Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
Second-lead syndrome? Siap-siap terjangkit third-lead syndrome.
Bahkan bisa jadi fourth-lead syndrome.

Extraordinary You / 어쩌다 발견한 하루

Judul: Extraordinary You / 어쩌다 발견한 하루
Episode: 32 episode (4 episode per minggu, 30 menit per episode)
Pemeran: Kim Hye Yoon, Ro Woon, Lee Jae Wook, Lee Na Eun, Jung Gun-Joo, Kim Young-Dae, Lee Tae Ri, etc.
Direktor: Kim Sang-Hyub
Penulis: Moo-Ryo (webcomic), In Ji-Hye, Song Ha-Young

Syabang-syabang ~
Ya halo, disini Greenshe. Happy Sunday dan selamat bersantai! Akhirnya kita memasuki bulan November, yeay!

Dalam post pertamaku di bulan November ini, aku akan merekomendasikan drama Extraordinary You yang masih on-going di Korea Selatan.

Drama ini menceritakan tentang Eun Dan-O, seorang siswi dari sekolah yang ternama. Walaupun lahir di keluarga yang kaya raya, Eun Dan-O memiliki penyakit jantung / heart disease. Setelah menjalani operasi, Eun Dan-O merasakan gejala-gejala aneh, seolah dirinya hilang ingatan, bahkan ia berpikir bisa berteleportasi dari satu waktu ke waktu lainnya. Tidak ada orang di sekitarnya yang mempercayai keluhan Eun Dan-O, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri alasan gejala aneh tersebut muncul.

Ketika mencari tahu, ia bertemu dengan Jinmiche, seseorang yang bekerja di kafetaria sekolah. Entah bagaimana, sosok misterius ini memegang jawaban dari apa yang sedang dicari-cari oleh Eun Dan-O. Jinmiche mengatakan bahwa Eun Dan-O sebenarnya adalah karakter dalam komik berjudul "Secret", begitupun semua yang ada di dunia yang ditinggali oleh Eun Dan-O.

Bagaimana reaksi Eun Dan-O? Awalnya ia tidak mempercayainya, tetapi melihat dari kehidupannya sebagai anak perempuan kaya, cantik, lemah, dan baik hati, semakin meyakinkannya bahwa ia adalah pemeran utama. Dengan keyakinan tersebut, ia perlahan menerima kehidupannya sebagai pemeran utama yang dikelilingi oleh siswa-siswa tampan. Tapi ternyata, dirinya sebenarnya hanyalah karakter extra, seperti karakter sahabat si pemeran utama dalam drama-drama.

Eun Dan-O tidak terima dengan karakternya yang ia rasa semakin lemah dan tidak bahagia, seperti sakit jantung yang dideritanya, disakiti terus menerus oleh tunangan yang tidak pernah mencintainya (padahal ganteng banget), dan menjadi pemeran sampingan. Kemudian, ia bertekad untuk mengubah ceritanya dengan mencari laki-laki misterius yang mampu membuat hatinya bergetar.

☁☁☁
Konsep fantasi yang menceritakan tentang karakter webtoon yang menyadari dirinya adalah karakter webtoon, langsung mengingatkanku dengan drama W: Two Worlds. Tetapi ketika kalian menontonnya, tentu akan berbeda dalam beberapa aspek. Mungkin ada juga yang menganggap cerita ini mirip BBF yang dipenuhi oleh flower boys. Tetapi ketika menontonnya, semua itu akan sirna. 

Drama ini di adaptasi dari webtoon dengan judul serupa. Aku belum pernah membaca webtoon-nya, tetapi menonton dramanya adalah hal yang benar-benar menyenangkan. Walau aku sedikit kesal karena drama ini dipenuhi oleh flower boys yang membuatku dilema berkepanjangan.

I was like, 
"Eun Dan-O sama Baek Kyung aja, biar so sweet akhirnya, ceritanya Baek Kyung (tunangannya) berubah jadi baik gitu,"
"Eun Dan-O sama Haru aja deh, kasian kalau Haru-nya menghilang, luntang-lantung nggak jelas,"
"Ya ampun Lee Do-Hwa sama Eun Dan-O lucu bangettt, bisa nggak sih mereka bareng aja? Kasian Dohwa tersakiti terus sama Joo Da,"
Yap, aku ingin karakter-karakter di atas bahagia, walaupun itu mustahil, karena karakter ceweknya terbatas, hiks. Inilah kenapa aku agak tidak suka ketika satu drama dipenuhi flower boys. Selain karena wajah tampan para aktornya, sepertinya karakter-karakter mereka juga memiliki cerita yang membuatku iba. Seperti cerita Baek Kyung dengan keluarganya, Haru dengan identitasnya, dan Dohwa dengan perannya.

Drama ini belum tamat, baru ada 16 episode (30 minutes each) ketika aku menulis review ini. Masih banyak sekali twist yang mungkin akan muncul di episode-episode selanjutnya. Tetapi menurutku drama ini rekomen sekali, dan berhubung genrenya adalah romance yang sepertinya ringan, aku menaruh harapan bahwa endingnya bisa dibikin lebih masuk akal dibandingkan W: Two Worlds, dan semoga setiap rahasia, kejutan, dan twistnya terungkap dengan sangat baik, sehingga ceritanya akan terus mengesankan sampai akhir.

Acting para aktornya sangat baik, kok. Karakter Eun Dan-O dan Lee Do-Hwa sangat ekspresif untuk karakter webtoon, jadi menurutku menghibur sekali. Karakter Eun Dan-O ini diperankan oleh Kim Hye Yoon, kalau kalian pernah mendengar drama Sky Castle, aktris ini adalah aktris jebolan drama yang sempat terkenal di masanya. Kalau kalian mengikuti variety show Korea, Running Man, aktris ini juga pernah jadi bintang tamu di salah satu episodenya.

Sedangkan karakter Haru yang diperankan oleh Ro Woon belum begitu menampakkan beragam ekspresi, tetapi aku tetap menanti-nanti perkembangan karakter utama laki-laki yang satu ini. Identitasnya yang disinyalir berasal dari komik sebelah yang berjudul "Flower" juga membuatku penasaran. Bagaimana caranya bisa pindah ke komik sebelah? Apa yang terjadi di komik sebelah? Siapa dia sebenarnya?

Selain itu, karakter Baek Kyung tuh keren gitu. Mungkin bisa dibilang dia memiliki sisi tsundere, tetapi alur cerita yang memakai dua kondisi waktu yakni kondisi dalam webtoon dan tidak, jadi karakter Baek Kyung masih membingungkan. Apakah dia benar-benar akan menjadi karakter antagonis? Atau dia adalah karakter yang baik hati?

Seberapa besar aku merekomendasikan drama ini?

Overall Review

✩✩✩✩
Aku beri 4 bintang untuk drama ini.

Karena dalam 16 episode pertama drama ini mampu membuatku penasaran dan jatuh hati dengan segala konsep, twist, dan aktor serta aktris dalam drama ini. Drama ini bagus banget untuk ditonton sebagai hiburan. Walau konsep fantasinya memang agak sedikit rumit, sehingga butuh konsentrasi yang cukup oke, tetapi genre romance nya tidak menye-menye. Selain itu ceritanya juga tidak lebih berat dari drama-drama bergenre crime. Jadi, untuk selingan, sepertinya menyenangkan, kok.

Oh! Mudah-mudahan, kalau dramanya sudah tamat, aku ingin menambahkan sedikit review di postingan ini jika memang ada kesan dan pesan yang berubah. Jadi, stay tuned!

+ tambahan +

Oke, aku sudah menonton drama ini sampai tamat dan aku sangat suka. Drama ini nggak memberikan ending yang saklek seperti happily ever after nya para puteri Disney. Haru dan Dan Oh akan terus berjuang menjalani dua kehidupan dalam shadow dan stage di setiap cerita/dunia yang penulis komiknya buat. Selain itu, aku sangat suka dengan keputusan Yeo Ju Da untuk memilih Oh Nam Ju. DAN TENTU SAJA BAEK KYUNG! Baek Kyung berubah dan melakukan hal yang membuatku semakin terjerat 2nd lead syndrome. Sing penting bersyukur dan memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan semaksimal mungkin.
0
Share
Di tempat biasa diriku menonton oppa-oppa, aku meringkuk di single sofa memeluk bantal besar, lalu berseru "SINTING!," mengejutkan beberapa orang di rumah.

Strangers from Hell
타이는 지옥이다

Judul: Strangers from Hell / 타이는 지옥이다
Episode: 10 episode
Pemeran: Im Si Wan, Lee Dong Wook, Lee Jung Eun, Lee Hyun Wook, etc.
Direktor: Lee Chang Hee
Penulis: Kim Yong Ki (webtoon)

Halo! Hari ini aku akan memberikan pendapatku setelah menonton drama bergenre horror, suspense, thriller ini. Drama ini sudah tamat sebelum aku memulai untuk menontonnya. Telat, ya? ha-ha. 

Kurang lebih begitulah reaksiku ketika mulai menonton drama ini. Kata 'sinting' melesat dengan cepat dari bibirku ketika aku menonton episode 2-3. Saat itu, kengerian dari karakter Seo Moon Jae (Lee Dong Wook), si kanibal berkedok dokter gigi tampan, diekspos.

Drama Strangers from Hell merupakan drama adaptasi webtoon yang berjudul sama. Menceritakan Yoon Jong Woo, pria berusia 27 tahun yang selama ini tinggal di desa kecil, tetapi ia mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor kecil di Seoul. Karena keterbatasan dana dan prioritasnya untuk menghidupi ibu dan saudaranya di kampung, Jong Woo terpaksa tinggal di sebuah apartemen murah yang dihuni oleh orang-orang aneh dan mencurigakan.

Sebenarnya genre drama ini jauh sekali dari genre favoritku. Aku pun belum pernah sekalipun berkeinginan untuk membaca webtoonnya. Walaupun drama ini dibintangi oleh aktor populer seperti Lee Dong Wook, si grim reaper ahjussi tampan, dan Im Si Wan yang tak kalah tampan, kurasa pesona mereka belum cukup menarik perhatianku.

Tetapi, teman-temanku memberikan review yang sangat baik untuk Strangers from Hell. Hal itu membuatku penasaran, memangnya seberapa bagus sih drama ini. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menontonnya.

Review singkat ini aku ketik dalam note di handphone sembari menonton episode 7. Karena menurutku cerita ini cukup berat dan bisa membuat seseorang triggered, jadi aku harap kalian mampu bersikap bijaksana ketika menonton dramanya maupun membaca review ini.

Review

Plot

Cerita dalam drama ini berkaitan dengan mental issue yang kerap menjadi perbincangan. Cerita ini cukup berat, dan tentu saja tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Begitu banyak darah , adegan sadis, dan sinting. Konfliknya berkaitan dengan mental illness, khususnya psychopathics. Jadi, disarankan jangan ditonton oleh maupun dengan anak-anak di bawah umur. Bahkan untuk anda yang merasa sudah dewasa, sebaiknya menonton dalam keadaan tenang dan tidak depresi. Kalau bisa tontonnya tuh dicicil, jangan binge-watching 10 episode. Karena aku merasakan efek mual dan ingin muntah setelah menyelesaikan drama ini dalam satu kali teguk.

Di sini tuh diceritakan Jong Woo yang merasa dirinya failed dalam segala aspek kehidupannya. Ketika dirinya berada dalam keterpurukkan, lingkungan tempatnya tinggal dan bergaul memegang kendali penting dalam mempengaruhi Jong Woo. Dan lingkungan tempatnya tinggal bisa memperburuk maupun memperbaiki kondisinya.

Kalau saja Jong Woo tinggal di lingkungan yang lebih baik dari apa yang diceritakan, mungkin dia bisa menjadi sosok yang lebih baik. Sayangnya, cerita ini benar-benar menempatkan karakter Jong Woo sebagai sosok yang hopeless, tidak memiliki harapan. Hidup tanpa mengenal sosok ayah, menanggung beban finansial keluarga dan dirinya sendirian, kehidupan saat wajib militer yang tidak baik, lingkungan kantor yang begitu bersaing dan tidak peduli, pacar juga tidak bisa membantu banyak sehingga akhirnya, lingkungan yang paling mudah mempengaruhinya adalah lingkungan tempat tinggalnya yang dihuni oleh para psikopat di Eden Goshiwon, apartemen Eden.

Ya, Jong Woo tinggal di apartemen Eden yang dihuni oleh manusia-manusia yang memiliki karakter super aneh yang jika di dunia nyata ada yang seperti itu, aku lebih baik menggelandang di jalanan daripada harus tinggal di penginapan itu.

Karakter

Para aktor dalam drama ini mampu memerankan karakternya dengan sangat baik. Im Si Wan yang memerankan Jong Woo, mampu menggambarkan perkembangan dan perubahan dalam karakter Jong Woo dengan sangat baik. 

Seo Moon Jo yang diperankan oleh Lee Dong Wook juga sangat creepy dan yang lebih membuatnya seram adalah ketampanan wajahnya! Psikopat yang diperankan oleh orang ganteng tuh sangat mengerikan! Tapi ya, pada kenyataannya pun, karena pernah beberapa kali menonton Youtube Korea Reomit yang membahas psikopat-psikopat di Korea, di sana benar adanya psikopat yang wajahnya ganteng dan terlihat alim.

Para psikopat di Eden Goshiwon juga diperankan dengan sangat baik oleh aktor-aktornya. Ada yang sampai membuatku bergidik, dan 'ih annoying banget ketawanya' 'ih ini orang maunya apa, sih?' 'ih horror'.

Polisi wanita, entah siapa namanya, lupa. Dia adalah satu-satunya sosok yang memberanikan diri untuk menyelidiki kejanggalan di lingkungan tempatnya bertugas. Di awali dari kecurigaannya atas kematian kucing-kucing di daerahnya. Tetapi keberaniannya pada akhirnya membuatnya mengalami PTSD, semacam trauma gitu karena sudah melewati masa-masa seram di sekap oleh penghuni Eden Goshiwon. Dia selalu merasa masih diikuti oleh Seo Moon Jo.

Duh, pokoknya acting para aktor di drama ini nggak perlu ditanyain lagi bagus atau ngga. Mereka semua mampu menggambarkan karakternya dengan super creepy!

Moral Value?

Awalnya aku sedikit sulit mencerna pesan yang ingin disampaikan oleh drama ini. Pasalnya aku sudah keburu horror sama adegan-adegan kanibalisme dan psikopatisme(?) yang ditunjukkan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tetapi kurang lebih poin yang aku dapatkan adalah bahwa lingkungan itu berpengaruh dalam pembentukkan karakter seseorang (aku setuju akan hal ini). Lingkungan juga bisa membuat kondisi mental seseorang menjadi baik, atau bahkan memburuk sehingga bisa menyebabkan individu tersebut mengambil langkah ekstrim dalam hidupnya.

Lingkungan yang buruk mampu menciptakan seorang pembunuh, baik itu psikopat yang melakukan serial murder, ataupun yang melakukan tindakan suicide. Menurutku, situasi dan kondisi yang dirasakan oleh Jong Woo ini sepertinya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya melakukan bunuh diri, tetapi rupanya ia memilih untuk bertahan hidup bersama mental dan pikirannya yang sudah terluka, sehingga ia menjadi seorang psikopat.

Pesanku untuk kalian para pembaca,

Tolong jangan terlalu men-self-diagnosed situasi di drama ini dan menyamakannya dengan dunia nyata, ya. Drama ini memunculkan karakter Jong Woo sebagai seseorang yang benar-benar hopeless. Tetapi di kenyataan, aku yakin kalian semua masih memiliki harapan. Sekecil apapun harapan yang ada, aku harap kalian bisa memanfaatkannya, menggalinya lebih besar. Jangan menguburnya sendirian bersama raga dan pikiranmu. ^^

Unforgettable Scenes (jangan dibaca kalau tidak suka adegan mengerikan)

Ada dua adegan yang cukup berkesan hingga membuatku merasakan sensasi yang mengerikan. Pertama adalah adegan ketika Seo Moon Jo mensuguhi Jong Woo setoples daging untuk dimakan, walaupun tidak dikatakan, penonton pasti paham kalau itu daging human. YUCKSS! 

Adegan tersebut serupa dengan adegan yang ada dalam novel Little Red Riding Hood yang pernah aku review. Yakni ketika sang serigala, Lupo Manaro, mensuguhi Rosso, si gadis berkerudung merah, daging dan wine yang terbuat dari daging dan darah neneknya yang sudah tewas!! DUDUDUDUH AKU PUSING NULIS INI.

Adegan kedua yang membekas adalah ketika Jong Woo dan Moon Jo bertarung di akhir episode dan bagaimana realita seakan diputar-putar. Membuatku percaya sekaligus tidak percaya dengan akhir cerita yang disampaikan dalam drama ini. Akhirnya tuh membuatku bertanya-tanya, Jadi... yang membunuh semuanya.... siapa?. COMPLICATED!

Overall Review

✰✰✰✰✰
5 bintang? Ya, karena drama ini diproduksi dengan sangat baik hingga memberikan sensasi yang mengerikannya bukan main. Walau genre ini bukanlah favoritku, tetapi aku masih menyukai keseluruhan drama ini.
0
Share

I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki by Baek Se-hee

✩✩✩✩

My rating: 4 of 5 stars

Ingin mati, tapi ingin makan tteokkpokki? Jadi... gimana?




View this post on Instagram

A post shared by Maulia Resta (@maulimaul) on Sep 30, 2019 at 11:02am PDT

Kesan pertamaku melihat judul buku ini, aneh. Tapi sekaligus menimbulkan rasa penasaran dengan isi buku tersebut.

Buku ini adalah buku non-fiksi yang termasuk dalam kategori self-help. Isinya berupa kompilasi atau rekapan percakapan antara dua manusia yang tidak sempurna, yakni sang penulis (Baek Se Hee) dan dokter psikiaternya. Sang penulis memiliki distimia yang merupakan salah satu jenis depresi yang ringan, tetapi berkepanjangan.

Melalui kata pengantar dalam buku, Dr. Jiemi Ardian, Sp. KJ, berpesan bahwa self-diagnosed yourself sangat tidak dianjurkan. Tetapi dengan membaca buku ini, kamu bisa sedikit memahami seperti apa sih yang dipikirkan oleh seseorang yang mengalami distimia.

Well, setelah membaca buku ini, aku merasa bahwa banyak sekali situasi perasaan dan cara berpikir penulis yang relatable denganku. Pemikiran dan dilema yang dirasakan oleh seorang introvert yang berusaha untuk lebih mencintai diri sendiri.

Biasanya, aku suka membaca buku dengan genre fantasi atau science-fiction. Dan buku berkategori self-improvement ini tuh berada di peringkat terbawah dari list genre favoritku. Karena aku seringkali berpikir bahwa kata-kata mutiara/ motivasi yang menyarankanku untuk melakukan ini dan itu tuh nggak begitu berpengaruh untukku. Kayak.... aku berpikir seperti motivasi tuh datangnya dari dalam diri sendiri, bukan orang lain. Atau mungkin hanya aku saja yang malas untuk berubah? Mungkin aku hanya bersikap berlebihan?

Lalu, kenapa aku memutuskan untuk membeli dan membaca buku non-fiksi ini?

Oke, awalnya aku tidak tertarik sama sekali dengan popularitas buku ini. Ketika banyak orang berlomba untuk beli pre-order buku ini, aku sama sekali tidak tertarik. Tetapi suatu hari, komunitas Bookish Indonesia mengadakan sebuah event diskusi buku-buku yang dibaca atau menjadi sumber inspirasi karya-karya Korean group BTS. Dan salah satu buku yang dibahas adalah buku ini.

Ketika melihat daftar buku yang akan dibahas, aku sama sekali buta. Tidak ada satupun buku yang aku pernah baca. Bahkan aku yang mengaku sebagai Army (fans BTS) pun tidak tahu buku apa yang mereka baca, dan darimana inspirasi musik video mereka itu berasal.

Oleh karena itu, karena aji mumpung, aku membeli buku ini yang juga dijual ketika acara berlangsung, yaaa untuk pegangan saja tadinya. Tetapi setelah mendengar diskusi yang dipimpin oleh editor buku ini, yakni Kak Lovita Cendana, aku merasa tertarik membaca buku ini. Terlebih beberapa hari sebelumnya aku dilanda kecemasan yang datang begitu tiba-tiba. Jantungku berdetak begitu cepat, seperti habis meminum kopi, namun saat itu aku sangat lemas sampai nafasku sedikit terganggu. Aku berpikir apakah aku akan mati hari ini?

Setelah membaca buku ini, aku tidak merasa seperti diperintah, diperingati, atau dimotivasi. Melainkan buku ini seolah berkata "kamu nggak sendiri, kok". Aku tidak paham apakah ini merupakan self-diagnosed atau nggak, tetapi aku hanya merasa sangat relate dengan si penulis ini.

Sekian untuk review kali ini. Intinya, aku merasa buku ini sangat bagus!



View this post on Instagram

A post shared by Bookish Indonesia (@bookish_indonesia) on Sep 12, 2019 at 4:01am PDT
0
Share

Cr. Greenshe Reviews

The Creeps by Fran Krause

My rating: 4 of 5 stars
✰✰✰✰


Halo readers,
Sebelum memasuki review, aku ingin bertanya. Biasanya, hal apa yang kalian lihat sebelum kalian memutuskan untuk membeli sebuah buku?

Kalau aku, akan melihat dari cover. Well, it is not about judging a book by only its cover. But, talking about first impression. Ketertarikanku terhadap sebuah buku dimula pada covernya. Gambar/ hiasan yang simpel dan memiliki warna yang eye-catching tetapi tidak norak adalah poin utamaku dalam berkenalan dengan buku. 

Selanjutnya, tentu saja tak cukup hanya dengan melihat cover. Aku akan melihat judul dan blurb yang ada di belakang buku. Pasalnya, kedua hal tersebut membuatku bisa mengetahui tentang sepenasaran apa aku dengan buku ini. Dan ketika judul dan blurb sebuah buku menarik perhatianku, maka aku akan berusaha untuk mengingat siapa penulisnya. Baru deh, setelah itu aku akan mencari beberapa review di goodreads.com maupun sumber review lainnya mengenai buku tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli.

Jadi, suatu hari aku melihat IG Story akun Periplus.com me-repost salah satu story pelanggannya yang baru saja membeli buku The Creeps karya Fran Krause ini, aku langsung tertarik karena gambar covernya simpel dan warnanya kuning, tetapi nggak terkesan norak. Lalu, karena penasaran bukunya tentang apa, aku membaca free sample yang ada di Google Play Books, dan ternyata bukunya adalah graphic novel atau animation book gitu, kumpulan Deep Dark Fears yang mungkin dirasakan oleh pembaca juga. 

Gambar komiknya simpel dan menarik, membuatku semakin ingin membelinya, namun apalah daya, harganya melewati angka 220k di Periplus, sehingga aku harus menunda keinginanku untuk memilikinya. Tapi tak lama kemudian, Periplus mengadakan pesta diskon Bootopia Jakarta 2019. Alhamdulillah akhirnya buku ini bisa terbeli juga.

REVIEW

Buku ini simpel luar dan dalam. Gambar ilustrasi dengan cerita-cerita ringan ini sangat menghibur. Awalnya buku ini seolah menjanjikan bahwa cerita di dalamnya akan seram atau semacamnya. Tapi setelah membaca, sebagian besar isinya hanya menghibur karena terkesan silly, haha. Mungkin ada beberapa bagian yang membuatku mengangguk dengan semangat, tetapi menurutku, mostly isinya hard to relate jika disandingkan dalam kehidupan dan budaya di Indonesia, khususnya lingkunganku.

Kalau kalian suka graphic novels atau mungkin senang baca komik strip seperti Tahilalats, mungkin buku ini cocok untukmu. Because it's simply fun. Atau kalau mood membaca kamu sedang lesu karena sedang dirundung reading slump, maka aku akan merekomendasikan buku ini untukmu. Benar-benar ringan dan menghibur!

Oh! Dan satu hal yang sangat aku suka dari buku ini adalah kualitas kertasnya. Dari sekian banyak buku yang aku punya, aku harus mengakui bahwa kualitas kertas buku ini bukan kaleng kaleng. Susah mendeskripsikan bagusnya. Tapi pokoknya bagus banget dibandingkan dengan buku berilustrasi lainnya yang aku punya.

Buku ini adalah buku kedua dari seri Deep Dark Fears. Aku belum menemukan buku pertamanya di toko buku di Indonesia. Tapi kalau ditanya apakah aku akan membelinya, aku pasti akan membelinya ketika saldonya cukup, haha. Karena ya rasanya memang semenyenangkan itu membaca graphic novel seperti ini. Terlebih mood membacaku akhir-akhir naik turun syantik.
0
Share

Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam.
Halo para pembaca. Greenshe kembali dengan konten Journal.

Sesuai judul hari ini, aku akan membicarakan tentang generasi grup K-pop. Lebih tepatnya, perbedaan Generasi 1 sampai dengan Generasi 3. Yak! Aku hanya akan menyebutkan 3 generasi.

Pembicaraan mengenai generasi grup K-POP ini bukan lagi hal yang baru. Banyak penggemar yang sudah mengemukakan pendapat mengenai perbedaan generasi pertama hingga generasi terkini grup k-pop. Ada yang mengemukakan dari tingkat popularitas mereka, maupun dari tingkat ketercapaian mereka di kancah dunia internasional. Jumlah generasi pada setiap artikel pun ada yang menyebutkan hanya ada 3 generasi, tetapi ada juga yang menyebutkan 5 generasi, bahkan lebih.

Mungkin saja apa yang ingin aku bahas kali ini sudah pernah kalian baca atau dengar dari sumber lain. Pasalnya, aku pun menyampaikan hal ini setelah mendengar penjelasan dari guru-ku di tempat les Bahasa Korea beberapa bulan lalu.

♘♘♘

Beberapa orang beranggapan bahwa 1st, 2nd, dan 3rd generation itu berdiri sendiri-sendiri. Seolah ketika mereka memulai, pasti harus berakhir. Ya, memang kejayaan setiap grup tentu memiliki akhirnya masing-masing. Tetapi, yang ingin aku tuliskan disini adalah setiap generasi itu ngga mati, karena menurut pandanganku, generasi K-Pop itu tidak dilihat dari past aja, present aja, atau future aja. Tetapi continue, karena setiap generasi pasti akan meninggalkan tren atau budaya yang kemudian digunakan pada generasi-generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, berikut adalah generasi grup Korean Pop versi Greenshe.

Sejarah Modern K-Pop

K-Pop bukan sekedar grup oppa, eonni, hyung, dan nuna kalian. Tetapi K-Pop itu cakupannya luas. Semua lagu yang dikeluarkan di Korea, bisa disebut sebagai K-Pop, karena K-Pop itu bukan sekedar genre. 

Like what BTS's Suga said,

"...rather than approach Kpop as a genre, a better approach would be ‘integrated content..."

K-Pop itu mencakup lagu, baju, choreography, dan lain sebagainya yang di integrasikan sehingga mampu merepresentasikan Korea, jadi K-Pop bukan sekedar genre lagu, terlebih karena pada dasarnya lagu K-Pop adalah perpaduan genre-genre musik lainnya yang sudah ada.

Menjamurnya grup K-Pop idol di Korea Selatan berawal dari kehadiran grup berisikan 3 member, yakni Seo Taiji & Boys di tahun 1992 yang menciptakan gebrakan baru dengan menulis lagu-lagu yang mengangkat Social Issue, khususnya problem anak remaja di sekolah. Walau ketika perform di acara TV mereka mendapatkan nilai rendah dari juri, tetapi pengaruh dan dampak yang dibawa oleh mereka menjadi tren yang baru dalam dunia K-Pop. Karena mereka juga melakukan hal seperti Grouping, Dancing, and Rapping. 

Ssaem-ku waktu itu bercerita bahwa dulu ada anggapan bahwa orang Korea tidak bisa nge-rap (berbicara cepat), tetapi dengan kehadiran Seo Taiji & Boys ini, mereka mampu mematahkan stigma seperti itu dengan rap mereka.

Popularitas Seo Taiji & Boys di Korea saat itu benar-benar besar. Sehingga, ada beberapa fans sampai mengganggu privasi member Seo Taiji dengan meramaikan daerah sekitar rumah para member. Selain mengganggu kehidupan pribadi member, perilaku fans saat itu juga mengganggu masyarakat lain yang tinggal di sekitar situ. Sehingga, pada tahun 1996, di masa-masa kejayaan grup tersebut, Seo Taiji & Boys menyatakan pensiun, atau yang sekarang ini biasa kita sebut disbanded. Kalian bisa tonton drama Reply 1994 kalau kalian ingin tahu gambaran popularitas dan kehidupan seorang fans Seo Taiji & Boys seperti apa.

Generasi Pertama / 1st Generation

Setelah Seo Taiji & Boys menyatakan undur diri dari dunia entertainment, muncul grup-grup idol baru yang mengisi kekosongan kejayaan itu. Adapun grup-grup yang berjaya di akhir tahun 90an itu adalah H.O.T (1996), Sechs Kies (1997), Shinhwa (1998), dan g.o.d (1999). Selain grup tersebut, ada juga grup S.E.S, Fly To The Sky, Fin.K.L, dan lain sebagainya. Mereka lah yang disebut sebagai Generasi Pertama.

Selain karena K-Pop grup yang semakin banyak, pada masa generasi pertama ini mereka populer dengan style-nya. Sejujurnya aku kurang paham dengan maksud style ini ketika guru-ku menjelaskan. Tetapi yang aku tangkap adalah style seperti konsep (imut / manly), pakaian, dan gaya rambut dari grup itu menjadi tren di kalangan para fans yang tentunya tidak sedikit.

Kehidupan para fans pada masa ini juga bisa kalian tonton di drama Reply 1997. Saat itu, penjualan merchandise mulai dilakukan, dan fan war pun mulai terjadi.

Generasi Kedua / 2nd Generation

Kalau diminta menyebutkan siapa saja grup generasi kedua, pasti beberapa dari kalian langsung mampu menyebutkan nama-nama besar seperti Super Junior, Bigbang, Wonder Girls, KARA, Girls' Generation, 2PM, Shinee dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan grup dari generasi pertama, grup yang berada dalam deretan generasi kedua ini sudah mampu menarik lebih banyak fans internasional, dan sudah mulai melakukan debut juga di Jepang.

Lalu, apa yang membuat grup generasi kedua ini memiliki popularitas yang lebih di mata internasional?

Kalau kalian memperhatikan lagu-lagu yang membuat masing-masing grup semakin terkenal, kalian mungkin bisa mendengar adanya pengulangan kata dalam liriknya. Contohnya adalah lagu Sorry Sorry (Super Junior), La La La (Bigbang), Tell Me & Nobody (Wonder Girls), Mister (KARA), Gee (Girls' Generation), Again & Again (2PM), Ring Ding Dong (Shinee) dan lain sebagainya.

Lagu-lagu dengan repeatitive lyrics ini membuat orang lebih mudah menghafal dan menyanyikan lagu tersebut. Singkatnya, lebih cepat bikin terngiang-ngiang gitu, haha. Sehingga, lagu-lagu seperti ini menarik lebih banyak fans Korea dan juga fans internasional. Kemudian muncullah yang namanya HALLYU WAVE atau Korean Wave, versi Korea-nya hollywood gitu deh.

Generasi Ketiga / 3rd Generation

Well... Sebenarnya generasi ini sedikit membingungkan. Menurut kalian, siapa saja yang termasuk ke dalam Grup K-Pop generasi ketiga?

Selain menulis ulang apa yang disampaikan oleh guruku, aku juga mencari-cari informasi mengenai generasi K-Pop di google. Ada beberapa artikel yang berpendapat bahwa generasi ketiga ditandai dengan popularitas di kancah dunia internasional yang sangat besar, lebih besar dari generasi sebelumnya. Dan ada juga yang berpendapat bahwa generasi ketiga didasari dengan adanya campur tangan teknologi sebagai media pemasaran grup tertentu kepada fans internasional. Semua pendapat tersebut masuk akal.

Mungkin dari kalian ada yang berpendapat bahwa grup-grup di generasi ketiga adalah EXO, BTS, dan lain sebagainya. Begitu pula diriku. Sebelum aku mendapatkan informasi mengenai generasi K-Pop ini dari guruku, aku juga mengira bahwa generasi setelah Super Junior, dan sebagainya adalah generasi ketiga. Namun, guruku membantuku dalam mengerucutkan sebutan generasi-generasi K-Pop tersebut.

Generasi pertama merupakan generasi yang menciptakan tren fashion terhadap gaya, pakaian, rambut, dan sebagainya yang kemudian berlanjut ke Generasi kedua yang diawali dengan adanya terobosan baru berupa banyaknya repeatitive lyrics. 

Sedangkan Generasi Ketiga adalah generasi dimana para trainee bisa menampakkan wajah dan memperkenalkan diri mereka di acara televisi walaupun mereka belum debut dan bahkan belum tentu debut. Yak, contoh Generasi Ketiga yang dimaksudkan adalah Generasi Survival Show. 

Awalnya, aku sedikit agak ragu dengan konsepsi generasi ketiga ini. Pasalnya, survival show sudah berlaku untuk grup BIGBANG yang juga debut setelah melalui acara survival show. Begitupula dengan grup VIXX yang debut melalui acara survival show berjudul MyDOL.

Tetapi, generasi ketiga ini mungkin juga dilihat dari taraf mainstream dari adanya acara survival show yang menjamur saat ini. Acara-acara survival show yang dibentuk oleh pihak ketiga dengan melibatkan banyak agensi dan fans baik nasional maupun internasional, sehingga mampu meraih popularitas yang lebih tinggi dari generasi lainnya. Jadi, tidak salah jika ada yang berpendapat bahwa generasi ketiga dilihat dari pengaruh teknologi yang sangat besar.

Jadi... Siapa saja grup di generasi ketiga? < aku bingung > Kalian coba jawab sendiri ya.

Yah, pokoknya, setiap generasi itu tidak mati, mereka hanya berkembang dan berevolusi menjadi sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dengan tidak meninggalkan pengaruh dari generasi sebelumnya. Contohnya adalah BTS yang menciptakan lagu yang mengangkat social issue sehingga fans-nya rata-rata adalah anak remaja yang sedang mencari jati diri, seperti Seo Taiji & Boys kala itu.

Trend itu berputar, kok. Banyak orang jaman sekarang ingin menghidupkan kembali style khususnya fashion jaman dulu. Anyway, terima kasih sudah membaca journal ini, walaupun infonya tetap saja membingungkan, haha. ^^
0
Share
Oh gosh! This is amazing!
Please make a way to a newly born hero, Gundala!


Judul: Gundala (2019)
Sutradara: Joko Anwar
Produser: Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo, Bismarka Kurniawan
Pemeran: Abimana Aryasatya, Tara Basro, Bront Palarae, Ario Bayu, Rio Dewanto, etc.
Rilis: 29 Agustus 2019

Menceritakan tentang Sancaka, anak laki-laki yang takut dengan hujan petir, lantaran petir-petir tersebut seolah terus mengincarnya. Suatu hari, ia harus hidup di tengah kerasnya kehidupan kota sendirian sejak ditinggal oleh kedua orang tuanya. Kehidupan yang keras memaksanya untuk bertahan hidup dengan tidak peduli dengan orang lain dan hanya mempedulikan dirinya sendiri saja. Tetapi ketika situasi kota semakin kacau, Sancaka harus membuat keputusan, tetap hidup di zona amannya, atau keluar sebagai Gundala untuk membela masyarakat yang tertindas. 

Review

Well personally, aku sangat excited ketika Joko Anwar, yang sebelumnya aku kenal melalui karyanya film Pengabdi Setan, berencana untuk membuat film mengenai pahlawan super yang berasal dari komik Indonesia. Karakter-karakter yang sudah terungkap beserta yang memerankannya, membuatku lebih antusias menanti film-film Jagat Sinema BumiLangit ini. 

Awalnya, aku sedikit underestimate mengenai konsep dan penyisipan efek CGI untuk film Gundala ini. Takutnya terlalu mengawang, dan efeknya tidak begitu memuaskan. Tetapi setelah menonton film Gundala, aku bersyukur film ini tidak/ mungkin belum begitu bergantung dengan pengaturan efek CGI. Aku menyukai hasil kinerja Joko Anwar beserta timnya yang sangat hebat dalam penetuan lokasi, tone warna dalam film, dan lain sebagainya. Mereka tidak berlebihan dalam hal efek CGI, tetapi lebih menitikberatkan pada action dan keahlian bertarung yang memang sudah membawa nama baik perfilman Indonesia sejak film The Raid tayang.

Konflik yang menjadi pokok permasalahan di film Gundala ini pun sangat relatable dengan kehidupan masyarakat khususnya Indonesia saat ini. Terlalu banyak poin mengenai konfliknya, seperti gambaran anggota dewannya, lalu masyarakatnya yang rentan akan hoax. Aku menyarankan kalian untuk menonton film ini, karena film ini bagus.

Sebelum menonton, aku juga sempat melihat review yang dibuat oleh beberapa temanku di instagram. Ada yang mengatakan bahwa pembawaan suasana di film ini seperti film-film DC, yang dark gimana gitu. Tetapi setelah aku menonton sendiri, rasanya BumiLangit Cinematic Universe ini cenderung brown alias cokelat, dibandingkan dark atau gelap atau hitam.

Alur cerita juga tidak terkesan berat. Unsur-unsur komedi masih disisipkan di dalam film. Dan aku sangat suka, karena porsinya tuh pas dan tidak berlebihan.

OH! Dan ada beberapa adegan yang membuatku sangat terkesan. Salah satunya adalah kehadiran pahlawan perempuan, Sri Asih, yang diperankan oleh Pevita tuh keren banget. Pevita-nya cantik banget, dan momen kehadirannya di film tuh keren juga.

Untuk film pembuka seri pahlawan super Indonesia ini, menurutku film ini sangat rekomen. Pasalnya, selain menyuguhkan aktor, konflik, sinematografi, action, musik, dan semangat berkarya yang baru, film ini juga mampu membuatku penasaran dengan film kedua seri ini, yakni Sri Asih.

Apakah aku bangga? Tentu aku sangat bangga dengan hasil karya Indonesian yang memiliki kualitas dan nilai baik di mata nasional maupun internasional. Membuatku jadi termotivasi untuk berkarya. Terlebih aku dan saudara laki-lakiku sering mengobrol mengenai film, dan adikku mengatakan bahwa di Asia Tenggara, yang punya komik pahlawan super hanya kita, Indonesia. Correct me if i'm wrong, ya. Aku sangat senang bahwa Indonesia mampu membuat Cinematic Universe sendiri di kancah Asia.

Sejujurnya, aku nggak pernah mengikuti komik pahlawan super, bahkan Marvel dan DC pun tidak. Jadi pengetahuanku mengenai pahlawan super hanya terbatas pada apa yang sudah digambarkan melalui film layar lebar tersebut. Selain itu, aku juga belum mampu mereview sesuatu dengan sungguh tersusun rapih dan detail, sehingga kalimatnya cenderung singkat dibandingkan review dari blogger atau sumber lain.

OVERALL REVIEW

✩✩✩✩✩
5 bintang.

Apakah menurut kalian, aku terlalu mudah dalam memberikan bintang?
Pasalnya film ini adalah film pembuka yang sangat bagus, meningkatkan ekspektasi penonton terhadap film-film selanjutnya yang diharapkan lebih baik dari film pertama.
Jadi, aku sangat merekomendasikan film ini untuk kalian para moviegoers.
0
Share


KKN di Desa Penari by SimpleMan


My rating: 3 of 5 stars
✩✩✩


Apakah kalian tahu cerita horor KKN di Desa Penari ini?

Mungkin beberapa dari kalian sudah membaca cerita ini di thread Twitter. Mungkin ada juga yang mendengar atau membaca ringkasan cerita ini dari sumber lain. Atau mungkin kamu bahkan tidak tahu akan keberadaan cerita ini kayak penting banget? haha.

Awalnya, aku bahkan tidak tahu kalau cerita ini tuh ada. Maksudku, mungkin saat itu cerita ini belum cukup viral untuk sampai ke aku. Sampai suatu hari, ketika sedang bermain PUBG Mobile bersama teman-temanku, mereka membicarakan sesuatu tentang Desa Penari, aku yakin mereka menyebutkan kata Penari atau Kenari. Mereka yang tidak menceritakan lebih jelas padaku, membuatku penasaran dan akhirnya aku mencari tahu sendiri.

Kemudian aku menonton summary yang dibuat oleh Raditya Dika di Youtube channelnya, cukup belibet penceritaannya, namun, komentar-komentar di bawahnya mampu membuatku lanjut mencari di google tentang cerita KKN di Desa Penari melalui sudut pandang NUR. Kalau tidak salah, aku membacanya melalui link seperti thread reader gitu, sehingga tidak sulit membaca thread-nya. Akhirnya aku semakin tahu cerita ini. Lalu Nessie Judge juga mempublish video summary dari kedua sudut pandang, aku menonton lagi, memastikan tidak ada informasi yang tertinggal.

Well, itu perjalananku di dunia maya, dari yang tidak tahu menjadi tahu mengenai cerita ini. Untuk kalian yang ingin tahu spoiler atau mungkin cerita yang sudah beredar di dunia maya ini, kalian bisa mencarinya via google, atau twitter sang author, yakni SimpleMan. Atau summary yang dibuat oleh Nessie Judge di Youtube channelnya juga lumayan kok.

Sinopsis

Buku ini menceritakan kisah Widya, Ayu, Nur, Wahyu, Bima, dan Anton yang melaksanakan KKN di desa bernama Banyu Seliro. Selama menjalankan program KKN mereka, ada beberapa kejadian-kejadian mistis yang dialami masing-masing orang, yang akhirnya berujung pada kematian.

Untuk apa aku membeli buku ini padahal aku sudah mengetahui inti ceritanya?

Banyak temanku yang melontarkan pertanyaan seperti itu kepadaku. Sejujurnya, aku menyukai cerita ini yang dikatakannya based on true story, walau pasti ada unsur fiksinya, khususnya detailnya. Kebetulan juga ada promo buy 1 get 3, jadi aku langsung membelinya. Jadi, yang ingin aku review disini adalah hardcopy-nya, bukan ceritanya, karena menurutku ceritanya sudah cukup bagus hingga mampu membujukku untuk membeli bukunya.

1. Cover hitam dengan tulisan berwarna merah darah mengkilap itu keren banget. Nama penulis, SimpleMan, yang dicetak dengan warna silver mengkilap itu juga keren menurutku. Mendukung suasana horor dan misteri di dalam cerita.

2. Tetapi, bahan covernya terlalu kaku, dan tekstur cover jaketnya akan meninggalkan bekas yang sulit untuk disamarkan jika terlipat.

3. Ada ilustrasi cantik di balik cover. Pembaca disuguhi ilustrasi yang beberapa dari kalian pastu sudah tahu. Pasalnya, cover tersebut di share di instagram penerbit bukune yang sempat mengundang pro dan kontra. Aku bersyukur bahwa ilustrasi tersebut tidak dijadikan cover depan, pasalnya, terlalu komik, sehingga menghilangkan kesan misteri dan horor di dalam cerita. Terlebih detail warna ular dan selendang yang tidak sesuai dengan cerita juga cukup mengganggu, khususnya untukku, ya. Aku tidak mengatakan ilustrasinya jelek, loh.

4. Tidak ada bookmark. Aku nggak tahu apakah hanya cetakanku saja yang tidak dapat bookmark, atau memang penerbit tidak menyediakan bookmark. Padahal, menurutku ilustrasi-ilustrasi di balik cover bisa dijadikan bookmark yang cantik.

5. Untuk cerita yang sudah dibukukan, aku menyayangkan masih banyak typo. Walau aku masih bisa mengerti, aku agak menyayangkan aja. Khususnya bagian dimana Widya mandi dengan Batok Kepala. Itu beneran Batok Kepala atau Batok Kelapa? Soalnya Nur mandi pakai Batok Kelapa, tuh, haha.

Katanya buku ini berisikan bagian-bagian yang tidak pernah diceritakan di media sosial. Sejujurnya aku tidak begitu memperhatikan setiap bagian yang diceritakan di media sosial, sehingga aku tidak tahu bagian apa yang tidak pernah diceritakan. Tetapi keseluruhan inti cerita masih sama, sehingga mungkin bagian yang tidak pernah diceritakan itu tidak begitu mempengaruhi alur cerita.

Apakah aku merekomendasikan buku ini?

Untuk seseorang yang menyukai buku, promo buy 1 get 3 dengan harga Rp. 87.000 yang sedang berlangsung ini cukup menguntungkan untuk menambah koleksi buku kamu. Apalagi kalau kamu adalah pecinta buku-buku dengan genre horor. Dibandingkan harga satuan buku KKN di Desa Penari yang dibandrol dengan harga Rp. 77.000 rupiah, menurutku beli dengan harga promo jauh lebih menguntungkan.

Cerita KKN di Desa Penari ingin diangkat ke layar lebar.

Yeap! Aku baru tahu bahwa cerita ini akan diangkat ke layar lebar oleh MD Pictures. Rencananya akan tayang tahun depan. Sejujurnya aku tidak masalah, mungkin saja aku akan menonton filmnya nanti. Tetapi penggarapan yang terburu-buru terkadang menimbulkan kesan memanfaatkan situasi yang begitu terang-terangan. Terlebih setelah aku membaca ceritanya, aku merasa jika dijadikan sebuah film, pasti akan menimbulkan kejanggalan kejanggalan di dalam plot-nya. Pasalnya, setelah membaca pun, aku masih dibuat penasaran dan berharap bahwa ada penjelasan dari sudut pandang lain mengenai kisah ini, seperti sudut pandang Wahyu, dan lainnya.
0
Share
Cr. Greenshe Reviews

Kamu Terlalu Banyak Bercanda by Marchella F
P


My rating: 4 of 5 stars
✰✰✰✰

Jum'at, 28 Juni 2019, kurang lebih jam 8 malam, pembayaranku terkonfirmasi oleh Blibli.com. Sejujurnya, hari itu adalah pembelian pertamaku menggunakan aplikasi online shop ini. Semerta-merta menggunakan aplikasi tersebut karena ada promo Go-Pay dengan potongan harga sebesar sepuluh ribu, dan gratis ongkos kirim, hingga akhirnya aku memutuskan untuk membeli buku ini, sequel dari buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang sudah aku post reviewnya beberapa minggu lalu. Yang belum cek, bisa berkunjung lewat sini.

Sabtu, 29 Juni 2019, kurang lebih jam 2 siang, buku ini sudah aku terima dengan sangat mulus. Sungguh mengesankan untuk pengalaman pertama berbelanja di Blibli. Oh! Aku ingin meluruskan kalau ini bukan iklan, hanya sedikit opini dan share pengalaman berbelanjaku, haha.

Seperti pendahulunya, yakni NKCTHI, buku Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB) ini juga memperoleh hype dan antusiasme yang sangat tinggi dari para pembaca. Dan antusiasme tersebut membuatku ikut penasaran. Alhasil, aku menunggu momen yang pas untuk membeli buku ini.

Setelah paket buku ini sampai di rumah, aku langsung membuka dan membacanya. Lalu, kurang lebih jam 5 sore, buku ini telah habis ku babat. Dan... ha.... aku jatuh hati.

PENUH MAKNA

Lebih banyak kata, lebih banyak makna. Seperti yang sudah diberitahu oleh sang penulis, bahwa buku ini mengungkapkan gelap dari terangnya karakter Awan di buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Tetapi sejujurnya, aku merasa bahwa buku ini lebih relatable untukku, seorang manusia yang memiliki sisi gelap.

Dibandingkan dengan buku sebelumnya, aku lebih merasa dekat dengan karakter Awan di buku ini. Lebih manusia. Lebih banyak halaman dengan kalimat-kalimat penuh makna yang membuatku tercekat, menahan napas, dan bercermin. Walaupun aku bisa mengatakan bahwa buku ini penuh makna, tetapi setiap orang pasti memaknai isinya dengan cara yang berbeda-beda, karena setiap manusia memiliki lembaran hidup yang berbeda.

WARNA

Pemilihan warna dark blue sebagai warna dasar, membuat buku ini cocok diletakan berdampingan dengan cover pertama buku NKCTHI. Marchella FP sudah menerbitkan buku NKCTHI dengan dua cover baru, yakni Siang Edition dan Sore Edition. Aku tidak tahu apakah KTBB juga akan mengubah cover-nya di cetakan ke-sekian atau hanya menggunakan satu cover saja.

Perpaduan dark blue, putih, dan oranye membuat buku KTBB beserta animasinya juga tidak kalah syahdu dengan buku NKCTHI. Walaupun ada beberapa halaman dengan background/animasi yang gelap, tetapi tulisannya juga gelap sehingga harus berkonsentrasi lebih untuk membacanya, buku ini masih bisa dibaca dengan baik.

Pokoknya, buku ini TOP deh. Dengan bonus stiker lucu dan kirimin surat dari Awan, buku ini sangat unik dan menarik.

Kabarnya, Marchella FP juga sedang menggarap buku ke-tiga dengan judul Pura Pura Bukan Manusia. Aku tidak sabar ingin buku ini cepat-cepat menampakkan diri. Walaupun genre buku semacam ini belum menjadi favoritku, tetapi akhir-akhir ini buku dengan genre fiction animation ini menjadi penyemangatku dalam membaca ketika aku mulai bosan dengan cerita fiksi yang sedang aku baca.
0
Share
Dear readers,

Hampir sepuluh tahun aku menyebut diriku sebagai fans K-POP. Dan sejak Februari 2019, aku mulai mempelajari bahasa Korea di salah satu tempat les di Indonesia. Selama aku les, banyak hal yang aku pelajari. Tak hanya mengenai arti dari lagu para oppa, atau arti dari omongan para ahjussi tampan di drama-drama yang sedang fenomenal. Tetapi di tempat les, aku juga mempelajari sedikit tentang budaya dan sejarah Korea.

Indonesia dan Korea itu mirip. Hari kemerdekaan kita hanya berbeda beberapa hari saja, dan sama-sama merdeka setelah Jepang kalah karena mendapatkan serangan dari Amerika di Perang Dunia II. Tetapi, walaupun memiliki sejarah bersama Jepang yang serupa, menurutku perlakuan masyarakat Indonesia dan Korea terhadap Jepang di masa sekarang ini berbeda, atau mungkin aku kurang menggali informasi tentang sudut pandang orang Indonesia terhadap Jepang saat ini. Sulitnya hidup di salah satu negara dengan populasi terbesar. Terlalu banyak kepala.

Ini bukanlah pertama kalinya aku memiliki pertanyaan yang tak tersampaikan seperti “Kenapa masyarakat Korea benci Jepang?”. Nggak hanya sekali, tetapi beberapa kali aku membaca artikel tentang hubungan Korea – Jepang yang memanas, entah dalam perihal entertainmentnya maupun pemerintahannya.

Well, some Indonesian also hates Japan, aku yakin itu. Bahkan aku ingat bahwa Kakekku adalah salah satu orang yang pernah membenci Jepang. Tetapi awalnya, aku mengira bahwa mereka hanya bersikap over dramatis. I am truly sorry.. it was such a stupid thought. But then, i realized i know nothing. Karena sebelum ini, aku belum pernah melihatnya melalui kacamata orang yang membenci negara tersebut.

For your information aja, Indonesia berada di bawah Jepang selama 3,5 tahun. Dan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa 3,5 tahun bersama Jepang adalah masa-masa yang sangat menyiksa, dibandingkan 3,5 abad bersama Belanda. Sedangkan Korea berada di bawah Jepang selama 35 tahun (correct me if i'm wrong ya). 

Aku nggak akan banyak ngomongin sejarah, karena aku bukan ahlinya. Tetapi aku ingin memberi tahu bahwa ada beberapa film Korea yang didasarkan pada kisah nyata mengenai perlakukan military Jepang ketika masih menguasai Korea. Jadi, untuk kalian yang juga pernah bertanya-tanya kenapa kok orang Korea kayaknya anti banget sama Jepang, kalian bisa menjajal film-film di bawah ini.

3 Rekomendasi Film yang Menjawab ‘Why Korean hate Japan?’


1. Snowy Road (2015)


Menceritakan tentang Jong-Boon (Kim Hyang Gi) dan Young-Ae (Kim Sae Ron) yang hidup di sebuah desa di Korea, tetapi mereka hidup dengan latar belakang yang berbeda. Jong-Book berasal dari keluarga yang miskin, tetapi dia adalah sosok yang ceria dan berani. Sedangkan Young-Ae berasal dari keluarga kaya dan tumbuh sebagai anak yang cerdas.

Suatu malam, Jong-Book diculik dan dibawa pergi dengan kereta. Dia bertemu Young-Ae di dalam kereta. Young-Ae percaya jika dirinya mengikuti kelompok belajar, maka ia berkesempatan untuk belajar di Jepang, tetapi nyatanya ia telah ditipu. Kedua anak perempuan itu tidak tahu bahwa kereta tersebut membawa mereka pada the horrific reality of “comfort women”.

Apa itu comfort women? Itu adalah sebutan untuk Jugun Ianfu, istilah yang digunakan untuk wanita yang menjadi perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang. Terlalu panjang untuk dijelaskan, lebih baik kalian membaca langsung disini kalau masih penasaran.

Apakah hanya Korea yang menjadi korban Jugun Ianfu? Tidak. Di Indonesia pun ada, tetapi aku tidak tahu dengan pasti kenapa permasalahan tersebut di Indonesia tidak begitu terlihat. Dan sebaiknya kita jangan berspekulasi kalau tidak ada fakta berupa data, ya. 

2. Malmoe:The Secret Mission (2019)


Di tahun 1940, ketika Korea masih di bawah jajahan Jepang. Masyarakat Korea dilarang untuk berbicara menggunakan bahasa mereka sendiri, yakni bahasa Korea. Semuanya harus menggunakan bahasa Jepang, begitupun dengan nama orang.

Pan-Soo (Yu Hae-Jin) sudah pernah masuk penjara berkali-kali. Dia juga tidak tahu cara membaca maupun menulis bahasa Korea. Suatu hari, ia mencuri tas Jung-Hwan (Yoon Kye Sang) untuk membayar iuran sekolah anaknya. Jung-Hwan adalah anak dari keluarga Korea yang kaya raya dan pro-Jepang. Tetapi, Jung-Hwan adalah representatif dari Korean Language Society, suatu organisasi yang memperjuangkan bahasa Korea. 

Pertemuannya dengan Jung-Hwan, membuat kehidupan Pan-Soo berubah. Mereka bekerja sama untuk menerbitkan Kamus Besar Bahasa Korea.

Apakah kalian terbayangkan untuk mengumpulkan berbagai guru / orang aseli dari setiap daerah di sepenjuru Indonesia hanya untuk mendiskusikan dan menentukan kata saya, inyong, koe, abdi, atau aing yang akan digunakan sebagai kata baku di Kamus Besar Bahasa Indonesia?

Walaupun tidak lebih besar dan luas dari Indonesia, dengan penjagaan ketat dari para tentara Jepang yang berusaha mengubur identitas negara Korea, yakni BAHASA-nya, membuat film ini benar-benar memiliki nilai perjuangan yang sangat menyentuh. Banyak orang (guru) yang mengorbankan dirinya untuk mempertahankan bahasa asli negaranya. Banyak orang terbunuh karena kekejaman rezim Jepang saat itu. Benar-benar membuatku memaklumi kenapa orang Korea sangat sakit hati dengan perlakuan Jepang.

 3. I Can Speak (2017)

Park Min-Jae (Lee Je Hoon) seorang civil servant, ia dipindahkan ke distrik baru di Seoul. Dia adalah laki-laki muda yang berprinsip dan rajin dalam pekerjaannya. Di kantor barunya, ia bertemu dengan seorang nenek tua, Na Ok-Boon (Na Moon Hee) yang sangat sering melakukan pengaduan / komplain terhadap hal sekecil apapun di lingkungannya, sehingga hal tersebut dianggap menyebalkan oleh banyak orang.

Na Ok-Boon ingin sekali belajar bahasa Inggris, ketika ia menyadari bahwa Park Min Jae jago bahasa Inggrisnya, dia meminta Park Min Jae untuk mengajarinya sehingga ia bisa berbicara dengan bahasa Inggris. Walaupun di mata orang-orang, nenek ini sangat mengganggu, tetapi, ia memiliki alasan kenapa ia ingin bisa berbicara bahasa Inggris.

Issue sosial yang dibahas dalam film ini masih sama dengan film Snowy Road, yakni mengenai kehidupan korban comfort women atau jugun ianfu yang masih hidup di Korea. Ada yang memutuskan untuk bersembunyi dan tidak berbicara mengenai peristiwa menyakitkan yang dialaminya saat itu, dan juga ada yang memutuskan untuk berbicara.

Review?

Kalau kalian bertanya mengenai bintang, aku akan memberikan 5 bintang. Karena mereka mampu menggambarkan penderitaan dan kekejaman yang terjadi di masa itu dengan sangat jelas. Film-film ini juga mampu menyentuh perasaan dengan nilai-nilai persahabatan, perjuangan, dan kekeluargaan yang mereka tunjukkan. 

Tak selalu disajikan dengan suasana yang berat dan mencekam, unsur komedi di film Malmoe dan I Can Speak sangat banyak, sehingga bisa menghibur kamu tatkala kamu hendak menitihkan air mata di momen-momen yang menyedihkan. Kedua film itu memang tidak bisa membiarkan penonton bersedih!

0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ▼  2025 (2)
    • ▼  Agustus 2025 (1)
      • The Best Is Yet To Come
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose