Pages

Goodreads Wattpad FB Page Instagram 1 Instagram 2 Twitter Youtube
GREENSHE REVIEWS
  • Home
  • Drama Reviews
  • Movie Reviews
  • Book Reviews
  • Journal
"Seharusnya kalian menjaganya,"
BAM BAM BAM

Lovely Heist by Prisca Primasari
✩✩✩✩
My rating: 4 of 5 stars

I should say buku ini packed with more action dan memeras perasaan juga tentunya. Setelah kalimat bolded di atas terucap, aku sudah tahu akan terjadi hal yang menyebalkan. But! Mari kita lihat hal-hal yang lebih menyenangkan.

❤♡❤♡

Lovely Heist adalah buku kedua Kak Prisca yang aku baca, yang juga merupakan sequel dari buku Lovel Theft yang sudah aku review disini. 

Buku ini menceritakan tentang kelanjutan kisah cinta Frea dan Liquor yang sebenarnya ingin menikah. Liquor juga hendak pensiun dari pekerjaannya sebagai pencuri, tetapi karena suatu hal yang membahayakan nyawa tunangannya, Liquor, Night, dan Frea dengan terpaksa harus kembali menjalankan aksi mencuri, sebuah cincin milik selebriti bernama Mina, bahkan mereka harus pergi sampai ke London.

❤♡❤♡

Dibandingkan buku sebelumnya, cerita di dalam buku ini lebih memuat aksi dan adegan-adegan yang menurutku lebih menegangkan. Tetapi hal-hal lucu juga banyak terjadi. Walaupun aku tidak merasakan sensasi twist seperti pada buku pertama... kalau kalian sudah baca Love Theft... you know the night when Night jumped in front of Frea who jumped in front of Liquor and..

Aku mulai membaca buku ini akhir Juli lalu, tetapi sejak Agustus pertengahan, aku membiarkannya berada di currently reads sampai akhirnya aku melanjutkannya pada akhir November. Beberapa bagian awal pace nya terasa lambat, dan bisa dikatakan belum ada hal yang seru banget. It's still the beginning step into the big mess they'd go into.

Tapi kemudian, kalimat ini membuatku sangat terbahak,

Lain kali sebelum masuk ke mana aja, bilang keras-keras, 'GUE COWOK!'. Kalau perlu pasang badge 'GUE COWOK' besar-besar di kemeja lo, Night. Lo ini udah cantik, putih, mulus kayak model iklan body butter. - Tarantula, 146
Untuk yang belum membaca, mungkin kalimat tersebut tidak terkesan lucu, kalian harus membaca buku ini agar bisa tahu kenapa Tarantula berkata seperti itu, haha. Selain itu masih banyak hal-hal menyenangkan. Hanya saja kalimat itu yang meningkatkan mood membacaku. Terlebih mulai ada konflik-konflik kecil seperti pertengkaran Liquor dan Night yang cukup membuatku panik. Hingga perjalanan mereka selama di London.

❤♡❤♡

Perkembangan tiga karakter utama, Frea, Liquor, dan Night, terasa natural dan sangat menyenangkan. Dalam buku ini, Liquor dan Night sering mengalami cekcok tak penting yang malah terkesan lucu dan sebenarnya menunjukkan seberapa pedulinya mereka terhadap satu sama lain.

Karakter Liquor masih sama seperti di buku pertama, sok keren, haha. Oke, dia memang keren dengan segala skill mencurinya, visualisasinya, dan karakter sedingin es-nya yang di buku ini akan semakin menghangat karena unek-unek dan kesalahpahaman yang selama ini disimpannya mengenai ibu dan ayahnya mulai teratasi.

Karakter Night...

Is he a living microwave or something? I think he can melt my heart like ice cream!

Ia juga masih sweet seperti sebelumnya. Liquor adalah tipe yang tak banyak berekspresi dan dingin pada kebanyakan orang, sedangkan Night sebaliknya, ia tipe yang ramah pada banyak orang. Terserah kalian nanti naksir yang mana, haha. Tapi aku merasa karakter Night disini semakin menonjol. He had most of that crucial moments. That chasing-Devon's-car moment, the Starry Night part jeezz Betelgeuse, dan bahkan setiap momen Night dengan istrinya, Akiko-san, pun menurutku manis. Oleh karena itu, Night adalah karakter favoritku di seri ini -if we talk about character, but if we talk about visualization, it will be Liquor, no doubt.

Selain Night, salah satu karakter favoritku di buku pertama adalah Tarantula, pasalnya karakter bergaya selengeknya membuatnya terkesan seru dan menyenangkan. Namun rupanya, di buku kedua ini, Tarantula dihadapkan oleh situasi yang mengharuskannya memilih hal penting yang bisa mengikat kehidupannya. Kalau tidak ada Night, mungkin aku akan benar-benar ilfil dengan kelakuan Tarantula, haha. But i thank Night and his newly arrived Samurai.

❤♡❤♡

Unsur aksi dalam buku ini sangat berlimpah dibandingkan buku pertama. Walau twistnya kurang greget, tapi masih ada adegan yang menurutku sangat menegangkan dan seru. I was like...

No..... (membaca halaman 285). Please no... (membalik halaman, berharap hal buruk yang dipikiran takkan terjadi) OMG! No wayyyyyyyyyy!

Dan setelah membaca halaman penuh horor itu, aku sudah merasakan akan ada hal buruk lain yang menanti mereka sepulang dari London. Aku juga cukup kasihan dengan Frea, Liquor, Night, dan Akiko yang harus berhadapan dengan orang-orang yang sakit jiwa. IYA. SA-KIT JI-WA. Harker, Gift, Devon, bahkan Mina yang ku anggap paling waras pun, ternyata ketularan gila. 

Well, enough for today. Cukup sekian review dan kesanku setelah membaca buku ini. Untuk ocehan ku yang lebih detail selama membaca buku ini, bisa dilihat di reading progress ku di Goodreads. 

See you next time!
0
Share
Hai hai hai,
Apa kalian pernah menonton drama berjudul A Little Thing Called First Love ini? Atau mungkin, kalian pernah menonton film Thailand berjudul Crazy Little Thing Called Love?

Hari ini aku akan mereview sedikit mengenai drama A Little Thing Called First Love, yang merupakan remake China dari film Thailand berjudul Crazy Little Thing Called Love.

❤❤❤


Judul: A Little Thing Called First Love
Episode: 36
Pemeran: Lai Kuan Lin, Angel Zhao, Wang Run Ze, Chai Wei, Wang Bo Wen, etc.
Tayang: 23 Oktober - 21 November 2019

❤❤❤

Jadi, seperti yang sudah dikatakan tadi, drama ini adalah drama remake dari sebuah film Thailand yang berjudul sama -nggak sama banget, sih, tapi ya sama.

Aku sudah menonton versi Thailand, dan filmnya memang populer pada masanya.  Ketika aku tahu bahwa China akan membuat versi drama-nya, tentu saja aku sangat senang dan mulai menerka-nerka seperti apa dramanya nanti.

Simpelnya, drama ini menceritakan tentang gadis muda biasa, bernama Xiao Miao Miao, yang bisa dikatakan kurang cantik(?) jatuh cinta pada senior tampan dan populer di sekolahnya, Liang You Nian. Perjuangannya untuk selalu dekat dengan seniornya itu menjadi topik utama dalam cerita ini. Pemeran utama perempuan ini memiliki sahabat-sahabat yang akan menemani Xiao Miao Miao menjalankan aksi-aksi yang lucu. Selain lucu, drama ini menghimbau penonton untuk menggunakan cinta dalam hal yang positif.

❤❤❤

Cerita film yang awalnya hanya berdurasi kurang lebih 2 jam, kini dibuat sedemikian rupa sehingga mencukupi 36 episode yang masing-masing berdurasi 40 menitan. Tentu saja film ini membuatku menebak-nebak tentang hal apa saja yang akan di dramatisasi untuk memenuhi durasi yang panjang itu. Bahkan aku agak sedikit pesimis bahwa aku akan bosan di tengah jalan. Tapi nyatanya tidak.

Genre dan konflik yang simpel, dan pengemasan cerita yang manis membuatku betah menontonnya. Terlebih dengan adegan-adegan manis khas kisah percintaan anak remaja dan kuliahan dalam drama ini mampu membuatku senyum-senyum dan gemas sendiri ketika menontonnya.

Unsur-unsur yang ditambahkan dalam drama terasa pas dan menjadi pembeda sendiri antara versi orijinal dan versi remake. Dramatisasi drama terlihat dari adanya penambahan peran dan karakter seperti Lin Kai Tuo, He Xin, Wang Da Chao, dan beberapa karakter lainnya. Penambahan karakter-karakter tersebut akan membawa konflik masing-masing yang tentu saja tetap berkaitan dengan pasangan utama kita, yakni Miao Miao & You Nian.

Kemampuan acting para aktor juga sangat baik. Lai Kuan Lin sebagai pemeran Liang You Nian, mampu menggambarkan karakternya yang stay calm dalam kebanyakan situasi, dan menunjukkan kedewasaannya sebagai seorang senior untuk Miao Miao, He Xin, dan sebagai kakak tiri untuk Lin Kai Tuo. Pasalnya, usia Wang Run Ze yang memerankan Lin Kai Tuo lebih tua dibandingkan usia asli Lai Kuan Lin. Tentu saja hal ini juga membuatku terkesan dengan acting Wang Run Ze yang berhasil membuatku gemas dengan karakternya yang tsundere.

Karakter Miao Miao, He Xin, dan Xia juga memiliki chemistry yang sangat baik sebagai sahabat. Mereka bertiga kerap membuatku tertawa ketika mereka plotting sesuatu untuk membantu Miao Miao dekat dengan You Nian.

Tak hanya para aktris utama, tetapi para aktor juga memiliki chemistry yang sangat baik sebagai satu kelompok sahabat, yakni Liang You Nian, Lin Kai Tuo, dan Wang Da Chao. Selain itu, banyak karakter-karakter lain yang menurutku sudah digambarkan oleh para aktor dengan sangat baik. Aku sangat terhibur menonton drama ini karena banyak karakter yang lucu.

❤❤❤

Bagaimana dengan musiknya?
Tak banyak drama China yang sudah aku tonton, tetapi beberapa di antara yang sudah aku tonton memiliki musik dan soundtrack yang menarik. Lagu opening dan lagu ending selalu ditayangkan pada setiap episode, hal itu membuatku terbiasa sehingga akhirnya menyukai soundtracknya.

Lalu, walaupun drama ini memiliki 36 episode yang mungkin terkesan banyak dan panjang, tetapi aku tidak berkeberatan untuk menonton ulang drama ini, pasalnya drama ini simpel, manis dan lucu. Mungkin ketika aku cukup lelah menonton drama yang berat, drama ini mampu menjadi selingan.

Orijinal vs Remake

Pesan yang ingin disampaikan baik dalam versi orijinal maupun remake adalah sama, yakni menggunakan cinta sebagai sesuatu yang mampu mengubahmu menjadi sosok yang lebih baik. Jadi perihal poin ceritanya, tidak ada perbedaan.

Tetapi mungkin sebagai penonton dan penikmat plot twist, aku merasa versi drama tidak begitu memberikan twist sehingga selama menonton aku benar-benar merasa tenang dan senyum-senyum saja. Berbeda dengan film yang membuatku cukup terkejut dengan twistnya, yakni buku album foto Shone yang diberikan pada Nam di menuju ending.

Namun, aku harus menambahkan lagi. Tidak adanya plot twist dalam drama bukan berarti drama itu tidak menarik. Pasalnya, karena aku sudah mengetahui ending dalam versi orijinal malah membuatku gemas dengan tingkah-tingkah para karakter dalam drama. That slow motion effect ketika Miao Miao menatap You Nian (mau pun sebaliknya) tuh terasa lucu, haha. Perasaan sweet, romantis, dan geli bercampur aduk, haha.

Overall Review

☆☆☆☆
4 bintang, soalnya dramanya lucu dan menghibur.
Serta membuatku menanti-nanti kelanjutan episodenya.
Silahkan ditonton. Mungkin cocok untuk kalian yang suka cerita simpel seperti Love O2O dan Put Your Head On My Shoulder yang sudah pernah aku review sebelumnya.




0
Share

The Sword of Summer by Rick Riordan


✩✩✩✩
My rating: 4 of 5 stars




Well well well, it's December and i'm back with The Sword of Summer!

Siapa yang belum mengenal author bernama Rick Riordan? Penulis yang membuatku jatuh hati dengan karya-nya yang sangat populer, Percy Jackson & The Olympians. Seri Percy Jackson atau yang kerap disingkat menjadi PJO ini adalah seri bergenre fantasi yang mengangkat latar belakang kehidupan seorang demigod atau anak setengah dewa Yunani, bernama Percy Jackson. Selain itu, Rick Riordan juga sudah membuat karya lain yang mengangkat latar kehidupan anak setengah dewa Romawi, Mesir dan yang paling baru adalah Nordik.

Nah, hari ini aku akan memberikan secuil review tentang buku berjudul Magnus Chase and The Gods of Asgard: The Sword of Summer. Buku ini adalah seri pertama dari trilogi Magnus Chase and The Gods of Asgard.

Singkatnya, buku ini menceritakan tentang Magnus Chase, laki-laki yang hidup menggelandang setelah ibunya meninggal. Kehidupannya terkesan biasa saja, sampai suatu hari terjadi hal-hal aneh yang perlahan menguak rahasia akan garis keturunan keluarganya. Ya, Magnus Chase memiliki darah setengah dewa Nordik, yang pada akhirnya mengharuskannya untuk menghambat Ragnarok dengan mencari Pedang Musim Panas.

⚔⚔⚔

Kalian mungkin familiar dengan nama-nama seperti Thor, Loki, Odin, dan Asgard setelah menonton seri Marvel Avengers, dan ya, nama-nama itu tentu saja akan muncul dalam buku.

Bagiku, film-film superhero itu cukup membantu dalam mengimajinasikan wujud dari karakter-karakter tersebut. Misalnya, Chris Hemsworth sebagai Thor, dan Tom Hiddleston sebagai Loki. Tapi setelah membaca buku ini, rasanya semua itu belum cukup membuatku familiar dengan mitologi Nordik. Imajinasiku baru sebatas Asgard-nya Marvel, sedangkan buku lebih mendeskripsikan setiap unsurnya lebih detail.

Buku The Sword of Summer ini sudah aku input ke dalam to-be-read ku di Goodreads sejak tahun 2016 silam. Memang, aku telat (banget) menyelesaikannya, tapi aku cukup senang bahwa to-be-read list-ku berkurang lagi.  Pasalnya, masih ada dua buku lanjutan seri Magnus Chase yang belum ku baca dan harus ku baca.

Mengenai buku ini, sejujurnya awalnya cukup membosankan. Cerita tentang mitologi Nordik yang nggak begitu familiar untukku, membuatku agak jenuh. That's why aku menutup buku ini untuk jangka waktu yang saaaangat lama. Terlebih buku pertama tuh semacam buku pendahuluan akuntansi yang tebelnya minta ampun dibandingkan buku lanjutannya, dan cenderung deskriptif.

Secara umum, menurutku buku ini cukup menyenangkan. Walau seperti yang ku katakan ... beberapa bab awal memang membosankan. Tetapi semakin ke belakang, all the amazing things happened.

-- berhati-hatilah, karena anda memasuki bagian spoiler --


Keseruan mulai kurasakan setelah Magnus died ... lalu diemban Valhalla. Ketika Magnus, di depan khalayak Einherji, menampakkan kemampuannya sebagai anak Frey, dewa yang non-blok dan netral gitu, itu hal yang cukup keren. Walau aku tidak suka penampilan Magnus dengan rambutnya (seperti di cover), bukan tipeku. Tapi teman-temannya sangat menarik!

Ada beberapa hal menarik yang harus ku poinkan.

1) Karakter Blitzen & Hearthstone itu menghibur banget sebagai sohib/ keluarga jalanan Magnus. Setiap adegan mereka itu menyenangkan, dan ya nilai keluarga, sahabat, dan lain sebagainya tuh ada di mereka. Jadi untuk di buku ini, karakter yang paling aku sukai, ya mereka.

Ada adegan yang benar-benar menghiburku, yakni ketika Magnus mencurigai Blitzen & Hearthstone sebagai mata-mata Loki, mereka tersinggung dan mencaci Magnus. Lucunya adalah, Blitzen mencaci dengan mulutnya, tetapi Hearthstone mencaci dengan bahasa isyarat, karena ia tuli. Dan aku sangat menyukai ketidaksempurnaan karakter Hearthstone disini. Menurutku halaman 186 itu sangat lucu. Sebenarnya mereka lucu dan keren sampai akhir!!

2) Annabeth, Pedang Pulpen (Riptide!!!), dan Jason Grace. Yang sudah membaca karya lain Rick Riordan, mungkin paham betul siapa mereka. Tiga karakter itu disebut dalam buku ini, dan membuatku ingin melayang di atas padang savana karena well, Percy Jackson and The Olympians & Heroes of Olympus gave me a huge impact sebagai buku seri pertama yang aku baca! Sangat menyenangkan. Read it if you haven't!

3) Magnus Chase (Nordik) & Annabeth Chase (Greek). Dari awal, Chase bersaudara-sepupu ini membuatku penasaran, apakah pada akhirnya Magnus & Annabeth bakal curhat-curhatan tentang kehidupan 'lain' yang mereka jalani atau nggak. Soalnya rasanya akan sangat seru kalau mereka bisa berbagi cerita. AND THEY DID IT!! Di bab 72, Magnus dan Annabeth bertaruh tentang petualangan siapa yang lebih seru! HAHA I'M SO HAPPY!

4) Jack, The Sumarbrander, The Sword of Summer!! Dalam seri Percy Jackson, Percy memiliki pedang yang mampu berkamuflase menjadi sebuah pulpen, namanya Riptide. Lalu dalam seri Kane Chronicles, Carter memiliki senjata bernama Kopesh (aku belum begitu mengenal Kopesh, karena masih ada dua buku yang belum terbaca). Sedangkan dalam buku The Sword of Summer , pedang musim panas yang dinamai Jack oleh Magnus benar-benar membuatku jatuh hati.

Gak papa, aku ikhlas kok kalau Jack bilang Pedang Pulpen itu adalah hal yang bodoh. Soalnya Riptide kagak bisa terbang nebas para musuh dengan sendirinya. Apalagi mandi di gelas minum para Raksasa ╮(╯▽╰)╭.

5) Chris Hemsworth & Tom Hiddleston. Ok, nama mereka gak disebut secara langsung, kok. Tapi karena imajinasiku yang terbatas, ya mau tak mau, aku membayangkan sosok kedua aktor itu sebagai Thor & Loki. Tapi ternyata, membayangkannya tuh mengerikan, haha.

Thor dalam buku ibarat Thor di Avengers: Endgame, yakni Chris Hemsworth yang tidak tampan, setidaknya untukku. Duh, serius deh aku gasuka banget kondisi terakhir Thor di Avengers, masih berharap Thor kembali langsing di Guardian of The Galaxy. Tapi ada sesuatu yang lucu, Frey dalam buku ini terimajinasikan sebagai Chris Hemsworth versi tampan, haha. Dan menurutku itu cukup menghibur.

Loki! Oke, Tom Hiddleston itu adalah the only Loki i could imagine. Tapi hal yang membuatku agak mengganggu adalah fakta dalam buku, bahwa Loki is Sleipnir's MOM. Yeah. MOM! EMAKNYA KUDA! SLEIPNIR ITU KUDA! Maaf aku tidak bisa tenang. Masih terguncang.

6) Kemunculan Odin. Sejak awal, Odin tidak menampakkan/ ditampakkan dalam buku, dan ketika Odin menampakkan dirinya di beberapa bab terakhir .... BOOM! SO FUNNY!

7) Last but not least. Hal terakhir yang membuatku terkesan adalah kalimat di halaman 586.
"... Kau akan membutuhkan bantuannya (Annabeth) ...," ucap Frey ke Magnus.
Maksudnya apa?? Kan keinginan cross-over Greek-Nordik ku jadi meronta-ronta!

Omong-omong, segitu aja review tak berfaedah dan banjir spoiler kali ini. Overall, this book is such a fun ride. Give it a try if you haven't!
0
Share
Fangirl (Indonesian Version)
Cr. Greenshe Reviews

Fangirl by Rainbow Rowell

✰✰✰✰
My rating: 4 of 5 stars

Pernahkah kalian membaca buku yang karakternya sangat relatable dengan diri kalian? Mungkin beberapa dari kalian ada yang pernah bertemu dengan karakter yang 'gue banget'. Nah, perasaan seperti 'gue banget' itu aku rasakan ketika bertemu dengan karakter Cath dalam buku Fangirl yang ditulis oleh Rainbow Rowell.

Terjemahan buku Fangirl ini diterbitkan oleh Penerbit Haru. Menceritakan tentang Cath, fans beratnya Simon Snow, karakter novel yang sedang populer kala itu. Setelah membaca buku ini, aku membayangkan popularitas Simon Snow ini seperti popularitas karakter Harry Potter di kehidupan nyata.

Cath adalah seorang introvert, sehingga ia cenderung tipe yang individualis. Ketika ia masuk ke universitas, Cath mengalami sedikit masalah, karena saudara kembarnya, Wren, yang juga menyukai Simon Snow tiba-tiba memilih untuk tinggal di asrama yang berbeda, seolah ia menjauhi Cath. Cath sedikit kesulitan untuk bergaul. Tetapi kehadiran Reagan (ini cewek loh ya), Levi, dan Nick dalam kehidupan perkuliahan Cath, membuat Cath sedikit demi sedikit berubah.

Buku ini menggambarkan kehidupan seorang fangirl dan juga seorang individu yang memiliki karakter introvert. Walaupun aku tidak bisa mengatakan bahwa buku ini 100% benar tentang fangirl, karena pada kenyataannya, fangirl terdiri dari berbagai macam fangirl. Tetapi secara pribadi, sebagai seorang introvert juga, Cath benar-benar karakter yang membuatku bisa relate, walau tidak semua yang Cath lakukan dan sukai sama sepertiku.

Plot dalam cerita ini tergolong simpel. Tetapi cerita ini memberikan ekskusi keputusan dan akhir permasalahan yang cukup baik. Setiap karakter tergambarkan dengan baik. I really love Levi and Cath! Levi tuh cukup mengaggumkan!

Apakah kalian memiliki standar penilaian untuk seorang fangirl? Seperti, harus membeli dan mengoleksi barang-barangnya lah, apa lah? Mungkin ini hanya pemikiranku yang berlebihan, tetapi terkadang ketika aku berkumpul dengan beberapa orang yang menyukai hal yang sama denganku, aku merasa kurang fans. Dan terkadang situasi seperti itu membuatku mempertanyakan diriku sendiri, apakah aku benar-benar fansnya? Padahal aku menyukai mereka, tetapi terkadang aku bertanya-tanya seperti itu. Seolah aku merasa tidak pantas menjadi fans sesuatu/ seseorang.

Walaupun sisi negatifku kerap berpikir seperti itu, terkadang aku juga memikirkan bahwa menjadi seorang fangirl atau fanboy tidak bisa diukur dari seberapa banyak materi yang kamu keluarkan untuk seseorang atau sesuatu yang kalian sukai itu. Selama kalian menyukainya dalam batas normal dan tidak terbutakan oleh cahaya popularitas mereka sehingga tetap rasional dalam menilai juga sepertinya tidak masalah. (hashtag)curhatanfangirlmodalkuota.

Yea cukup sampai disini review buku kali ini. Sangat singkat, padat, dan tidak begitu berbobot(?). Aku merasa masih kurang ahli dalam berkata-kata. Ok, bye!
0
Share

The Wind Leading to Love by Yuki Ibuki


✰✰✰
My rating: 3 of 5 stars

The Wind Leading to Love adalah novel Jepang yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Haru di tahun 2015. Telat banget ya reviewnya? haha. Tapi inilah secuil review yang aku buat setelah menyelesaikan buku ini.

Buku ini menceritakan tentang Suga Tetsuji yang sedang depresi dan ingin mencari ketenangan di sebuah kota pesisir, di rumah peninggalan mendiang ibunya. Tapi rupanya, bukan ketenangan yang ia temukan, melainkan wanita bawel, Fukui Kimiko, wanita yang sudah menyelamatkannya ketika nyaris tenggelam.


I thought i'd never touch this book again. But finally i finished it. Thanks to my insomnia.

Aku sangat yakin membeli buku ini tidak jauh dari tanggal perilisan dari Penerbit Haru.  Ya, sudah selama itu buku ini berada di tumpukan buku-buku yang belum aku baca. Tetapi akhirnya, di tahun 2019, aku bisa meluluskan buku ini dari daftar to-be-read ku. Semua itu terjadi karena insomnia yang kerap sekali menghalangiku untuk tertidur.

Sebenarnya, setelah membeli buku ini, aku sudah pernah mencoba membacanya, namun entah mengapa beberapa tahun lalu, pembukaan cerita ini terasa membosankan, sehingga aku menutup bukunya kembali untuk waktu yang lama. Sepertinya karena perkembangan hubungan kedua pemeran utama sedikit lambat? Entahlah. Tapi yang terpenting adalah saat ini buku ini sudah selesai ku baca! Yey!

Menurut pendapatku, setelah memutuskan untuk membaca novel ini dari halaman pertama, konflik utamanya tuh terkesan samar pas di awal-awal. Benar. Layaknya menonton suatu film romansa Jepang yang memiliki alur lambat. 

Hubungan kedua tokoh utama yang sama-sama sudah (pernah) berkeluarga juga membuatku semakin bertanya-tanya apakah benar akan terjalin cinta antara mereka? Atau 'cinta' di judul bukunya hanya sinyal untuk hal lain? Maksudnya bukan cinta antara dua insan, tetapi cinta dalam arti yang lebih luas, seperti keluarga, anak, dan lain sebagainya.

Buku ini mulai menyenangkan dari bagian tengah sampai akhir. Sweet! Dan ketika permasalahan-permasalahan semakin terungkap jelas, rasanya semakin menyenangkan dan semakin membuatku tak bisa melepaskan pandangan mata pada setiap lembar.

Sebelum membaca buku ini, aku juga sudah membaca novel romance lainnya yang sudah aku review disini. 

Dibandingkan dengan novel romance sebelumnya, The Wind Leading to Love ini memiliki permasalahan yang lebih dewasa. Khususnya karena kedua karakter utama disini sudah berkeluarga, jadi ada nilai keluarga di cerita ini. Keputusan akhir yang mereka ambil untuk mengakhiri cerita juga terasa lebih berbobot. 

Ketika membaca novel Korea, tentu aku akan membayangkan movie ala ala Korea yang memiliki fase/ plot cukup cepat, dan biasanya endingnya mudah ditebak, pasalnya aku sudah terbiasa menonton drama-drama dan film-film Korea. Sedangkan membaca novel Jepang membuatku harus mengeluarkan effort lebih dengan membayangkan movie ala ala Jepang yang progress ceritanya agak lambat, dan tidak biasa aku tonton.

Aku memberikan tiga bintang untuk buku ini. Kok sedikit banget? Katanya konfliknya menyenangkan? Ya, karena untukku pribadi, aku masih dalam masa adaptasi dengan jenis serta keunikan penulisan novel Jepang.
0
Share

Tell Me Your Wish by Kim Rang


✰✰✰
My rating: 3 of 5 stars

Akhirnya buku ini lulus juga dari TBR list-ku :")
Rasanya menyenangkan bacaanku bertambah, sekaligus lega to-be-read ku berkurang, walau pada kenyataan, to-be-read ku juga bertambah karena banyaknya promo sana-sini yang membuatku tak mampu menahan rasa ingin membeli. Damn.

Tell Me Your Wish adalah novel fiksi romance Korea yang ditulis oleh Kim Rang. Terjemahan Indonesianya sendiri diterbitkan oleh Penerbit Haru.

It's a simple love story. Hanya kisah cinta yang simpel tentang Gaon yang baru saja dicampakkan dengan tidak beradab oleh kekasih rahasianya sehingga menyebabkan dirinya terkena serangan jantung di tengah jalan Tehran. Duh, membayangkannya saja mengerikan. Untung saja Gaon tidak serangan jantung ketika masih menyetir, kalau tidak..... buku ini tidak akan memiliki cerita, haha.

Do Jin, sang pemeran utama laki-laki ini, tidak sengaja melihat Gaon yang sedang menderita serangan jantung di jalanan itu. Ia pun menolongnya hingga akhirnya Gaon bisa terselamatkan. Tapi anehnya, laki-laki asing ini jadi semacam terobsesi(?) dengan Gaon. Kenapa ya? Untuk hal ini, kalian baca sendiri saja, ya.

Yak, this book is simply sweet. Walau sejujurnya buku ini sedikit membosankan, khususnya di beberapa bab awal, ketika penulis menjelaskan perasaan Gaon yang dicampakkan oleh Yeongwoo lewat berita radio begitu detil hingga dirinya mengalami serangan jantung. Entah karena terjemahannya atau memang penjabarannya begitu detil seperti itu. Tetapi, hal-hal menyenangkan mulai muncul ketika hubungan Gaon dan Do Jin yang notabene tidak menye-menye amat ini berkembang.

Interaksi lucu dan manis antara Gaon dan Do Jin membuatku tidak bisa berhenti membaca. Ditambah dengan banyaknya drama Korea yang sudah aku tonton, juga membuatku membayangkan bagaimana jadinya jika buku ini dijadikan drama. Pasti lucu. Walau aku mengharapkan sesuatu yang kejam menimpa Yeongwoo, tetapi diperlakukan seperti itu cukup lah ya, haha.

Plot twist? Nope. Aku sama sekali tidak merasakan adanya plot twist. Banyaknya drama yang sudah aku tonton malah membuatku bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Buku ini juga memiliki fase cerita yang nggak begitu banyak, setiap adegan terasa sedikit, hanya saja mungkin aku cukup tidak tahan dengan kalimat penjelasnya, sehingga beberapa kali aku melongkap paragraf dengan pikiran "Ah ya udah tau ini begini".

Oh. Ketika membaca buku ini, aku juga membayangkan beberapa aktor dan aktris yang menurutku cukup menggambarkan karakter Gaon dan Do Jin. Dan menurutku, IU dan Jang Ki Yong bisa menggambarkan karakter Gaon si dokter keren dan Do Jin si laki-laki tampan. Atau mungkin hanya wish tersembunyiku yang mengharapkan IU dan Jang Ki Yong berada di dalam satu drama yang sama dan menjadi sepasang kekasih, bukan kakak adik yang memiliki hubungan tidak baik, huhu.

Yeap! Untuk sekedar hiburan, buku dengan cerita simpel ini cukup menghibur, kok. Layaknya drama-drama romansa dengan cerita yang simpel dan tidak memiliki konflik yang membuat kepala pusing.

0
Share
Second-lead syndrome? Siap-siap terjangkit third-lead syndrome.
Bahkan bisa jadi fourth-lead syndrome.

Extraordinary You / 어쩌다 발견한 하루

Judul: Extraordinary You / 어쩌다 발견한 하루
Episode: 32 episode (4 episode per minggu, 30 menit per episode)
Pemeran: Kim Hye Yoon, Ro Woon, Lee Jae Wook, Lee Na Eun, Jung Gun-Joo, Kim Young-Dae, Lee Tae Ri, etc.
Direktor: Kim Sang-Hyub
Penulis: Moo-Ryo (webcomic), In Ji-Hye, Song Ha-Young

Syabang-syabang ~
Ya halo, disini Greenshe. Happy Sunday dan selamat bersantai! Akhirnya kita memasuki bulan November, yeay!

Dalam post pertamaku di bulan November ini, aku akan merekomendasikan drama Extraordinary You yang masih on-going di Korea Selatan.

Drama ini menceritakan tentang Eun Dan-O, seorang siswi dari sekolah yang ternama. Walaupun lahir di keluarga yang kaya raya, Eun Dan-O memiliki penyakit jantung / heart disease. Setelah menjalani operasi, Eun Dan-O merasakan gejala-gejala aneh, seolah dirinya hilang ingatan, bahkan ia berpikir bisa berteleportasi dari satu waktu ke waktu lainnya. Tidak ada orang di sekitarnya yang mempercayai keluhan Eun Dan-O, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri alasan gejala aneh tersebut muncul.

Ketika mencari tahu, ia bertemu dengan Jinmiche, seseorang yang bekerja di kafetaria sekolah. Entah bagaimana, sosok misterius ini memegang jawaban dari apa yang sedang dicari-cari oleh Eun Dan-O. Jinmiche mengatakan bahwa Eun Dan-O sebenarnya adalah karakter dalam komik berjudul "Secret", begitupun semua yang ada di dunia yang ditinggali oleh Eun Dan-O.

Bagaimana reaksi Eun Dan-O? Awalnya ia tidak mempercayainya, tetapi melihat dari kehidupannya sebagai anak perempuan kaya, cantik, lemah, dan baik hati, semakin meyakinkannya bahwa ia adalah pemeran utama. Dengan keyakinan tersebut, ia perlahan menerima kehidupannya sebagai pemeran utama yang dikelilingi oleh siswa-siswa tampan. Tapi ternyata, dirinya sebenarnya hanyalah karakter extra, seperti karakter sahabat si pemeran utama dalam drama-drama.

Eun Dan-O tidak terima dengan karakternya yang ia rasa semakin lemah dan tidak bahagia, seperti sakit jantung yang dideritanya, disakiti terus menerus oleh tunangan yang tidak pernah mencintainya (padahal ganteng banget), dan menjadi pemeran sampingan. Kemudian, ia bertekad untuk mengubah ceritanya dengan mencari laki-laki misterius yang mampu membuat hatinya bergetar.

☁☁☁
Konsep fantasi yang menceritakan tentang karakter webtoon yang menyadari dirinya adalah karakter webtoon, langsung mengingatkanku dengan drama W: Two Worlds. Tetapi ketika kalian menontonnya, tentu akan berbeda dalam beberapa aspek. Mungkin ada juga yang menganggap cerita ini mirip BBF yang dipenuhi oleh flower boys. Tetapi ketika menontonnya, semua itu akan sirna. 

Drama ini di adaptasi dari webtoon dengan judul serupa. Aku belum pernah membaca webtoon-nya, tetapi menonton dramanya adalah hal yang benar-benar menyenangkan. Walau aku sedikit kesal karena drama ini dipenuhi oleh flower boys yang membuatku dilema berkepanjangan.

I was like, 
"Eun Dan-O sama Baek Kyung aja, biar so sweet akhirnya, ceritanya Baek Kyung (tunangannya) berubah jadi baik gitu,"
"Eun Dan-O sama Haru aja deh, kasian kalau Haru-nya menghilang, luntang-lantung nggak jelas,"
"Ya ampun Lee Do-Hwa sama Eun Dan-O lucu bangettt, bisa nggak sih mereka bareng aja? Kasian Dohwa tersakiti terus sama Joo Da,"
Yap, aku ingin karakter-karakter di atas bahagia, walaupun itu mustahil, karena karakter ceweknya terbatas, hiks. Inilah kenapa aku agak tidak suka ketika satu drama dipenuhi flower boys. Selain karena wajah tampan para aktornya, sepertinya karakter-karakter mereka juga memiliki cerita yang membuatku iba. Seperti cerita Baek Kyung dengan keluarganya, Haru dengan identitasnya, dan Dohwa dengan perannya.

Drama ini belum tamat, baru ada 16 episode (30 minutes each) ketika aku menulis review ini. Masih banyak sekali twist yang mungkin akan muncul di episode-episode selanjutnya. Tetapi menurutku drama ini rekomen sekali, dan berhubung genrenya adalah romance yang sepertinya ringan, aku menaruh harapan bahwa endingnya bisa dibikin lebih masuk akal dibandingkan W: Two Worlds, dan semoga setiap rahasia, kejutan, dan twistnya terungkap dengan sangat baik, sehingga ceritanya akan terus mengesankan sampai akhir.

Acting para aktornya sangat baik, kok. Karakter Eun Dan-O dan Lee Do-Hwa sangat ekspresif untuk karakter webtoon, jadi menurutku menghibur sekali. Karakter Eun Dan-O ini diperankan oleh Kim Hye Yoon, kalau kalian pernah mendengar drama Sky Castle, aktris ini adalah aktris jebolan drama yang sempat terkenal di masanya. Kalau kalian mengikuti variety show Korea, Running Man, aktris ini juga pernah jadi bintang tamu di salah satu episodenya.

Sedangkan karakter Haru yang diperankan oleh Ro Woon belum begitu menampakkan beragam ekspresi, tetapi aku tetap menanti-nanti perkembangan karakter utama laki-laki yang satu ini. Identitasnya yang disinyalir berasal dari komik sebelah yang berjudul "Flower" juga membuatku penasaran. Bagaimana caranya bisa pindah ke komik sebelah? Apa yang terjadi di komik sebelah? Siapa dia sebenarnya?

Selain itu, karakter Baek Kyung tuh keren gitu. Mungkin bisa dibilang dia memiliki sisi tsundere, tetapi alur cerita yang memakai dua kondisi waktu yakni kondisi dalam webtoon dan tidak, jadi karakter Baek Kyung masih membingungkan. Apakah dia benar-benar akan menjadi karakter antagonis? Atau dia adalah karakter yang baik hati?

Seberapa besar aku merekomendasikan drama ini?

Overall Review

✩✩✩✩
Aku beri 4 bintang untuk drama ini.

Karena dalam 16 episode pertama drama ini mampu membuatku penasaran dan jatuh hati dengan segala konsep, twist, dan aktor serta aktris dalam drama ini. Drama ini bagus banget untuk ditonton sebagai hiburan. Walau konsep fantasinya memang agak sedikit rumit, sehingga butuh konsentrasi yang cukup oke, tetapi genre romance nya tidak menye-menye. Selain itu ceritanya juga tidak lebih berat dari drama-drama bergenre crime. Jadi, untuk selingan, sepertinya menyenangkan, kok.

Oh! Mudah-mudahan, kalau dramanya sudah tamat, aku ingin menambahkan sedikit review di postingan ini jika memang ada kesan dan pesan yang berubah. Jadi, stay tuned!

+ tambahan +

Oke, aku sudah menonton drama ini sampai tamat dan aku sangat suka. Drama ini nggak memberikan ending yang saklek seperti happily ever after nya para puteri Disney. Haru dan Dan Oh akan terus berjuang menjalani dua kehidupan dalam shadow dan stage di setiap cerita/dunia yang penulis komiknya buat. Selain itu, aku sangat suka dengan keputusan Yeo Ju Da untuk memilih Oh Nam Ju. DAN TENTU SAJA BAEK KYUNG! Baek Kyung berubah dan melakukan hal yang membuatku semakin terjerat 2nd lead syndrome. Sing penting bersyukur dan memanfaatkan waktu yang dimiliki dengan semaksimal mungkin.
0
Share
Di tempat biasa diriku menonton oppa-oppa, aku meringkuk di single sofa memeluk bantal besar, lalu berseru "SINTING!," mengejutkan beberapa orang di rumah.

Strangers from Hell
타이는 지옥이다

Judul: Strangers from Hell / 타이는 지옥이다
Episode: 10 episode
Pemeran: Im Si Wan, Lee Dong Wook, Lee Jung Eun, Lee Hyun Wook, etc.
Direktor: Lee Chang Hee
Penulis: Kim Yong Ki (webtoon)

Halo! Hari ini aku akan memberikan pendapatku setelah menonton drama bergenre horror, suspense, thriller ini. Drama ini sudah tamat sebelum aku memulai untuk menontonnya. Telat, ya? ha-ha. 

Kurang lebih begitulah reaksiku ketika mulai menonton drama ini. Kata 'sinting' melesat dengan cepat dari bibirku ketika aku menonton episode 2-3. Saat itu, kengerian dari karakter Seo Moon Jae (Lee Dong Wook), si kanibal berkedok dokter gigi tampan, diekspos.

Drama Strangers from Hell merupakan drama adaptasi webtoon yang berjudul sama. Menceritakan Yoon Jong Woo, pria berusia 27 tahun yang selama ini tinggal di desa kecil, tetapi ia mendapatkan pekerjaan di sebuah kantor kecil di Seoul. Karena keterbatasan dana dan prioritasnya untuk menghidupi ibu dan saudaranya di kampung, Jong Woo terpaksa tinggal di sebuah apartemen murah yang dihuni oleh orang-orang aneh dan mencurigakan.

Sebenarnya genre drama ini jauh sekali dari genre favoritku. Aku pun belum pernah sekalipun berkeinginan untuk membaca webtoonnya. Walaupun drama ini dibintangi oleh aktor populer seperti Lee Dong Wook, si grim reaper ahjussi tampan, dan Im Si Wan yang tak kalah tampan, kurasa pesona mereka belum cukup menarik perhatianku.

Tetapi, teman-temanku memberikan review yang sangat baik untuk Strangers from Hell. Hal itu membuatku penasaran, memangnya seberapa bagus sih drama ini. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk menontonnya.

Review singkat ini aku ketik dalam note di handphone sembari menonton episode 7. Karena menurutku cerita ini cukup berat dan bisa membuat seseorang triggered, jadi aku harap kalian mampu bersikap bijaksana ketika menonton dramanya maupun membaca review ini.

Review

Plot

Cerita dalam drama ini berkaitan dengan mental issue yang kerap menjadi perbincangan. Cerita ini cukup berat, dan tentu saja tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Begitu banyak darah , adegan sadis, dan sinting. Konfliknya berkaitan dengan mental illness, khususnya psychopathics. Jadi, disarankan jangan ditonton oleh maupun dengan anak-anak di bawah umur. Bahkan untuk anda yang merasa sudah dewasa, sebaiknya menonton dalam keadaan tenang dan tidak depresi. Kalau bisa tontonnya tuh dicicil, jangan binge-watching 10 episode. Karena aku merasakan efek mual dan ingin muntah setelah menyelesaikan drama ini dalam satu kali teguk.

Di sini tuh diceritakan Jong Woo yang merasa dirinya failed dalam segala aspek kehidupannya. Ketika dirinya berada dalam keterpurukkan, lingkungan tempatnya tinggal dan bergaul memegang kendali penting dalam mempengaruhi Jong Woo. Dan lingkungan tempatnya tinggal bisa memperburuk maupun memperbaiki kondisinya.

Kalau saja Jong Woo tinggal di lingkungan yang lebih baik dari apa yang diceritakan, mungkin dia bisa menjadi sosok yang lebih baik. Sayangnya, cerita ini benar-benar menempatkan karakter Jong Woo sebagai sosok yang hopeless, tidak memiliki harapan. Hidup tanpa mengenal sosok ayah, menanggung beban finansial keluarga dan dirinya sendirian, kehidupan saat wajib militer yang tidak baik, lingkungan kantor yang begitu bersaing dan tidak peduli, pacar juga tidak bisa membantu banyak sehingga akhirnya, lingkungan yang paling mudah mempengaruhinya adalah lingkungan tempat tinggalnya yang dihuni oleh para psikopat di Eden Goshiwon, apartemen Eden.

Ya, Jong Woo tinggal di apartemen Eden yang dihuni oleh manusia-manusia yang memiliki karakter super aneh yang jika di dunia nyata ada yang seperti itu, aku lebih baik menggelandang di jalanan daripada harus tinggal di penginapan itu.

Karakter

Para aktor dalam drama ini mampu memerankan karakternya dengan sangat baik. Im Si Wan yang memerankan Jong Woo, mampu menggambarkan perkembangan dan perubahan dalam karakter Jong Woo dengan sangat baik. 

Seo Moon Jo yang diperankan oleh Lee Dong Wook juga sangat creepy dan yang lebih membuatnya seram adalah ketampanan wajahnya! Psikopat yang diperankan oleh orang ganteng tuh sangat mengerikan! Tapi ya, pada kenyataannya pun, karena pernah beberapa kali menonton Youtube Korea Reomit yang membahas psikopat-psikopat di Korea, di sana benar adanya psikopat yang wajahnya ganteng dan terlihat alim.

Para psikopat di Eden Goshiwon juga diperankan dengan sangat baik oleh aktor-aktornya. Ada yang sampai membuatku bergidik, dan 'ih annoying banget ketawanya' 'ih ini orang maunya apa, sih?' 'ih horror'.

Polisi wanita, entah siapa namanya, lupa. Dia adalah satu-satunya sosok yang memberanikan diri untuk menyelidiki kejanggalan di lingkungan tempatnya bertugas. Di awali dari kecurigaannya atas kematian kucing-kucing di daerahnya. Tetapi keberaniannya pada akhirnya membuatnya mengalami PTSD, semacam trauma gitu karena sudah melewati masa-masa seram di sekap oleh penghuni Eden Goshiwon. Dia selalu merasa masih diikuti oleh Seo Moon Jo.

Duh, pokoknya acting para aktor di drama ini nggak perlu ditanyain lagi bagus atau ngga. Mereka semua mampu menggambarkan karakternya dengan super creepy!

Moral Value?

Awalnya aku sedikit sulit mencerna pesan yang ingin disampaikan oleh drama ini. Pasalnya aku sudah keburu horror sama adegan-adegan kanibalisme dan psikopatisme(?) yang ditunjukkan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tetapi kurang lebih poin yang aku dapatkan adalah bahwa lingkungan itu berpengaruh dalam pembentukkan karakter seseorang (aku setuju akan hal ini). Lingkungan juga bisa membuat kondisi mental seseorang menjadi baik, atau bahkan memburuk sehingga bisa menyebabkan individu tersebut mengambil langkah ekstrim dalam hidupnya.

Lingkungan yang buruk mampu menciptakan seorang pembunuh, baik itu psikopat yang melakukan serial murder, ataupun yang melakukan tindakan suicide. Menurutku, situasi dan kondisi yang dirasakan oleh Jong Woo ini sepertinya sudah lebih dari cukup untuk membuatnya melakukan bunuh diri, tetapi rupanya ia memilih untuk bertahan hidup bersama mental dan pikirannya yang sudah terluka, sehingga ia menjadi seorang psikopat.

Pesanku untuk kalian para pembaca,

Tolong jangan terlalu men-self-diagnosed situasi di drama ini dan menyamakannya dengan dunia nyata, ya. Drama ini memunculkan karakter Jong Woo sebagai seseorang yang benar-benar hopeless. Tetapi di kenyataan, aku yakin kalian semua masih memiliki harapan. Sekecil apapun harapan yang ada, aku harap kalian bisa memanfaatkannya, menggalinya lebih besar. Jangan menguburnya sendirian bersama raga dan pikiranmu. ^^

Unforgettable Scenes (jangan dibaca kalau tidak suka adegan mengerikan)

Ada dua adegan yang cukup berkesan hingga membuatku merasakan sensasi yang mengerikan. Pertama adalah adegan ketika Seo Moon Jo mensuguhi Jong Woo setoples daging untuk dimakan, walaupun tidak dikatakan, penonton pasti paham kalau itu daging human. YUCKSS! 

Adegan tersebut serupa dengan adegan yang ada dalam novel Little Red Riding Hood yang pernah aku review. Yakni ketika sang serigala, Lupo Manaro, mensuguhi Rosso, si gadis berkerudung merah, daging dan wine yang terbuat dari daging dan darah neneknya yang sudah tewas!! DUDUDUDUH AKU PUSING NULIS INI.

Adegan kedua yang membekas adalah ketika Jong Woo dan Moon Jo bertarung di akhir episode dan bagaimana realita seakan diputar-putar. Membuatku percaya sekaligus tidak percaya dengan akhir cerita yang disampaikan dalam drama ini. Akhirnya tuh membuatku bertanya-tanya, Jadi... yang membunuh semuanya.... siapa?. COMPLICATED!

Overall Review

✰✰✰✰✰
5 bintang? Ya, karena drama ini diproduksi dengan sangat baik hingga memberikan sensasi yang mengerikannya bukan main. Walau genre ini bukanlah favoritku, tetapi aku masih menyukai keseluruhan drama ini.
0
Share

I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki by Baek Se-hee

✩✩✩✩

My rating: 4 of 5 stars

Ingin mati, tapi ingin makan tteokkpokki? Jadi... gimana?




View this post on Instagram

A post shared by Maulia Resta (@maulimaul) on Sep 30, 2019 at 11:02am PDT

Kesan pertamaku melihat judul buku ini, aneh. Tapi sekaligus menimbulkan rasa penasaran dengan isi buku tersebut.

Buku ini adalah buku non-fiksi yang termasuk dalam kategori self-help. Isinya berupa kompilasi atau rekapan percakapan antara dua manusia yang tidak sempurna, yakni sang penulis (Baek Se Hee) dan dokter psikiaternya. Sang penulis memiliki distimia yang merupakan salah satu jenis depresi yang ringan, tetapi berkepanjangan.

Melalui kata pengantar dalam buku, Dr. Jiemi Ardian, Sp. KJ, berpesan bahwa self-diagnosed yourself sangat tidak dianjurkan. Tetapi dengan membaca buku ini, kamu bisa sedikit memahami seperti apa sih yang dipikirkan oleh seseorang yang mengalami distimia.

Well, setelah membaca buku ini, aku merasa bahwa banyak sekali situasi perasaan dan cara berpikir penulis yang relatable denganku. Pemikiran dan dilema yang dirasakan oleh seorang introvert yang berusaha untuk lebih mencintai diri sendiri.

Biasanya, aku suka membaca buku dengan genre fantasi atau science-fiction. Dan buku berkategori self-improvement ini tuh berada di peringkat terbawah dari list genre favoritku. Karena aku seringkali berpikir bahwa kata-kata mutiara/ motivasi yang menyarankanku untuk melakukan ini dan itu tuh nggak begitu berpengaruh untukku. Kayak.... aku berpikir seperti motivasi tuh datangnya dari dalam diri sendiri, bukan orang lain. Atau mungkin hanya aku saja yang malas untuk berubah? Mungkin aku hanya bersikap berlebihan?

Lalu, kenapa aku memutuskan untuk membeli dan membaca buku non-fiksi ini?

Oke, awalnya aku tidak tertarik sama sekali dengan popularitas buku ini. Ketika banyak orang berlomba untuk beli pre-order buku ini, aku sama sekali tidak tertarik. Tetapi suatu hari, komunitas Bookish Indonesia mengadakan sebuah event diskusi buku-buku yang dibaca atau menjadi sumber inspirasi karya-karya Korean group BTS. Dan salah satu buku yang dibahas adalah buku ini.

Ketika melihat daftar buku yang akan dibahas, aku sama sekali buta. Tidak ada satupun buku yang aku pernah baca. Bahkan aku yang mengaku sebagai Army (fans BTS) pun tidak tahu buku apa yang mereka baca, dan darimana inspirasi musik video mereka itu berasal.

Oleh karena itu, karena aji mumpung, aku membeli buku ini yang juga dijual ketika acara berlangsung, yaaa untuk pegangan saja tadinya. Tetapi setelah mendengar diskusi yang dipimpin oleh editor buku ini, yakni Kak Lovita Cendana, aku merasa tertarik membaca buku ini. Terlebih beberapa hari sebelumnya aku dilanda kecemasan yang datang begitu tiba-tiba. Jantungku berdetak begitu cepat, seperti habis meminum kopi, namun saat itu aku sangat lemas sampai nafasku sedikit terganggu. Aku berpikir apakah aku akan mati hari ini?

Setelah membaca buku ini, aku tidak merasa seperti diperintah, diperingati, atau dimotivasi. Melainkan buku ini seolah berkata "kamu nggak sendiri, kok". Aku tidak paham apakah ini merupakan self-diagnosed atau nggak, tetapi aku hanya merasa sangat relate dengan si penulis ini.

Sekian untuk review kali ini. Intinya, aku merasa buku ini sangat bagus!



View this post on Instagram

A post shared by Bookish Indonesia (@bookish_indonesia) on Sep 12, 2019 at 4:01am PDT
0
Share

Cr. Greenshe Reviews

The Creeps by Fran Krause

My rating: 4 of 5 stars
✰✰✰✰


Halo readers,
Sebelum memasuki review, aku ingin bertanya. Biasanya, hal apa yang kalian lihat sebelum kalian memutuskan untuk membeli sebuah buku?

Kalau aku, akan melihat dari cover. Well, it is not about judging a book by only its cover. But, talking about first impression. Ketertarikanku terhadap sebuah buku dimula pada covernya. Gambar/ hiasan yang simpel dan memiliki warna yang eye-catching tetapi tidak norak adalah poin utamaku dalam berkenalan dengan buku. 

Selanjutnya, tentu saja tak cukup hanya dengan melihat cover. Aku akan melihat judul dan blurb yang ada di belakang buku. Pasalnya, kedua hal tersebut membuatku bisa mengetahui tentang sepenasaran apa aku dengan buku ini. Dan ketika judul dan blurb sebuah buku menarik perhatianku, maka aku akan berusaha untuk mengingat siapa penulisnya. Baru deh, setelah itu aku akan mencari beberapa review di goodreads.com maupun sumber review lainnya mengenai buku tersebut sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli.

Jadi, suatu hari aku melihat IG Story akun Periplus.com me-repost salah satu story pelanggannya yang baru saja membeli buku The Creeps karya Fran Krause ini, aku langsung tertarik karena gambar covernya simpel dan warnanya kuning, tetapi nggak terkesan norak. Lalu, karena penasaran bukunya tentang apa, aku membaca free sample yang ada di Google Play Books, dan ternyata bukunya adalah graphic novel atau animation book gitu, kumpulan Deep Dark Fears yang mungkin dirasakan oleh pembaca juga. 

Gambar komiknya simpel dan menarik, membuatku semakin ingin membelinya, namun apalah daya, harganya melewati angka 220k di Periplus, sehingga aku harus menunda keinginanku untuk memilikinya. Tapi tak lama kemudian, Periplus mengadakan pesta diskon Bootopia Jakarta 2019. Alhamdulillah akhirnya buku ini bisa terbeli juga.

REVIEW

Buku ini simpel luar dan dalam. Gambar ilustrasi dengan cerita-cerita ringan ini sangat menghibur. Awalnya buku ini seolah menjanjikan bahwa cerita di dalamnya akan seram atau semacamnya. Tapi setelah membaca, sebagian besar isinya hanya menghibur karena terkesan silly, haha. Mungkin ada beberapa bagian yang membuatku mengangguk dengan semangat, tetapi menurutku, mostly isinya hard to relate jika disandingkan dalam kehidupan dan budaya di Indonesia, khususnya lingkunganku.

Kalau kalian suka graphic novels atau mungkin senang baca komik strip seperti Tahilalats, mungkin buku ini cocok untukmu. Because it's simply fun. Atau kalau mood membaca kamu sedang lesu karena sedang dirundung reading slump, maka aku akan merekomendasikan buku ini untukmu. Benar-benar ringan dan menghibur!

Oh! Dan satu hal yang sangat aku suka dari buku ini adalah kualitas kertasnya. Dari sekian banyak buku yang aku punya, aku harus mengakui bahwa kualitas kertas buku ini bukan kaleng kaleng. Susah mendeskripsikan bagusnya. Tapi pokoknya bagus banget dibandingkan dengan buku berilustrasi lainnya yang aku punya.

Buku ini adalah buku kedua dari seri Deep Dark Fears. Aku belum menemukan buku pertamanya di toko buku di Indonesia. Tapi kalau ditanya apakah aku akan membelinya, aku pasti akan membelinya ketika saldonya cukup, haha. Karena ya rasanya memang semenyenangkan itu membaca graphic novel seperti ini. Terlebih mood membacaku akhir-akhir naik turun syantik.
0
Share

Selamat Pagi, Siang, Sore, Malam.
Halo para pembaca. Greenshe kembali dengan konten Journal.

Sesuai judul hari ini, aku akan membicarakan tentang generasi grup K-pop. Lebih tepatnya, perbedaan Generasi 1 sampai dengan Generasi 3. Yak! Aku hanya akan menyebutkan 3 generasi.

Pembicaraan mengenai generasi grup K-POP ini bukan lagi hal yang baru. Banyak penggemar yang sudah mengemukakan pendapat mengenai perbedaan generasi pertama hingga generasi terkini grup k-pop. Ada yang mengemukakan dari tingkat popularitas mereka, maupun dari tingkat ketercapaian mereka di kancah dunia internasional. Jumlah generasi pada setiap artikel pun ada yang menyebutkan hanya ada 3 generasi, tetapi ada juga yang menyebutkan 5 generasi, bahkan lebih.

Mungkin saja apa yang ingin aku bahas kali ini sudah pernah kalian baca atau dengar dari sumber lain. Pasalnya, aku pun menyampaikan hal ini setelah mendengar penjelasan dari guru-ku di tempat les Bahasa Korea beberapa bulan lalu.

♘♘♘

Beberapa orang beranggapan bahwa 1st, 2nd, dan 3rd generation itu berdiri sendiri-sendiri. Seolah ketika mereka memulai, pasti harus berakhir. Ya, memang kejayaan setiap grup tentu memiliki akhirnya masing-masing. Tetapi, yang ingin aku tuliskan disini adalah setiap generasi itu ngga mati, karena menurut pandanganku, generasi K-Pop itu tidak dilihat dari past aja, present aja, atau future aja. Tetapi continue, karena setiap generasi pasti akan meninggalkan tren atau budaya yang kemudian digunakan pada generasi-generasi selanjutnya.

Oleh karena itu, berikut adalah generasi grup Korean Pop versi Greenshe.

Sejarah Modern K-Pop

K-Pop bukan sekedar grup oppa, eonni, hyung, dan nuna kalian. Tetapi K-Pop itu cakupannya luas. Semua lagu yang dikeluarkan di Korea, bisa disebut sebagai K-Pop, karena K-Pop itu bukan sekedar genre. 

Like what BTS's Suga said,

"...rather than approach Kpop as a genre, a better approach would be ‘integrated content..."

K-Pop itu mencakup lagu, baju, choreography, dan lain sebagainya yang di integrasikan sehingga mampu merepresentasikan Korea, jadi K-Pop bukan sekedar genre lagu, terlebih karena pada dasarnya lagu K-Pop adalah perpaduan genre-genre musik lainnya yang sudah ada.

Menjamurnya grup K-Pop idol di Korea Selatan berawal dari kehadiran grup berisikan 3 member, yakni Seo Taiji & Boys di tahun 1992 yang menciptakan gebrakan baru dengan menulis lagu-lagu yang mengangkat Social Issue, khususnya problem anak remaja di sekolah. Walau ketika perform di acara TV mereka mendapatkan nilai rendah dari juri, tetapi pengaruh dan dampak yang dibawa oleh mereka menjadi tren yang baru dalam dunia K-Pop. Karena mereka juga melakukan hal seperti Grouping, Dancing, and Rapping. 

Ssaem-ku waktu itu bercerita bahwa dulu ada anggapan bahwa orang Korea tidak bisa nge-rap (berbicara cepat), tetapi dengan kehadiran Seo Taiji & Boys ini, mereka mampu mematahkan stigma seperti itu dengan rap mereka.

Popularitas Seo Taiji & Boys di Korea saat itu benar-benar besar. Sehingga, ada beberapa fans sampai mengganggu privasi member Seo Taiji dengan meramaikan daerah sekitar rumah para member. Selain mengganggu kehidupan pribadi member, perilaku fans saat itu juga mengganggu masyarakat lain yang tinggal di sekitar situ. Sehingga, pada tahun 1996, di masa-masa kejayaan grup tersebut, Seo Taiji & Boys menyatakan pensiun, atau yang sekarang ini biasa kita sebut disbanded. Kalian bisa tonton drama Reply 1994 kalau kalian ingin tahu gambaran popularitas dan kehidupan seorang fans Seo Taiji & Boys seperti apa.

Generasi Pertama / 1st Generation

Setelah Seo Taiji & Boys menyatakan undur diri dari dunia entertainment, muncul grup-grup idol baru yang mengisi kekosongan kejayaan itu. Adapun grup-grup yang berjaya di akhir tahun 90an itu adalah H.O.T (1996), Sechs Kies (1997), Shinhwa (1998), dan g.o.d (1999). Selain grup tersebut, ada juga grup S.E.S, Fly To The Sky, Fin.K.L, dan lain sebagainya. Mereka lah yang disebut sebagai Generasi Pertama.

Selain karena K-Pop grup yang semakin banyak, pada masa generasi pertama ini mereka populer dengan style-nya. Sejujurnya aku kurang paham dengan maksud style ini ketika guru-ku menjelaskan. Tetapi yang aku tangkap adalah style seperti konsep (imut / manly), pakaian, dan gaya rambut dari grup itu menjadi tren di kalangan para fans yang tentunya tidak sedikit.

Kehidupan para fans pada masa ini juga bisa kalian tonton di drama Reply 1997. Saat itu, penjualan merchandise mulai dilakukan, dan fan war pun mulai terjadi.

Generasi Kedua / 2nd Generation

Kalau diminta menyebutkan siapa saja grup generasi kedua, pasti beberapa dari kalian langsung mampu menyebutkan nama-nama besar seperti Super Junior, Bigbang, Wonder Girls, KARA, Girls' Generation, 2PM, Shinee dan lain sebagainya. Dibandingkan dengan grup dari generasi pertama, grup yang berada dalam deretan generasi kedua ini sudah mampu menarik lebih banyak fans internasional, dan sudah mulai melakukan debut juga di Jepang.

Lalu, apa yang membuat grup generasi kedua ini memiliki popularitas yang lebih di mata internasional?

Kalau kalian memperhatikan lagu-lagu yang membuat masing-masing grup semakin terkenal, kalian mungkin bisa mendengar adanya pengulangan kata dalam liriknya. Contohnya adalah lagu Sorry Sorry (Super Junior), La La La (Bigbang), Tell Me & Nobody (Wonder Girls), Mister (KARA), Gee (Girls' Generation), Again & Again (2PM), Ring Ding Dong (Shinee) dan lain sebagainya.

Lagu-lagu dengan repeatitive lyrics ini membuat orang lebih mudah menghafal dan menyanyikan lagu tersebut. Singkatnya, lebih cepat bikin terngiang-ngiang gitu, haha. Sehingga, lagu-lagu seperti ini menarik lebih banyak fans Korea dan juga fans internasional. Kemudian muncullah yang namanya HALLYU WAVE atau Korean Wave, versi Korea-nya hollywood gitu deh.

Generasi Ketiga / 3rd Generation

Well... Sebenarnya generasi ini sedikit membingungkan. Menurut kalian, siapa saja yang termasuk ke dalam Grup K-Pop generasi ketiga?

Selain menulis ulang apa yang disampaikan oleh guruku, aku juga mencari-cari informasi mengenai generasi K-Pop di google. Ada beberapa artikel yang berpendapat bahwa generasi ketiga ditandai dengan popularitas di kancah dunia internasional yang sangat besar, lebih besar dari generasi sebelumnya. Dan ada juga yang berpendapat bahwa generasi ketiga didasari dengan adanya campur tangan teknologi sebagai media pemasaran grup tertentu kepada fans internasional. Semua pendapat tersebut masuk akal.

Mungkin dari kalian ada yang berpendapat bahwa grup-grup di generasi ketiga adalah EXO, BTS, dan lain sebagainya. Begitu pula diriku. Sebelum aku mendapatkan informasi mengenai generasi K-Pop ini dari guruku, aku juga mengira bahwa generasi setelah Super Junior, dan sebagainya adalah generasi ketiga. Namun, guruku membantuku dalam mengerucutkan sebutan generasi-generasi K-Pop tersebut.

Generasi pertama merupakan generasi yang menciptakan tren fashion terhadap gaya, pakaian, rambut, dan sebagainya yang kemudian berlanjut ke Generasi kedua yang diawali dengan adanya terobosan baru berupa banyaknya repeatitive lyrics. 

Sedangkan Generasi Ketiga adalah generasi dimana para trainee bisa menampakkan wajah dan memperkenalkan diri mereka di acara televisi walaupun mereka belum debut dan bahkan belum tentu debut. Yak, contoh Generasi Ketiga yang dimaksudkan adalah Generasi Survival Show. 

Awalnya, aku sedikit agak ragu dengan konsepsi generasi ketiga ini. Pasalnya, survival show sudah berlaku untuk grup BIGBANG yang juga debut setelah melalui acara survival show. Begitupula dengan grup VIXX yang debut melalui acara survival show berjudul MyDOL.

Tetapi, generasi ketiga ini mungkin juga dilihat dari taraf mainstream dari adanya acara survival show yang menjamur saat ini. Acara-acara survival show yang dibentuk oleh pihak ketiga dengan melibatkan banyak agensi dan fans baik nasional maupun internasional, sehingga mampu meraih popularitas yang lebih tinggi dari generasi lainnya. Jadi, tidak salah jika ada yang berpendapat bahwa generasi ketiga dilihat dari pengaruh teknologi yang sangat besar.

Jadi... Siapa saja grup di generasi ketiga? < aku bingung > Kalian coba jawab sendiri ya.

Yah, pokoknya, setiap generasi itu tidak mati, mereka hanya berkembang dan berevolusi menjadi sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya dengan tidak meninggalkan pengaruh dari generasi sebelumnya. Contohnya adalah BTS yang menciptakan lagu yang mengangkat social issue sehingga fans-nya rata-rata adalah anak remaja yang sedang mencari jati diri, seperti Seo Taiji & Boys kala itu.

Trend itu berputar, kok. Banyak orang jaman sekarang ingin menghidupkan kembali style khususnya fashion jaman dulu. Anyway, terima kasih sudah membaca journal ini, walaupun infonya tetap saja membingungkan, haha. ^^
0
Share
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

About Me

Welcome to my little corner! I’m Lia, someone who finds joy in stories, whether through novels, dramas, movies, or my own writings. With a Green Tea Latte in hand, I explore different narratives and share my thoughts here. Expect reviews, reflections, and a mix of personal musings. Most of my posts are in Bahasa Indonesia, but occasionally you’ll find entries in English or even a bit of Korean! Stay tuned, and let's dive into stories together!

Old Reviews

  • ►  2025 (1)
    • ►  Mei 2025 (1)
  • ►  2023 (3)
    • ►  September 2023 (2)
    • ►  Agustus 2023 (1)
  • ►  2022 (8)
    • ►  November 2022 (1)
    • ►  September 2022 (4)
    • ►  Juli 2022 (1)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (1)
  • ►  2021 (23)
    • ►  November 2021 (7)
    • ►  Oktober 2021 (1)
    • ►  Mei 2021 (5)
    • ►  April 2021 (1)
    • ►  Maret 2021 (9)
  • ►  2020 (23)
    • ►  November 2020 (4)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (3)
    • ►  Juli 2020 (3)
    • ►  Juni 2020 (6)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (5)
  • ▼  2019 (43)
    • ▼  Desember 2019 (3)
      • Lovely Heist by Prisca Primasari - Book Review
      • A Little Thing Called First Love - Drama Review
      • Magnus Chase and The Gods of Asgard; The Sword of ...
    • ►  November 2019 (4)
      • Fangirl by Rainbow Rowell - Book Review
      • The Wind Leading to Love by Yuki Ibuki - Book Review
      • Tell Me Your Wish by Kim Rang - Book Review
      • Extraordinary You (2019) - Drama Review
    • ►  Oktober 2019 (5)
      • Strangers from Hell (2019) - Drama Review
      • I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki (죽고 싶지만...
      • The Creeps by Fran Krause - Book Review
      • Thoughts #6 - Generasi K-POP Idol
    • ►  September 2019 (5)
    • ►  Agustus 2019 (6)
    • ►  Juni 2019 (4)
    • ►  Mei 2019 (3)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (6)
    • ►  Februari 2019 (3)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (8)
    • ►  November 2018 (2)
    • ►  Agustus 2018 (2)
    • ►  Juli 2018 (4)

Cari Blog Ini

Youtube

Translate Here!

Iklan Sejenak

LINK

  • KOREA.NET INDONESIA
  • KOREA.NET ENGLISH
Copyright © 2015 GREENSHE REVIEWS

Created By ThemeXpose