ...," ucap Frey ke Magnus.
Maksudnya apa?? Kan keinginan cross-over Greek-Nordik ku jadi meronta-ronta!

Omong-omong, segitu aja review tak berfaedah dan banjir spoiler kali ini. Overall, this book is such a fun ride. Give it a try if you haven't!
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  Mei 2025 (1)
      • Life updates! As if anyone wants to be updated.
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose