Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
"Kalau saja...,"



Judul: Mouse (마우스)
Episode: 20
Sutradara: Choi Joon-bae
Penulis: Choi Ran
Pemeran: Lee Seung-gi, Lee Hee-jun, Park Ju-hyun, Kyung Soo-jin, Kwon Hwa-woon, dll

Halo, teman-teman! Sudah lima bulan aku tidak menulis review drama di blog ini. Dan ya, aku kembali dengan review drama Korea berjudul 'Mouse'. Tentu saja, seperti yang sudah kutulis pada judul, review ini mengandung spoiler yang parah.

Awalnya aku nggak berminat menonton drama ini, pasalnya terlalu ramai dibicarakan oleh orang-orang di sekitarku. Tapi karena aku menonton variety show 'Master in House'-nya Lee Seung-gi, aku jadi terkena spoiler oleh Cha Eun-woo. Dan bocoran Eun-woo saat itu berhasil membuatku penasaran. 

'Bagaimana bisa dia adalah antagonisnya?', pikirku.

Teaser

Sinopsis

Drama ini menceritakan tentang seorang polisi muda yang bekerja di kantor kepolisian suatu daerah bernama Jung Ba-Reum (Lee Seung-Gi). Dia adalah polisi keliling yang dikenal ramah dan sangat menjunjung tinggi kejujuran dan keadilan. Suatu hari, dia dihadapkan dengan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang psikopat. Kasus tersebut sangat menggemparkan Korea Selatan dan membuat warganya ketakutan. Ketika berusaha memecahkan kasus tersebut bersama dengan beberapa tim-nya, yakni detektif Go Mu-Chi (Lee Hee-Jun) dan produser acara misteri Choi Hong-Ju (Kyung Soo-Jin), kehidupan mereka menjadi berubah.

Review Singkat

Seperti yang kukatakan sebelumnya, bahkan sebelum menonton drama ini, aku sudah mendengar spoiler tentang siapa penjahatnya. Sebenarnya, aku tidak masalah dengan spoiler, tapi serius, kali ini spoiler-spoiler tersebut membuatku merasa bosan ketika menonton 4 episode pertama drama ini. Aku nggak begitu menyukai momen dimana 'aku' sudah tahu siapa penjahatnya, tetapi penjahatnya malah mendapatkan exposure atau perlakukan yang sangat positif dari masyarakat. Menurutku momen itu sangat menyesakkan.

Tapi! Setelah episode 4, semuanya menjadi semakin membaik, dan bahkan sangat mencengangkan sampai ke akhir. Drama ini sangat, WOW! Mindblowing~ Aku suka bagaimana penulis mengungkapkan setiap misteri di Mouse ini. Begitupula dengan tim produksi yang mengubah Opening video setiap kali rahasia-rahasia baru terungkap. Keren banget! Mungkin, kalau aku menonton drama ini on-going, kayaknya akan pusing dan stress.

Nonton Mouse + spoiler kayak jadi detektif beneran! Udah tau siapa penjahatnya, tapi masih cari bukti dan metode kejahatan yang dilakukan si penjahat.

Hubungan antar karakternya sangat rumit. Tapi nggak apa-apa, hal itu membuat drama ini sulit untuk ditebak.

Spoiler

Karena bingung bagaimana menulis review drama ini tanpa spoiler, jadi aku akan menulis reaksi-ku yang sempat kucatat ketika menonton drama ini dari episode 1. Disinilah spoiler-spoiler akan terungkap, haha. Kalau kalian tidak suka spoiler, silahkan scroll terus sampai overall review, ya!

0
Share
Photo 1. Proclamation Park taken by Lia
0
Share
Photo 1 Cover of article edited by Maulia Resta
Original background by Tempo.co
0
Share

Horror and thriller movies are a great companion for you in Summer. Even though Summer was already over, but here’s my favorite horror K-movies about Zombies that you should watch too (if you haven’t watch it though)!

0
Share

 


Sebelumnya, aku pernah membuat tulisan tentang diriku yang baru saja diterima sebagai salah satu anggota Korea-ASEAN Online Supporters 2021 disini.

0
Share


Pada 'Iyagi Day' episode 8 ini, aku ingin menulis dan membagikan alasanku kenapa suka K-pop. Kalau kalian sudah membaca Iyagi Day episode 7 kemarin, mungkin kalian bisa menerka-nerka alasan-alasan yang akan aku sebutkan dalam artikel ini. Kali ini pun, artikelnya tidak akan panjang-panjang.

0
Share


Halo semuanya! Kembali lagi di seri artikel Iyagi Day.
0
Share

Halo! Aku kembali dengan artikel baru. Kali ini aku akan membicarakan tentang Peran Pemuda dalam Meningkatkan Hubungan Kerjasama Korea-ASEAN dalam Bahasa Inggris! Dan, kalau kalian masih belum bisa memahami Bahasa Inggris, kalian bisa menggunakan fitur Google Translate yang ada di Blog ini. Kalian bisa scroll artikel ini sampai bawah, dan temukan lah fitur translate, lalu pilih Bahasa yang kalian inginkan, lalu tada~ Bagus!

***

Hello! I'm back with a new article. And this time i want to talk about Youth Role on Enhancing Korea-ASEAN Relations in English! Well, for those who don't understand English yet, you could use the translate feature in this Blog. You can scroll to the bottom of the article and found the Google Translate feature and choose the language, then hwala! Nice!

This topic is kind of different compare to my other articles in this Blog, haha. But well, here you go.

   Have you ever wonder of how to enhance relationship between Korea and ASEAN?   

After some thinking, i think these three points i'd share are important.

1. The People or The Youths

I have a really short explainations about the first point. That we won't get any ideas without the people. How can you get any idea without the people or the youths, though? Even though it has a short explainations, this point is the most important thing of all.

But, what kind of people we need to giving ideas about enhancing Korea-ASEAN relations? They could be people who love and interest about Korea, they could be professor or analyzer or people who works for the certain divisions such as Economy, Social, Science, Technology, etc. 
I think, the most important thing is the people's capability of discussion.

2. The Place and The Familiarity

We got the people! And what's next? I should say the place. I think, having a certain place or community to talk and share ideas is important. But, the familiarity of the community itself is also important, because sometimes i feel like those community is a private community that only some people could know about the community.

Here i share some communities i know that probably you can join.

a. Moija K-Friends: it's a K-community in facebook where you can share your knowledge or even ideas about Korea. You can learn many things from other members who also share their knowledge.

b. Honorary Reporter: if you like to write articles about Korea, you should join this community. In this community, you can write about Korea as many as you can. You can also learn how to make a great articles with joining the gatherings they hold for each two-three months. Compared to Moija K-Friends, the Honorary Reporter have a smaller amount of members.

c. Korea-ASEAN Online Supporters: this is a K-community where you can join if you're an ASEAN people. Here you can update more information about the relationship about Korea-ASEAN and also share contents you made with theme. This place is a home for those who wants to share ideas more privately because they have an even smaller amount of members than Honorary Reporter.

3. The Ideas

Well, people can share their ideas from any fields, such as economy, social, politic, entertainment, etc. It's kind of connected to their interest. As for me, i'm interested in Korea because of it's entertainment or creative industry. So, here's my ideas: 

          What Indonesia Can Learn From Korea          

I'm learning Korean language at one of the Korean language classes in Jakarta. The teachers are native of South Korea.  Even though I only met a few Korean people, however, I learned a lot from these people. And as many people already know, South Korea has excelled in its creative industry. Then, what can Indonesia learn from the achievements of the Ginseng Country?

Summarizing information from the internet, the Creative Industry, or also known as the Cultural Industry is an industry that utilizes the creativity and skills of an individual to create works which, according to Howkins, are works in the fields of advertising, architecture, art, fashion, film, music, performing arts, publishing, toys and games, television and radio, and so on.

    Looking at several related fields, here are some things that I think Indonesian creative business might learn from South Korea.

1. Advertising

If you often watch Indonesian television, especially sinetron (soap operas), maybe you know how they broadcast advertisements in soap operas.  The advertisements (usually food products) that are displayed tend to take advantage of dialogue which I think is less dense.

Compared to taking advertising scenes separately with actors who have nothing to do with the storyline, I think advertising for a product should be integrated into story scenes with informative but dense dialogue.

Then, there are also advertisements in the form of editing billboards in soap operas. I quite impressed the editor's ideas and intentions by turning the adverts into billboard edits.  However, in my opinion, the placement of the ad must be adjusted to the atmosphere of the scene, and the location of the scene.  If the scene is a street setting, a billboard is a good idea. However, if the scene is set in a park, and the scene is in a fight or problem, it might be a good idea to change the 'billboard' edit into another form, such as a smaller billboard such as a banner stand, and so on.

2. Music

In the eyes of the world, South Korea is very superior with K-Pop music. One of the BTS members, Suga, once explained in an interview that compared to seeing K-Pop as a genre, K-Pop is the result of the integration between the elements in it, namely music, dance, costumes, and so on.

Compared to South Korea, which excels in music in the group format, I think Indonesia can excel in the band or soloist format. Many Indonesian music has names abroad, such as Rich Brian, Stephani Poetri, Weird Genius, and others.

3. Movies

Last year, South Korea achieved many achievements with the film Parasite directed by Bong Joon-Ho.  Last year also, the Indonesian director, Joko Anwar also won an achievement in the international arena with the film 'Impetigore'.

What was the difference between Bong Joon-Ho and Joko Anwar last year? Movie genre.

In my opinion, compared to East Asian horror films, I feel that Southeast Asia, especially Indonesia, can excel in the horror film genre.  But that doesn't mean romantic film directors and others aren't excellent. The Indonesian super hero film, Gundala, has also received quite a bit of attention abroad. I hope the series can be continued because I think it is a work that has the potential to enter the international realm.

4. Television as a Means of Education

To learn from others, we must compare ourselves with that person, so that we know the differences we have and can take what's good of those differences to achieve the same end goal.

I never watched South Korean television in its entirety, and only watched certain programs, such as dramas, variety shows, and music shows.  And while watching it, there are several things that I can learn, namely the culture and the system/production of the show.

South Korea is able to convey its culture in attractive packaging, both through dramas and various events. I hope that shows on Indonesian television can also convey culture, Indonesian culture that deserves to be displayed such as language, traditional clothes, food, musical instruments, and so on through a variety of programs.

Then, I actually rarely watch music shows in Indonesia, whether they still exist or not. I'm just following the talent show only. However, I think Indonesia is capable of creating a music program like South Korea, and of course, with a denser MC dialogue. The music event can be a place for Indonesian singers to introduce themselves to the public.

And, what I hope from Indonesian television, is that they can be more disciplined and manage the timing of their various shows, not just following the flow and viewership ratings.

In this case, I hope that television shows in Indonesia can show themselves more as a reliable means of education and information, and not just entertainment.

5. Attitude While Creating Contents

To create higher quality advertising, music, films, television shows, and other creative works, in my opinion, requires high discipline, consistency, and high exploration.

Some say that Youtube is more than your television.  There are many content creators in Indonesia, and what makes them able to reach a large loyal audience is their discipline, consistency, and high spirit of exploration and creativity to create creative works.

Then, sometimes many people are so busy competing that they forget who they are. I hope that Indonesia can love itself more by being itself who has advantages in cultural heritage.

One of the things I've learned from the Koreans I meet is that they love their country. But that doesn't mean they hate other countries. They know their culture, they love themselves, so they dare to introduce it to the world.

I hope that the Indonesian people, including myself, can get to know Indonesia better, can love its strengths and always improve its weaknesses, so that they dare to introduce Indonesia to the world.

***

Well, I wrote this article based on my personal opinion, with the aim of evoking a sense that Indonesia can do better. Indonesia just needs more time than South Korea to package itself better.

At last, i also hope Korea and Indonesia can enhance their relationship and their cooperation in the field of entertainment or creative industry.

0
Share
"Apa yang akan kalian lakukan kalau kalian dapat telepon dari diri kalian di masa depan? Angkat? Jangan?"


Judul: Times (2021)
Episode: 12
Sutradara: Yoon Jong-Ho
Penulis: Lee Sae-Bom, An Hye-Jin
Pemeran: Lee Seo-Jin, Lee Joo-Young, Kim Young-Chul, etc

Halo, teman-teman!
Aku kembali lagi untuk mereview drama berjudul Times. Yak, sebenarnya aku tidak bisa mengatakan ini review yang bagus, bahkan bisa dibilang tidak jelas karena aku pun bingung menyusun paragraf yang jelas untuk menjelaskan ini tuh gimana. Tapi, berhubung aku baru saja menyelesaikan drama ini dan aku juga sudah lama tidak mereview drama, jadi, jadilah review ini, hehe.

Trailer


Sinopsis

Drama ini menceritakan tentang Seo Jung-In (Lee Joo-Young), seorang reporter sekaligus anak calon presiden bernama Seo Ki-Tae yang mati tertembak karena persaingan politik. Di tahun 2020, Jung-In terbangun dalam kondisi tidak mengingat apa-apa tentang kematian ayahnya, bahkan ia pun lupa kalau ia tidak bekerja di perusahaan televisi yang sama. Jung-In akhirnya berusaha untuk beradaptasi dengan kehidupannya yang 'asing' itu dan kembali bekerja sebagai reporter di perusahaan media kecil bernama Times.

Suatu hari, sebuah badai melanda Korea Selatan dan petir merusak menara jaringan sehingga tidak ada ponsel ataupun jaringan internet yang bisa terhubung. Tapi secara ajaib, seseorang mampu menelepon ponsel Jung-In. Seorang reporter bernama Lee Jin Woo, menelepon Jung-In dari tahun 2015, hari dimana Seo Ki-Tae terbunuh. Dengan harapan yang kurang masuk akal, Jung-In meminta tolong Lee Jin-Woo untuk menyelamatkan ayahnya.

Review

Karena mengusung konsep fantasi, yakni tentang fantasi waktu/time, aku cukup tertarik untuk memulai drama ini. Terlebih, aktor utamanya juga cukup menjanjikan. Tapi, berita buruknya adalah ada drama lain yang tayang sebelum Times dan memiliki konsep time yang serupa, yakni bisa terhubung dengan masa lalu/masa depan melalui sebuah ponsel. Jadi ketika menonton, mau tak mau aku agak membandingkan kedua drama itu.

Misi pertama karakter utama kita adalah menyelamatkan calon presiden. Hal itu sudah menandakan bahwa konsep fantasi time ini akan dipadukan dengan konflik politik, yang secara pribadi banyak percakapan berisi siasat siasat jahat politikus yang membuatku bosan. Tapi, melalui drama ini aku cukup suka bagaimana karakter-karakter disini digambarkan agak abu-abu, manusiawi gitu, jadi jahatnya terkesan nyata banget, karena musuh bisa jadi teman, dan teman juga bisa menjadi musuh, semua itu didorong dengan situasi dan kondisi serta visi dan misi setiap individu.

Drama ini juga melatarbelakangi pekerjaan karakter utama kita sebagai reporter atau media. Jadi drama ini juga menggambarkan bagaimana peran media dalam menjalankan tugasnya dengan benar tanpa memandang bulu. Terlebih ditambah adanya tekanan politik.

Times & Kairos

Seperti yang aku bilang, bahwa sebelum Times ini tayang, ada drama yang mengusung konsep yang serupa, judulnya Kairos. Sebenarnya hanya konsep fantasinya saja yang serupa, tapi keseluruhan cerita berbeda. Dan perbedaannya terletak pada genre yang dipadukan dengan konsep fantasi tersebut. Kalau Times memadukan fantasi dengan konflik politik, sedangkan Kairos memadukan fantasi dengan konflik bisnis. Walau pun begitu, kedua drama ini sama-sama mengangkat isu korupsi yang terjadi pada masing-masing bidang. Dan tentu saja, profesi pelakunya berbeda, yang satu pimpinan negara, yang satu lagi pimpinan perusahaan.

Secara pribadi, kalau disuruh memilih, aku lebih menyukai Kairos, karena konflik politik tuh agak membosankan. Sedangkan Kairos, walaupun membahas konflik bisnis, tapi drama itu juga memunculkan konflik hubungan antar karakter disana, jadi lebih banyak hal tak terduga yang mengejutkan. Tapi, Times juga cukup seru untuk diikuti kalau kalian tahan menonton konflik politik, apalagi ketika drama ini mencapai ending. 

MUNGKIN INI SPOILER, jadi kalian bisa skip baca paragraf ini. Di akhir episode 12, Seo Jung-In dan Lee Woo-Jin yang berhasil mengungkap kejahatan politik di era mereka, dikejutkan dengan sebuah telepon yang berdering, yang ternyata adalah panggilan dari Seo Jung-In (dari masa depan).

Aku suka bagaimana cara drama ini mengakhiri ceritanya, seolah memberikanku pertanyaan seperti 'Apa yang akan aku lakukan kalau aku mendapat telepon dari aku di masa depan? Angkat? Jangan?'. 

Mungkin kalau benaran ada telepon dari masa depan, panggilan pertama akan aku angkat dengan dasar rasa penasaran, haha. Tapi selanjutnya mungkin tidak, sepertinya akan merepotkan kalau terus menerus memikirkan masa depan yang padahal kita aja belum rasakan.

Drama ini mengungkap, walaupun masa lalu diubah dengan mencegah kejahatan yang akan terjadi di suatu masa, tentunya akan ada konsekuensi yang mungkin akan memunculkan kejahatan lain di masa depan baru yang tercipta. Terlalu bergantung dengan masa lalu itu sesuatu yang agak menyedihkan menurutku. Disini tuh seolah 'masa depan' akan terus mengusik kehidupan 'masa kini' kalau mereka berkesempatan untuk mengubah itu.

Overall Review

✩✩✩
3.5/5 bintang

Nggak buruk. Namun, karena aku nggak begitu suka unsur politiknya, karena terkesan membosankan, jadi agak minus sedikit untukku. Terlebih ada perbandingan drama lain, yakni Kairos. Kalau kalian suka dengan drama fantasi yang dipadukan konflik antara politik dan media, mungkin ini bisa ditonton.


0
Share

"Dengan kriteriaku ini, apa perlu aku merebutnya?"

0
Share
"Apa wajahmu dari McDonalds? Karena i'm lovin' it!"

0
Share

 

Pada Iyagi Day Episode 5, aku ingin mengabarkan bahwa sejak hari Rabu, 21 April 2021, aku secara resmi menjadi Korea-ASEAN Online Supporter 2021, setelah Opening Ceremony dilaksanakan.
0
Share
Hai hai semuanya.
Iyagi Day Episode 4!

0
Share

Halo teman-teman! 
It's Iyagi Day!

Januari 2021, akun instagram @iseoulu mengadakan sebuah event bertemakan #seoulARchallenge . Di event ini, kita diminta untuk menggunakan filter instagram AR milik @iseoulu dan men-sharenya di story dan feed instagram kita dengan membubuhkan beberapa hashtag.

Di bawah ini adalah poster event challengenya:

View this post on Instagram

A post shared by Seoul City (@iseoulu)

Event ini berhadiahkan Tas Kanvas dan Bandana BT21 Seoul Edition untuk 20 pemenang, dan Amazon Gift Card sebesar $10 untuk 200 pemenang. How generous! Melihat dari hadiah yang dibagikan, setidaknya ISEOULU mengharapkan ada lebih dari 200 orang yang mengikuti challenge tersebut. Namun sepertinya yang mengikuti event tersebut tidak mencapai 200 orang, karena pada akhirnya hanya ada 140 pemenang yang terpilih.

View this post on Instagram

A post shared by Seoul City (@iseoulu)

Dari 140 orang pemenang, aku sangat bersyukur akunku ada di daftar peserta yang mendapatkan tas kanvas dan bandana BT21 ( re: @greenseelatte ). Berhubung aku juga seorang Army, jadi aku sangat senang dan beryukur sekali, huhu.

Nah, ceritaku tidak hanya sampai disini. Karena aku juga akan menceritakan pengalaman baru yang kurasakan ketika hadiahnya sampai di tempatku. Mungkin diantara kalian ada yang sudah familiar dengan yang namanya import tax, aka bea cukai.

Hadiahnya kena pajak impor?

Ya. Hadiahnya kena pajak impor yang terdiri dari bea masuk, pajak penghasilan, dan pajak pertambahan nilai. Jadi ketika hadiahnya diantar ke rumah oleh kurir, aku masih harus membayar pajak sebesar 155.000 rupiah. Tapi sebelum dikirim ke rumah, ekspedisinya mengabarkan via sms kalau kita harus membayar dengan jumlah sekian.

Yah. Masa menang hadiah tapi harus bayar?

Aku juga sebenarnya waktu itu agak kaget. Terlebih karena masih belum mafhum dengan perihal import tax, dan juga karena pertama kali menang hadiah dari luar negeri. Tetapi aku mengambil bagian baiknya saja, harga import tax nya tidak seberapa jika dibandingkan harga asli produk tersebut jika kita beli sendiri. Hitung-hitung menyumbang ke kas negara juga XD. Walaupun agak nyesek juga, tapi gak apa-apa.

Hal yang bisa dipelajari!

Kalau ingin mengikuti event atau lomba yang diadakan di luar negeri, dan hadiahnya berupa barang yang harus dikirim, sebaiknya dipikirkan baik-baik ketika ingin meng-claim hadiahnya. Dan pertimbangkan jenis hadiahnya, kalau hadiahnya tergolong barang mewah seperti ponsel selular atau iPad dan Tablet PC, kalian harus siap menanggung pajak impornya yang akan cukup mahal, bisa jadi bukan puluhan ribu lagi, tapi juta-an!

Sebelum event ini, ISEOULU juga mengadakan sebuah event membuat journal, dimana hadiah utamanya adalah iPad, dan hadiah kedua adalah Galaxy Buds atau apa gitu. Tadinya aku agak sedih karena tidak mendapatkan hadiah utama maupun kedua. Tapi setelah memenangkan hadiah pada event ini, aku jadi sangat bersyukur hanya mendapatkan hadiah Bronze.

Jadi, untuk kalian yang ingin join acara luar negeri, perhatikan hadiahnya ya. Tapi, aku juga belum tahu kalau hadiahnya berupa barang yang tidak dijual secara official apakah akan kena pajak impor juga atau tidak. Mari kita lihat pada event berikutnya dari Kingdom Friends Official! 

Aku akan post tentang event @kingdomfriends_official kalau barangnya sudah sampai, ya!

0
Share

 

Summer Lemongrass by Macchiato.
0
Share


Dear friends,

Tahun 2020, tepatnya tanggal 9 Oktober sampai 25 Oktober, King Sejong Institute Center Indonesia mengadakan Lomba Baca Puisi dalam rangka memperingati Hari Hangul ke 574. 

Hangul Day adalah Hari Penetapan Hangul atau Hari Abjad Korea. Hari tersebut adalah hari istimewa untuk masyarakat Korea yang memperingati penciptaan dan penetapan penggunaan aksara asli Korea, yakni Hangul. Di Korea Selatan, Hari Hangul diperingati pada tanggal 9 Oktober, sedangkan di Korea Utara diperingati tanggal 15 Januari. 

Dan ya, intinya aku mengikuti lomba tersebut. Di bawah ini adalah poster lombanya yang bisa dicek di Instagram KSIC.

View this post on Instagram

A post shared by 인도네시아 거점 세종학당 (@ksic.indonesia)


Lomba ini adalah salah satu hal paling berkesan yang terjadi padaku di tahun 2020, dimana saat itu pandemi masih hangat-hangatnya banget. Lomba tersebut sangat berkesan untukku karena aku bisa mempelajari banyak hal selama proses menciptakan karya untuk diikutkan lomba.

Memilih Puisi

Waktu melihat poster lomba, aku sempat ragu apakah ikut lomba tersebut atau tidak. Kalaupun ikut, aku kepikiran puisi seperti apa yang harus ku baca? Siapa saja penulis puisi yang kiranya tersohor di Korea Selatan? Video seperti apa yang harus ku buat?

Awalnya, tentu saja aku tidak mengenal satupun penyair Korea Selatan. Tapi, sebelum lomba itu dimulai, aku pernah mengikuti lomba kaligrafi di Korean Cultural Center Indonesia (KCCI). Lomba kaligrafi tersebut disuruh menulis bait puisi karya penyair Korea Selatan, Na Tae Joo. Aku terpikir untuk memakai puisi tersebut, tetapi rasanya terlalu singkat dan kurang meresap maknanya untukku.

Lalu, tak lama kemudian, aku melihat Penerbit Haru gencar sekali mempromosikan buku puisi I See You Like A Flower karya Na Tae Joo di Instagram. 

Pas sekali!, pikirku.

Aku juga pernah mereview buku tersebut beberapa waktu lalu di Instagramku. Kalian bisa cek disini.

View this post on Instagram

A post shared by Maulia Resta (@maulimaul)

Nah, melihat buku itu, terlintas lah keinginan untuk mencari di Google tentang Na Tae Joo dan beberapa puisinya yang populer. Aku bahkan sampai bertanya ke guru Bahasa Korea-ku tentang puisi apa yang populer di Korea Selatan. Dan ya, Na Tae Joo adalah penyair yang populer dengan puisi puisi singkat nan indahnya. Tapi selain itu, guruku juga memberitahuku tentang penyair bernama Yoon Dong Joo, yang menulis karya puisi dengan tema perjuangan.

Sepertinya aku harus mencari puisi singkat namun maknanya mantap banget, lagi-lagi pikirku.

Singkat cerita, kemudian aku bertemu lah dengan puisi berjudul Kerinduan atau 그리움 (Geurium). Aku melihat naskah aslinya terlebih dahulu di Google, sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli buku I See You Like A Flower agar lebih bisa memahami makna puisi tersebut.

Puisi Kerinduan hanya terdiri dari 4 baris kalimat, namun anehnya, puisi itu bisa menggambarkan perasaanku saat itu. Perasaanku saat merindukan masa-masa sebelum pandemi.

Puisi ini tergolong puisi cinta. Tapi dibandingkan melihat puisi ini sebagai puisi cinta antara dua insan atau pasangan, aku melihat kata 'dirimu' dalam puisi ini sebagai keluarga, saudara, dan teman. Akhirnya, kupilih lah puisi ini.

Bagaimana Membacanya?

Setelah memilih puisi, aku harus merekam suara, nih. Tapi, aku bingung bagaimana nada yang tepat ketika membaca puisi Korea Selatan. Sehingga, akhirnya aku mencari referensi di Youtube, dan menemukan video ini.

Aku sangat suka cara baca puisi Youtuber di atas, terutama karena suara pembacanya rendah dan pemilihan musiknya wah. Video ini membuatku jadi terinspirasi untuk membuat videoku semenyentuh video ini.

Setelah memutuskan bagaimana aku ingin membaca puisi itu. Saatnya menentukan videonya! Yeay!

Video Video Video!

Aku tidak ingin wajahku terlihat dalam video, selain karena malu, aku juga tidak begitu bisa menghayati peran, haha. Jadi aku ingin isinya gambar saja, seperti pemandangan pohon, video bunga, dan sebagainya. Tapi kalau hanya video tumbuhan, rasanya kurang bercerita. Akhirnya, aku bikin video seperti ini.

View this post on Instagram

A post shared by Lia (@greenseelatte)

Ya. Hanya si manusia bulat yang merindu selama 1 menit. Video tersebut aku upload di akun instagram Greenseelatte , akunku yang diperuntukkan untuk perihal ke Korea-an.

Selama membuat video itu, aku belajar membuat gambar setiap gerak dengan berbagai layer, sampai-sampai punggungku merasakan efek yang luar biasa karena kelamaan bersila di depan laptop, haha, dasar tua.

Tapi karena melalui proses tersebut, aku jadi terpikir betapa hebatnya para pembuat anime yang bisa membuat gambar bergerak selama 20 menitan. Wow. Mind blowwwwing~

Setelah beberapa kali edit ulang gambar, video, suara, dan mendapatkan beberapa masukan dari orang-orang terdekat, rampung lah video tersebut.

Kalah pun nggak apa-apa, bikin video ini pun sudah puas, pikirku.

Pesimis banget ya kelihatannya? Aku hanya tidak ingin terlalu berharap hanya karena sudah mengalami proses yang panjang. Mungkin saja, para peserta lain lebih keren videonya. Dan aku merasa pasti peserta lain memilih puisi yang lebih panjang, dan lebih bermakna dariku, terlebih pronounciation peserta lain juga mungkin lebih baik.

Tapi, ketika pemenang lomba diumumkan, aku sangat bersyukur, sekaligus tidak percaya. Walaupun aku tidak begitu berharap untuk menang, berita bahagia itu menjadi suatu bonus yang benar-benar ku syukuri.

Berikut adalah pengumuman lombanya.

View this post on Instagram

A post shared by 인도네시아 거점 세종학당 (@ksic.indonesia)

Melalui post ini, aku hanya ingin mengutarakan prosesku mengikuti lomba ini. Dan tentu saja, sekali lagi aku sangat berterimakasih karena KSIC mengadakan lomba ini, dan para juri yang sudah memilihku menjadi Juara 2. Stay at Home-ku jadi lebih berwarna karenanya.

---

Kira-kira tahun 2021 ini akan ada lomba apa, ya, untuk memperingati Hangul Day?



0
Share


Geekerella by Ashley Poston
0
Share

Halo!
Bulan Maret ini, aku menyelesaikan drama bertabur bintang ini. Aku tahu ini sangat telat, tapi mungkin sebagian dari kalian juga baru menonton drama ini sepertiku, atau bahkan belum menonton drama ini. Kusarankan, tonton!


Judul: Mr. Sunshine (미스터 션샤인)
Episode: 24
Sutradara: Lee Eung Bok, Jung Ji Hyun
Penulis: Kim Eun Sook
Pemeran: Lee Byung Hun, Kim Tae Ri, Yoo Yeon Seok, Kim Min Jung, Byun Yo Han, etc

Trailer

Sinopsis

Drama ini mengisahkan kisah perjuangan yang indah nan dramatis yang dilakukan oleh masyarakat Korea ketika negara mereka baru dijajah oleh Jepang. Choi Yu-Jin, anak seorang budak yang pergi melarikan diri dari rumah majikannya setelah menyaksikan kedua orang tuanya disiksa semena-mena. Pertemuannya dengan Joseph, warga Amerika Serikat, ia berhasil pergi ke Amerika dan kembali ke Joseon sebagai kapten Angkatan Laut AS. 

Lalu ada Go Ae Sin, perempuan keturunan keluarga terpandang yang kehilangan kedua orangtuanya karena dibunuh. Ia tumbuh menjadi seorang ahli sniper dan anggota Righteous Army, pasukan militer ilegal yang dibentuk untuk memperjuangkan kebebasan Korea Selatan. Pertemuan pertama Yu-Jin dan Ae-Sin yang awalnya hendak saling bunuh, akhirnya membuat keduanya saling jatuh cinta.

Selain itu, ada Goo Deung Mae, anak seorang butcher yang pergi ke Jepang setelah kedua orang tuanya tiada. Ia kembali ke Joseon sebagai salah satu anggota Yakuza yang ahli menggunakan pedang samurai dan ditakuti oleh masyarakat disana. Karena Ae-Sin pernah menolongnya, ia jatuh cinta pada Ae Sin.

Ada juga Hina Kudo, seorang wanita anggun yang menjadi pemilik Glory Hotel setelah suaminya yang berkebangsaan Jepang mati. Dan ada pula, Kim Hee Seung, tunangan Ae-Shin yang kembali dari Jepang setelah bertahun-tahun. Awalnya ia pergi ke Jepang untuk menghindari pernikahannya dengan Ae-Shin, tetapi nyatanya, ia jatuh cinta ketika tak ada lagi ruang di hati Ae-Shin untuknya.

Drama ini menceritakan perjuangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh di atas untuk mengembalikan kekuatan, tahta dan martabat Joseon sebagai sebuah negara.

Review

Awalnya tuh aku berpikir drama ini sangat berat dan membosankan. Tetapi ternyata, dibandingkan mengambil trope cerita sejarah yang membosankan (menteri korupsi, mengelabui raja, romansa berlebihan), drama ini memberikan sensasi baru dengan cerita yang kental sekali sejarahnya.

Plot

Drama ini bergenre historical fiction atau fiksi sejarah. Walaupun drama ini diinspirasi dari peristiwa sejarah yang nyata, tentunya ada pula karangan 'fiksi' si penulis dalam drama ini. Aku kurang memahami sejarah mereka (sejarah Indonesia pun kurang), jadi aku kurang bisa menjelaskan bagian mana yang fiksi dan mana yang dari peristiwa nyata.

Namun, sebagai sebuah drama, aku benar-benar salut dengan Kim Eun-Sook yang mampu menulis dan menciptakan cerita dengan plot yang kompleks dengan world building yang sangat menakjubkan. Dan walaupun drama ini kental akan sejarah dan nilai perjuangan, hebatnya drama ini tidak membosankan. 

Bumbu-bumbu romansa diberikan sewajarnya. Kisah cinta antara Yu-Jin dan Ae-Sin tuh terkesan klasik, antik dan cantik. Indah yang tidak berlebihan dibandingkan drama tulisan Kim Eun Sook sehabis ini.

Kisah persahabatan dan loyalitas para karakternya juga sangat menghangatkan hati. Kalimat-kalimat komedi dan sarkastik yang dikeluarkan oleh beberapa karakternya tuh benar-benar menghibur dan membuat drama ini terasa tidak seberat dan tidak sepusing yang aku bayangkan. Komedinya pas banget.

Karakter

Karakter favoritku adalah Ae Sin dan Hina (Yang Hwa). Dua karakter perempuan ini benar-benar kuat dan tidak bisa dipermainkan. Terlebih Hina Kudo. Dia adalah karakter yang anggun dan pandai membaca situasi. Keren deh pokoknya.

Sebenarnya, karakter dalam drama ini tuh banyaaaaak banget. Pasalnya, karena drama ini tentang perjuangan, banyak karakter pendukung yang juga mencuri perhatian penonton. Dan, itulah yang sangat aku sukai dari drama ini.

Nggak hanya karakter-karakter utama yang perlu diberikan standing ovation. Tetapi, karakter pendukung seperti Im Gwan Soo, si interpreter Bahasa Inggris yang bekerja di Kedutaan Amerika, lalu Kyle Moore, mayor angkatan laut AS temannya Yu-Jin, lalu Jang Seung Goo,  masih banyak lagi yang nggak bisa aku sebutin satu-satu. Mereka semua nggak hanya muncul sebagai pelengkap, tetapi kehadiran mereka juga sangat penting dalam cerita. Kalau tidak ada mereka, pemeran utama nggak akan bisa melaksanakan misi-misinya. Dan kita tidak akan terhibur dengan gelagat komedik karakter-karakter ini, haha.

Bahkan, aku merasa standing ovation juga harus diberikan untuk para pemeran antagonis disini, seperti Lee Wan Ik, dan Takashi Mori. Duh, dua karakter itu benar-benar berhasil membuatku dan adikku gemas. Dan tentu saja, aktor-aktor yang memerankan karakter antagonis lainnya (yang mayoritas tentu saja para pasukan Jepang), mereka benar-benar jahat dan kejam. Sampai-sampai membuatku merasa bahwa aku akan ikut-ikutan membenci Jepang seperti Korea membenci Jepang. Duh.

Setting

Drama ini tuh memiliki kualitas film, sama bagusnya dengan drama Goblin yang juga ditulis oleh Kim Eun Sook, jadi menurutku setting pengambilan gambarnya tuh udah the best banget. Banyak momen-momen iconic seperti slow motion yang digunakan dengan sangat tepat dan baik, jadi kesannya nggak berlebihan. 

Video di bawah ini adalah beberapa adegan yang aku suka. Padahal masih ada video lainnya, tapi banyak video yang di blok untuk Indonesia.

Video di atas adalah pertemuan pertama Ae Sin dan Yu Jin.

Video ini kalau nggak salah pertemuan pertama Yu-Jin, Deung-Mae, dengan Hee-Seong.
Kalau nggak salah, ini pertama kali Yu-Jin dan Deung-Mae tahu kalau Hee-Seong adalah tunangan Ae-Sin, wkwk. Lihat tatapan membunuhnya.. wkwk.

Alih-alih menjadi musuh, mereka bertiga malah jadi teman, haha. Tiga orang yang suka sama Ae-Sin. Momen mereka bertiga selalu terasa lucu, soalnya karakter mereka bertiga benar-benar beda. Yang satu menakutkan, yang satu pandai tapi santai layaknya orang Barat, dan yang satu polos banget.

Sebenarnya ada beberapa adegan lagi yang aku suka, tapi aku belum nemu clip nya di Youtube. Aku sangat suka adegan Ae-Sin yang sedang menghalangi Goo Deung-Mae di pelabuhan. Ae-Sin dengan pakaian serba hitamnya meloncat dari atap ke atap, dan Deung-Mae dari bawah mengikutinya dengan berlari layaknya seorang ninja. Keren banget.

Lalu, soundtrack! Ya, soundtrack! Semua lagu pengisi drama ini tuh bagus-bagus banget. Dan lagunya pas dengan latar belakang waktu dan adegan-adegan dalam drama. Mungkin kalau nggak nonton dramanya, lagu ini akan terkesan biasa. Soalnya lagu ini bakal ngena banget kalau kalian nonton dramanya. Aku suka semua lagunya, tapi yang paling paling membekas untukku tuh ...

1. Lee Suhyun (Akdong Musician) - 소리 (Sori)

2. Park Hyo Shin - 그 날 (The Day)


Overall Review

✩✩✩✩✩
5/5 tanpa ragu

Plot yang kompleks, namun masih menghibur. Karakter yang bisa membuat perasaan menggebu-gebu. Setting gambar dengan kualitas film layar lebar. Lagu dan musik yang pas dengan latar belakang waktu dan adegan. Bertabur bintang, tapi nggak abal-abal. Ending yang bisa bikin perasaan kamu kosong, seakan kamu ikut berjuang bersama karakter-karakter dalam drama.

Aku merekomendasikan drama ini untuk kamu yang mencari drama sejarah yang keseluruhan ceritanya anti mainstream. 

Dan, jika review ini bisa membujukmu untuk menonton. Aku hanya ingin mengatakan.. kau harus siap kehilangan. Episode terakhir benar-benar mengaduk-aduk perasaan.

0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ▼  2021 (23)
    • ▼  November 2021 (7)
      • Mouse (2021) - Drama Review + Massive Spoiler!
      • [ Iyagi Day ] Episode 12. Reminiscing The Independ...
      • [ Iyagi Day ] Episode 11. How Indonesian People Ce...
      • [ Iyagi Day ] Episode 10. Three Recommendation of ...
      • [ Iyagi Day ] Episode 9. Pengalaman Menjadi 'Korea...
      • [ Iyagi Day ] Episode 8. Alasanku Menyukai K-pop
      • [ Iyagi Day ] Episode 7. Bagaimana Aku Mengenal K-...
    • ►  Oktober 2021 (1)
      • [ Iyagi Day ] Episode 6. My Idea of Youth Role on ...
    • ►  Mei 2021 (5)
      • Times (2021) - Drama Review
      • The Boy Who Bought Me Breakfast During The Whole Y...
      • A Bad Boy Stole My Bra by Lauren Price - Book Review
      • [ Iyagi Day ] Episode 5. I'm Officially A Korean-A...
      • [ Iyagi Day ] Episode 4. First Amazon Haul! Pengal...
    • ►  April 2021 (1)
      • [ Iyagi Day ] Episode 3. Menang Event Luar Negeri!...
    • ►  Maret 2021 (9)
      • Summer Lemongrass by Macchiato - Book Review
      • [ Iyagi Day ] Episode 2. Hangul Day Event 2020
      • Geekerella by Ashley Poston - Book Review
      • Mr. Sunshine (2018) - Drama Review
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ►  2019 (43)
    • ►  Desember 2019 (3)
    • ►  November 2019 (4)
    • ►  Oktober 2019 (5)
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose